• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan perangkat pembelajaran inovatif dalam Sub Tema 2 Tubuhku mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengembangan perangkat pembelajaran inovatif dalam Sub Tema 2 Tubuhku mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar - USD Repository"

Copied!
188
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF DALAM SUB TEMA 2 TUBUHKU MENGACU KURIKULUM 2013

UNTUK SISWA KELAS I SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Mei Dwi Cahyani

NIM: 151134160

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini peneliti persembahkan untuk:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu menjadi penopang hidup dalam menyertai dan memberkati setiap perjalanan hidup saya.

Keluarga tercinta, Bapak Khomaidi, Ibu Francisca Romana Sutinah, Mbak Nurhidayati, Mas Damasus Warsito, dan Mbah Sarto Wiyono yang senantiasa memberikan dukungan, bantuan, motivasi, serta kekuatan dalam bentuk material,

moral, maupun spiritual.

Teman-teman mahasiswa PGSD angkatan 2015 terutama kelas D dan teman-teman satu payung, yang selalu memberikan warna dalam perjalanan selama

kuliah, baik suka maupun duka.

Sahabat-sahabatku tercinta yang selalu berbagi cerita dan ilmu dalam langkah menuju puncak akhir perkuliahan saya.

Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi, para dosen dan asisten dosen yang pernah singgah untuk memberikan ilmu dan berbagi

pengalaman kepada saya.

Semua pihak yang membantu dan mendukung dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

(5)

v MOTTO

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.” (Matius 7:7)

“Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan.” (Yeremia 17:7)

“Harta yang paling berharga adalah keluarga.” (Harta Berharga-BCL)

“Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Berusaha dengan jelas adalah kemenangan yang hakiki” (Mahatma Gandhi)

“Doa Bapa Kami dan Novena Tiga Salam Maria adalah sumber pangharapan hidupku. Sekarang tanganku digandeng Tuhan dan aku membiarkan Tuhan

menuntunku”

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 21 Februari 2019 Peneliti

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Mei Dwi Cahyani

Nomor Mahasiswa : 151134160

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF DALAM SUB TEMA 2 TUBUHKU MENGACU KURIKULUM 2013

UNTUK SISWA KELAS I SEKOLAH DASAR

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 21 Februari 2019 Yang menyatakan

(8)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF DALAM SUB TEMA 2 TUBUHKU MENGACU KURIKULUM 2013

UNTUK SISWA KELAS I SEKOLAH DASAR

Mei Dwi Cahyani Universitas Sanata Dharma

2019

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan guru terhadap ketersediaan contoh perangkat pembelajaran inovatif mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa Sekolah Dasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas perangkat pembelajaran inovatif yang dikembangkan. Perangkat pembelajaran inovatif yang dikembangkan terdiri dari program tahunan, program semester, silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dalam sub tema 2 Tubuhku mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Subjek penelitian ini adalah 1 guru Sekolah Dasar kelas I dan 26 siswa kelas I SD Negeri Ngabean tahun ajaran 2018/2019. Objek penelitian ini adalah perangkat pembelajaran inovatif dalam sub tema 2 Tubuhku mengacu Kurikulum 2013. Peneliti menggunakan langkah-langkah penelitian dan pengembangan dari Borg and Gall yang terdiri dari 10 langkah. Namun, dalam pengembangan ini, peneliti membatasi menjadi tujuh (7) langkah yaitu sebagai berikut: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk awal, (4) validasi desain produk, (5) revisi desain produk, (6) uji coba pemakaian produk, (7) penyempurnaan produk akhir.

Berdasarkan hasil validasi produk yang dilakukan oleh dua pakar, perangkat pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe picture and picture dan quantum learning yang digabungkan dengan hasil validasi uji coba produk terbatas yang dilakukan sebanyak dua kali dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe picture and picture dan quantum learning, dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran inovatif yang dikembangkan memperoleh skor retata 4,43 yang menunjukkan kualitas produk “sangat baik” dan layak digunakan.

