• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

4. Pembelajaran Inovatif

Penyelenggaraan Kurikulum 2013 bertujuan untuk memberikan pembelajaran inovatif kepada peserta didik. Dalam pembelajaran

31

inovatif, siswa dilibatkan secara aktif dan bukan hanya sekedar dijadikan sebagai objek (Shoimin, 2014:18). Pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru karena dilakukan dengan model pembelajaran yang lebih fleksibel dan dinamis. Siswa aktif mencari pengetahuannya sendiri sehingga membiasakan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dan aktif. Pembelajaran yang dilakukan tidak hanya berlangsung di dalam kelas, melainkan dapat pula dilangsungkan di luar kelas. Dalam rancangannya, Kurikulum 2013 menjadikan guru sebagai fasilitator yang berfungsi untuk memberikan penguatan kepada siswa yang telah mengkontruksi sendiri pengetahuannya.

a. Hakikat Pembelajaran Inovatif

Kata inovatif dimaknai sebagai beberapa gagasan dan teknik baru (Suyatno, 2009:6). Kata inovasi berarti pembaharuan. Suyatno (2009:6) memaparkan bahwa pembelajaran inovatif adalah gagasan baru pembelajaran yang dikemas guru untuk melakukan langkah-langkah belajar dengan metode baru sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar. Secara sederhana inovasi dimaknai sebagai pembaruan atau perubahan dengan ditandai oleh adanya hal yang baru (Daryanto dan Muljo, 2012:178). Demikian, Shoimin (2014:19) juga menyampaikan bahwa kata inovasi (innovation) sering digunakan untuk menyatakan penemuan hal yang baru yang diciptakan oleh manusia sehingga bermanfaat bagi kehidupannya. Sedangkan menurut Arifin (dalam Mudlofir dan Fatimatur, 2016:250) istilah inovasi dapat diartikan penemuan sesuatu yang benar-benar baru sebagai karya manusia. Dari uraian para ahli, pembelajaran inovatif merupakan gagasan pembaruan oleh manusia yang digunakan untuk memberikan pemahaman terhadap proses pembelajaran.

b. Karakteristik Pembelajaran Inovatif

Pembelajaran inovatif mengubah cara ajar yang semula berpusat pada guru beralih berpusat pada peserta didik dengan melibatkan secara aktif dalam mengembangkan kecakapan hidup melalui

32

pembelajaran nyata dan mengkontruksi sendiri pengetahuannya sehingga siap terjun di masyarakat. Adapun Suyatno (2009:7) menyampaikan bahwa terdapat delapan tanda prinsip pembelajaran inovatif yaitu:

1) Pembelajaran, bukan pengajaran.

2) Guru sebagai fasilitator, bukan instrukstur. 3) Siswa sebagai subjek, bukan objek.

4) Multimedia, bukan monomedia. 5) Sentuhan manusiawi, bukan hewani. 6) Pembelajaran induktif, bukan deduktif.

7) Materi bermakna bagi siswa, bukan sekedar dihafal. 8) Keterlibatan siswa partisipatif, bukan pasif.

Pendapat lain datang dari Matt (dalam Daryanto dan Muljo, 2012:193) yang menyatakan bahwa pembelajaran inovatif:

1) Memiliki ciri khusus, artinya suatu inovasi akan memiliki ciri yang khas dalam arti ide, program, tatanan, sistem, termasuk kemungkinan hasil yang diharapkan.

2) Memiliki ciri atau unsur kebaruan. Dalam arti suatu inovasi harus memiliki karakteristik sebagai buah karya dan buah pikir yang memiliki kadar orisinilitas dan kebaruan.

3) Program inovasi dilaksanakan melalui program yang terencana. Dalam artian bahwa suatu inovasi akan dilakukan melalui suatu proses yang tak tergesa-gesa, namun kegiatan inovasi dipersiapkan secara matang dengan program yang jelas dan direncanakan terlabih dahulu.

4) Inovasi yang digulirkan memiliki tujuan yaitu bahwa program inovasi yang dilakukan harus memiliki apa yang ingin dicapai termasuk arah dan strategi yang bagaimana untuk mencapai tujuan tersebut.