(9)

ix

ABSTRACT

DEVELOPMENT OF INNOVATIVE LEARNING DEVICES IN SUB THEME 2 TUBUHKU BASED ON A CURRICULUM 2013

FOR 1 GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL

Mei Dwi Cahyani Sanata Dharma University

2019

The background of research was motivated by the teacher’s need for example of innovative learning devices that were still limited. The main purpose of this research was to find out the quality of innovative learning devices developed. The innovative learning tolls that developing was annual program, semester program, syllabus, and lesson plan.

This type of research was research and development (R&D). This subject of the research were Ist grade teacher in elementary school and the twenty six students from the first grade of SD Negeri Ngabean on 2018/2019. The object of this research was innovative learning devices in sub theme 2 Tubuhku referring to the 2013 curriculum. Researchers used Borg and Gall’s research and development steps. The steps for developing this research (1) potential and problems, (2) data collection, (3) initial product design, (4) product design validation, (5) product design revision, (6) product testing, (7) finishing of the final product.

The result showed that the quality of innovative learning devices in sub theme 2 Tubuhku referring to the 2013 curriculum with the average score of product validation and product trial using cooperative learning models of picture and picture and quantum learning of 4,43 as “very good” quality. Therefore, it could be concluded that the innovative learning devices had an excellent quality and proper to used.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran Inovatif dalam Sub Tema 2 Tubuhku mengacu Kurikulum 2013 untuk Siswa Kelas I Sekolah Dasar dengan baik dan tepat waktu. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang senantiasa menyertai dan memberikan kelancaran selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

4. Ibu Kintan Limiansih, S.Si., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

5. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah mendampingi dan memberi dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Para dosen dan staf Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,

Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan pelayanan dengan baik. 7. Ibu M dari mahasiswa PPG Universitas Sanata Dharma dan Ibu S dari SD

Negeri Ngabean, selaku validator ahli yang telah memberikan bantuan dengan melakukan validasi produk penelitian.

(11)

xi

9. Ibu Suprihatin, S.Pd. selaku Kepala SD Negeri Ngabean yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk mengujikan produk di kelas I.

10.Siswa-siswi kelas I SD Negeri Ngabean yang telah membantu dengan menjadi subjek dalam uji coba produk lapangan terbatas.

11.Bapak Khomaidi; Ibu Francisca Romana Sutinah; Mbak Nurhidayati; Mas Damasus Warsito; dan Mbah Sarto Wiyono yang senantiasa memberikan doa, motivasi, semangat, dan dukungan baik secara material, moral, maupun spiritual.

12.Para sahabat yang memberikan informasi, doa, dan dukungan. Teman-teman penelitian satu payung; dan teman-teman mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma angkatan 2015 khususnya kelas D yang senantiasa memberikan warna, semangat, dukungan, dan informasi bagi kelancaran penyusunan skripsi (Mega, Galih, Diah, Ester, Hilaria, Bruder Mikael, Desi, Novi, Bela, Fahmia, Mbak Nia, Nisa, Yuliana, Mbak Niken, Halimah, Lestari, Jo, Erwin, Rian, Mbak Ria dan yang tidak bisa peneliti sebutkan satu-persatu).

13.Segenap pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, 21 Februari 2019 Peneliti

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Operasional ... 7

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 12

A. Kajian Pustaka ... 12

1. Karakteristik Kurikulum SD 2013 ... 12

2. Keterampilan Dasar Belajar Abad 21 ... 22

3. Perangkat Pembelajaran ... 23

(13)

xiii

B. Penelitian yang Relevan... 38

C. Kerangka Berpikir ... 41

D. Pertanyaan Penelitian ... 42

BAB III METODE PENELITIAN ... 43

A. Jenis Penelitian ... 43

B. Setting Penelitian ... 45

C. Prosedur Pengembangan ... 47

D. Instrumen Penelitian ... 50

E. Teknik Pengumpulan Data ... 51

F. Teknik Analisis Data ... 52

G. Jadwal Penelitian ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

A. Analisis Kebutuhan ... 57

1. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 58

2. Hasil Observasi Analisis Kebutuhan ... 63

3. Pembahasan Hasil Wawancara dan Observasi Analisis Kebutuhan ... 65

B. Deskripsi Produk Awal ... 66

C. Validasi Ahli dan Revisi Produk ... 68

1. Validasi Ahli ... 68

2. Revisi Produk ... 78

D. Uji Coba Terbatas ... 79

1. Data Uji Coba Terbatas... 79

2. Revisi Produk ... 85

E. Kajian Produk Akhir dan Pembahasan ... 87

1. Kajian Produk Akhir ... 87

2. Hasil Penelitian ... 91

3. Pembahasan ... 92

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENGEMBANGAN DAN SARAN ... 100

A. Kesimpulan ... 100

(14)

xiv

C. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 102

LAMPIRAN ... 105

(15)

xv

DAFTAR TABEL

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pedoman Wawancara ... 106

Lampiran 2 : Rangkuman Hasil Wawancara ... 108

Lampiran 3 : Instrumen Observasi Survei Kebutuhan ... 120

Lampiran 4 : Hasil Observasi Survei Kebutuhan ... 122

Lampiran 5 : Hasil Validasi Produk Perangkat Pembelajaran Inovatif ... 129

Lampiran 6 : Hasil Uji Coba Perangkat Pembelajaran Inovatif ... 154

Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian ... 166

Lampiran 8 : Surat Pernyataan Kepala Sekolah ... 167

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Uraian dalam bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan spesifikasi produk yang dikembangkan.

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu. Senada dengan pengertian tersebut, Dakir (2004:3) menyimpulkan jika kurikulum merupakan program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan, dan dirancangkan secara sistematik atas dasar norma-norma yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Kedua pendapat tersebut menegaskan bahwa kurikulum merupakan pedoman yang dirancang dan digunakan untuk mencapai tujuan dalam kegiatan pendidikan.

(19)

2

dapat dicapai melalui serangkaian pendekatan ilmiah atau pendekatan saintifik (scientific approach). Pendekatan saintifik dilakukan dengan mengajak siswa mengontruksi pengetahuan secara mandiri melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan. Penerapan pendekatan tersebut melahirkan sistem evaluasi autentik yang digunakan untuk menganalisis dan menafsirkan data dalam proses dan hasil belajar siswa secara sistematis dan berkesinambungan (Sunarti dan Selly, 2014:7). Evaluasi tersebut dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan kompetensi peserta didik yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Penerapaan pendekatan saintifik memanfaatkan pembelajaran tematik yaitu pembelajaran yang menggabungkan beberapa unsur mata pelajaran yang memiliki topik tertentu kemudian dielaborasi menjadi satu tema. Sani (2013:19) mengungkapkan jika pembelajaran tematik yang berfungsi untuk mengkontruksi pengetahuan akan lebih mudah dilaksanakan dengan memberikan bantuan berupa petunjuk, pedoman, bagan, prosedur, atau balikan. Bantuan tersebut berupa perangkat pembelajaran inovatif yang sedang bergaung dimasa penerapan Kurikulum 2013 ini. Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan bahwa komponen perangkat pembelajaran inovatif menjadi standar dalam proses pendidikan yang disusun pada tahap perencanaan. Akbar (2013:iii) menyebutkan jika perangkat pembelajaran inovatif terdiri dari silabus, bahan ajar, sumber dan media pembelajaran, model pembelajaran, instrumen pembelajaran, dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Prinsip pembelajaran yang menggunakan perangkat pembelajaran inovatif yaitu berpusat pada siswa, berbasis masalah, terintegrasi, berbasis masyarakat, memberikan pilihan, tersistem, dan berkelanjutan, sehingga dapat meningkatkan semangat melalui inspirasi kreativitas yang disajikan selama pelaksanaan pembelajaran (Sani, 2013:v).

(20)

3

guru untuk dapat merencanakan pembelajaran dengan memasukkan unsur berpikir tingkat tinggi yang terdapat pada Taksonomi Bloom dan memanfaatkan model pembelajaran, metode pembelajaran, strategi pembelajaran, serta teknologi yang mendukung tercapainya kompetensi.