Uraian di atas menunjukkan bahwa pembelajaran inovatif yang dilakukan berbanding terbalik dari kondisi awal yang cenderung

33

guru berperan sebagai pengajar bukan pendidik, guru sebagai sumber pengetahuan dan mahatahu; sekolah terikat jadwal yang ketat; belajar dibatasi kurikulum; basis belajar hanya berkutat pada fakta, isi pelajaran, dan teori semata; hafalan menjadi agenda utama bagi siswa; keseragaman; kelas menjadi fokus utama; komputer lebih dipandang sebagai objek; penggunaan media statis lebih mendominasi; komunikasi terbatas; serta penilaian bersifat normatif (Suyatno, 2009:7). Pembelajaran inovatif lebih menekankan pada keterlibatan siswa secara aktif dalam sebuah pembelajaaran yang dilakukan dengan memanfaatkan lingkungan sekitar dengan menggunakan strategi yang telah direncanakan secara matang. c. Keunggulan Pembelajaran Inovatif

Pembelajaran inovatif sebagai pembaharuan menawarkan keunggulannya. Keunggulan dapat ditilik dari prinsip pembelajaran inovatif yang disampaikan oleh Suyatno (2009:8) yaitu berpusat pada siswa; berbasis masalah; terintergrasi; berbasis masyarakat; memberikan pilihan; tersistem; dan berkelanjutan. Triyanto (2012: 10-12) memaparkan empat kecenderungan pembelajaran inovatif-progresif yaitu proses belajar; transfer belajar; siswa sebagai pembelajar; dan pentingnya lingkungan belajar. Sedangkan menurut Shoimin (2014:21) dalam konteks pembelajaran, inovasi merupakan bentuk kreativitas guru dalam mengelola pembelajaran yang semula monoton, membosankan, menjenuhkan, dan ortodoks diubah menjadi pembelajaran yang menyenangkan, variatif, dan bermakna.

Dari kedua ahli tersebut, kesimpulan keunggulan pembelajaran inovatif sebagai berikut:

1) Berpusat pada siswa atau student centered dimana siswa mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya melalui pemecahan masalah yang dilakukan melalui serangkaian pengalaman yang telah direncanakan guru.

34

2) Terintegrasi, memadukan dua atau lebih disiplin ilmu yang memiliki kaitan pembahasan untuk dipelajari secara berkelanjutan sehingga pembelajaran lebih bermakna karena dapat mengetahui fungsi dan peran setiap disiplin ilmu dengan disiplin ilmu.

3) Proses belajar dilakukan dengan memanfaatkan berbagai lingkungan termasuk lingkungan masyarakat yang selalu mengikuti perubahan zaman sehingga tujuan pembelajaran yang menyenangkan dapat terealisasikan. Siswa diajak mengimplementasikan materi yang dipelajari dari dalam kelas ke konteks masyarakat atau sebaliknya, mengambil masalah yang terjadi di masyarakat sebagai bahan untuk mengasah keterampilan dan pengetahuan yang lebih agar proses belajar lebih bermakna dan materi yang diajarkan cepat tersimpan dalam memori (Suyatno, 2009:11).

d. Model Pembelajaran Picture and Picture

Picture and picture menjadi salah satu model yang dikembangkan dalam pembelajaran inovatif. Menurut Shoimin (2014:122) picture and picture adalah suatu model belajar menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis. Suprijono (dalam Huda, 2013:236) menuturkan bahwa picture and picture merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Sedangkan Suyatno (2009:48) menuliskan bahwa model pembelajaran picture and picture menyajikan informasi kompetensi, sajian materi, perlihatkan gambar kegiatan berkaitan dengan materi, siswa mengurutkan gambar sehingga sistematik, guru mengonfirmasi urutan gambar tersebut, guru menanamkan konsep sesuai materi bahan ajar, penyimpulan, evaluasi, dan refleksi. Dari paparan ketiga ahli, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran picture and

35

picture merupakan model pembelajaran inovatif yang menggunakan gambar untuk dipasangkan atau diurutkan sehingga sistematik.

Langkah model pembelajaran picture and picture menurut Huda (2013:236) adalah penyampaian kompetensi; presentasi materi; penyajian gambar; pemasangan gambar; penjajakan; penyajian kompetensi; dan penutup. Sedangkan Shoimin (2014:123-125) dan Suyatno (2009:116) menyebutkan bahwa langkah pembelajaran picture and picture adalah guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai; menyajikan materi sebagai pengantar; guru menunjukkan dan memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi; guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian memasang atau mengurutkkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis; guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut; dari alasan urutan gambar tersebut guru memulai menanaman konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai; serta kesimpulan dan rangkuman. Dari uraian di atas, picture and picture memiliki langkah sebagai berikut:

1) Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai.

Pada langkah ini guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator mata pelajaran yang akan diberikan sehingga siswa dapat mengukur sejauh mana materi yang harus dikuasai. 2) Guru menyajikan materi dan memberikan motivasi sebagai

permulaan.