(21)

4

Berdasar observasi dan wawancara dengan guru kelas I di SD Kanisius Condongcatur pada 02 April 2018, di SD Negeri Ngabean pada 05 April 2018, dan di SD Negeri Deresan pada 09 April 2018, guru masih terpaku pada kegiatan pembelajaran yang terdapat pada buku pegangan guru dan buku pegangan siswa. Guru tidak mengembangkan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa dan kondisi di lingkungan sekolah, sehingga ketika pembelajaran siswa terlihat kurang tertarik dengan materi yang disampaikan karena guru tidak menyediakan media dan perlengkapan yang dapat membangkitkan semangat serta antusiasme siswa. Ketika dikonfirmasi mengenai perencanaan sebelum pembelajaran, guru belum sepenuhnya membuat perangkat pembelajaran inovatif. Hal tersebut disebabkan kurangnya pemahaman guru mengenai perangkat pembelajaran inovatif. Ketika peneliti menanyakan tentang perangkat pembelajaran inovatif, guru mengetahui tetapi tidak sepenuhnya memahami arti, manfaat, komponen, maupun model yang seharusnya dikuasai untuk menunjang penyusunan.

Para guru juga telah mengikuti pelatihan yang diadakan pemerintah dengan harapan dapat menyiapkan perangkat pembelajaran yang dapat menunjang pembelajaran. Namun karena materi yang disampaikan banyak dan waktu pelaksanaan dianggap kurang mencukupi maka guru belum mampu memahami dan menerapkan materi dengan maksimal. Guru mengungkapkan dalam pelaksanaan cenderung memanfaatkan buku pegangan guru dan buku pegangan siswa, tanpa mengembangkannya. Guru menginginkan lebih banyak contoh pengembangan perangkat pembelajaran inovatif yang mengacu pada Kurikulum 2013 sebagai referensi.

(22)

5

Berdasarkan kebutuhan guru dan permasalahan yang ditemukan, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dan pengembangan (research and development) mengenai perangkat pembelajaran inovatif yang sesuai dengan Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar. Penelitian dibatasi pada materi sub tema 2 Tubuhku. Pemilihan sub tema dilakukan bersadarkan temuan peneliti yang melihat adanya perilaku siswa yang kurang pantas dilakukan yaitu seorang siswa laki-laki mencium kening siswa perempuan, sedangkan siswa perempuan merasa bahwa hal tersebut adalah bentuk kasih sayang dari teman sehingga tidak mempermasalahkannya. Untuk itu, peneliti tertarik untuk memberikan pengetahuan yang dapat menunjang siswa dalam memahami bagian tubuh yang perlu dirawat dan bagaimana cara merawat bagian tubuh dengan baik dan benar melalui perangkat pembelajaran inovatif yang dapat memudahkan siswa untuk memahaminya.

Penelitian ini berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Inovatif dalam Sub Tema 2 Tubuhku mengacu Kurikulum 2013 untuk Siswa Kelas I Sekolah Dasar”. Pengembangan dilakukan dengan membuat produk di antaranya program tahunan (prota), program semester (prosem), silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pengembangan perangkat pembelajaran inovatif mampu mendukung kebutuhan dan keterlibatan siswa dalam mencapai tujuan belajar yang dapat memberikan kemajuan terhadap kualitas belajar siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut: bagaimana kualitas perangkat pembelajaran inovatif dalam sub tema 2 Tubuhku mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar?

C. Tujuan Penelitian

(23)

6

sub tema 2 Tubuhku mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Peneliti memperoleh pengalaman dalam mengembangkan perangkat pembelajaran inovatif yang berkualitas pada sub tema 2 Tubuhku mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar. Perangkat pembelajaran inovatif yang dikembangkan dapat memberikan wawasan dan pemikiran baru bagi peneliti akan pentingnya pengembangan perangkat pembelajaran inovatif dalam menerapakan Kurikulum 2013. 2. Bagi Guru

Guru memiliki pemahaman dan referensi dalam mengembangkan perangkat pembelajaran inovatif khususnya pada sub tema 2 Tubuhku mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar. Guru juga memperoleh pengalaman tentang pentingnya mengembangkan perangkat pembelajaran inovatif untuk membantu siswa dalam memahami materi yang akan disampaikan.

3. Bagi Sekolah

Sekolah memperoleh pengalaman tentang penerapan perangkat pembelajaran inovatif khususnya sub tema 2 Tubuhku mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar. Sehingga sekolah dapat tergerak untuk meningkatkan hasil belajar dengan mengembangkan dan menerapkan perangkat pembelajaran inovatif agar lebih efektif dan efisien.