Penyajian materi sebagai pengantar adalah hal yang penting untuk mencapai kesuksesan pembelajaran. Melalui tahap ini, guru dapat memberikan motivasi yang dapat menarik perhatian siswa (yang belum siap) untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.

36

Dalam tahap ini siswa diajak untuk terlibat aktif dalam proes pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukkan oleh guru maupun temannya.

4) Guru meminta siswa memasangkan gambar.

Siswa diminta mengurutkan, membuat, atau memodifikasi. Pada tahap ini, guru harus mampu memberikan motivasi kepada siswa karena penunjukkan secara langsung membuat siswa merasa dihukum. Salah satu alternatifnya guru dapat menggunakan undian sehingga siswa merasa harus menjalankan tugas yang diberikan.

5) Guru menuju tahap penjajakan dengan menanyakan alasan siswa memasang atau mengurutkan gambar.

Dalam tahap ini guru mengajak siswa berdiskusi untuk mengaitkan gambar dengan tuntutan kopentensi dasar dengan indikator yang akan dicapai. Untuk mengendalikan situasi, guru berperan sebagai moderator utama.

6) Guru menyajikan kompetensi untuk menanamkan konsep yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

Dalam proses ini, guru harus memberikan penekanan pada kompetensi yang ingin dicapai dengan mengulangi, menuliskan, atau bentuk lain dengan tujuan agar siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan.

7) Kesimpulan dan rangkuman.

Siswa bersama guru menutup pembelajaran dengan membuat kesimpulan dan rangkuman.

e. Model Pembelajaran Quantum Learning

Shoimin (2014:39) menyatakan bahwa quantum learning (QL) merupakan metode yang bertumpu dari metode Freire dan Lozanov yang mengutamakan percepatan belajar dengan cara partisipasi peserta didik dan melihat potensi dalam penguasaan diri. QL

37

menganggap segala yang dipikirkan, dilakukan, dan diasosiasikan merupakan proses belajar. Metode pendidikan dirancang dengan melibatkan diri peserta didik secara aktif dan menggunakan alam sebagai sarana dalam mengenal diri sendiri. Ada lima prinsip dalam quantum learning, yaitu segala berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, dan jika layak dipelajari, layak pula dirayakan.

Model QL, menganggap siswa sebagai pusat keberhasilan belajar. Shoimin (2014:42) memberikan saran dalam membangun hubungan dengan siswa yaitu: semua siswa sederajat, pahami karakteristik dan minat siswa, cari hal yang dapat menghambat jika tidak tahu bisa tanyakan ke siswa, berbicaralah secara jujur dan halus, serta bersenang-senanglah dengan para siswa.

Quantum learning dapat dikatakan sebagai model pembelajaran yang menekankan untuk memberikan manfaat yang bermakna dan juga menekankan pada tingkat kesenangan dari peserta didik atau siswa. Sintaks atau langkah model pembelajaran kuantum (quantum learning) yang dikenal dengan sebutan TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi, dan Rayakan) (Hosnan, 2014:360).

1) Langkah 1: Tumbuhkan

Menumbuhkan minat siswa terhadap pembelajaran yang akan dilakukan dengan memberikan motivasi yang menarik; menggali permasalahan terkait dengan materi yang akan dipelajari seperti menampilkan suatu gambaran, benda nyata, cerita pendek, maupun video.

2) Langkah 2: Alami

Alami merupakan tahap untuk mengembangkan pengetahuan awal yang telah dimiliki. Tahap ini dapat dilakukan dengan mengadakan pengamatan.

38

Tahap namai merupakan tahap memberikan kata kunci, konsep, model, rumus, atau strategi atas pengalaman yang telah diperoleh. Tahap ini dapat dilakukan dengan menyusun gambar, memberi warna, menyediakan kertas untuk menulis, atau membuat poster.

4) Langkah 4: Demonstrasi

Tahap demonstrasi menyediakan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan apa yang siswa ketahui. Tahap ini bisa dilakukan dengan penyajian di depan kelas, permainan, menjawab pertanyaan, dan menunjukkan hasil pekerjaan.

5) Langkah 5: Ulangi

Pengulangan dilakukan untuk membatu siswa dalam memahami materi. Tahap ini dapat dilakukan dengan memberikan penegasan kembali pokok materi pembelajaran, memberi kesempatan siswa untuk mengulang pembelajaran dengan teman lain, atau melalui latihan soal.

6) Langkah 6: Rayakan

Rayakan merupakan wujud pengakuan untuk menyelesaikan partisipasi dan memperoleh keterampilan dalam ilmu pengetahuan. Tahap ini dapat dilakukan dengan pujian, tepuk tangan, catatan pribadi, atau bernyanyi bersama.

Dokumen terkait