4. Bagi Program Studi Pendidikan Guru Selolah Dasar

(24)

7 E. Definisi Operasional

1. Pembelajaran inovatif adalah pembaaruan yang dilakukan dalam kegiatan belajar dengan menggunakan metode yang bersifat fleksibel dan leluasa sehingga dapat memenuhi kebutuhan siswa secara keseluruhan agar pembelajaran menjadi hidup dan bermakna.

2. Perangkat pembelajaran inovatif adalah perlengkapan yang digunakan sebagai perangkat pembelajaran yang diciptakan sesuai dengan tuntutan kebutuhan demi meningkatkan kualitas praktik pembelajaran yang di dalamnya memuat prota, prosem, silabus, dan RPP.

3. Kurikulum SD 2013 adalah seperangkat rencana yang digunakan sebagai pedoman dalam menyeimbangkan antara kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan melalui penerapan pembelajaran tematik integratif, pendekatan saintifik, penguatan pendidikan karakter, dan menggunakan penilaian autentik.

4. Model pembelajaran cooperative learning tipe picture and picture adalah suatu model yang dikemas secara berkelompok dengan memanfaatkan gambar sebagai media dalam belajar dengan cara memasangkan atau mengurutkannya.

5. Model pembelajaran quantum learning adalah suatu model yang membiasakan belajar menjadi menyenangkan melalui interaksi yang dilakukan dengan lingkungan sekitar serta memberikan perayaan berupa pujian maupun hadiah pada setiap keberhasilan yang dicapai.

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan 1. Cover atau sampul

(25)

8

Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Cover belakang berisi biodata singkat penulis. 2. Ukuran kertas

Produk dicetak dalam ukuran kertas A4 dengan berat 70 gram sedangkan sampul dicetak dengan kertas ivory 230 supaya terlihat kokoh.

3. Format tulisan

Produk ditulis menggunakan theme fontTimes New Roman” dan “Arial” dengan spasi 1,5 supaya setiap bagian perangkat pembelajaran terlihat jelas.

4. Kata pengantar

Kata pengantar terdiri dari ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa; penjelasan kerangka berpikir seputar pembelajaran inovatif; ucapan terimakasih kepada pihak yang membantu dan terlibat dalam penyusun produk; dan kesediaan penulis dalam menerima kritik dan saran terkait dengan produk yang dikembangkan.

5. Daftar isi

Daftar isi terdiri dari garis besar isi buku beserta nomor halaman.

6. Perangkat pembelajaran program tahunan untuk kelas I SD semester gasal dan genap

Program tahunan (prota) adalah rencana umum pelaksanaan pembelajaran berisi rencana penetapan alokasi waktu satu tahun pembelajaran. Program tahunan dibuat sesuai dengan kalender pendidikan tahun ajaran 2018/2019 kelas I di SD Negeri Ngabean. Komponen-komponen dalam menyusun prota terdiri dari identitas (satuan pendidikan, kelas, semester) dan format isian (tema, sub tema, dan alokasi waktu). Program tahunan disusun dalam bentuk portrait sebanyak 2 halaman.

7. Perangkat pembelajaran program semester untuk kelas I SD semester gasal

(26)

9

tahunan. Program semester disusun berdasar kalender pendidikan dari semester gasal tahun ajaran 2018/2019. Prosem berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut. Program semester disusun dalam bentuk landscape sebanyak 7 halaman.

8. Perangkat pembelajaran silabus untuk kelas I SD semester gasal ajaran 2018/2019

Silabus merupakan salah satu produk pengembangan kurikulum berisikan garis-garis besar materi pelajaran, kegiatan pembelajaran dan rancangan penilaian. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar.

9. Perangkat pembelajaran rencana pelaksanaan pembelajaran

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) disusun lengkap terdiri dari 1) identitas RPP; 2) tujuan pembelajaran; 3) kompetensi dasar dan indikator; 4) materi pembelajaran; 5) pendekatan, model, metode, dan teknik pembelajaran; 6) langkah pembelajaran; 7) media, alat, dan sumber belajar; 8) penilaian; dan 9) lampiran yang berisi rangkuman materi, media, LKPD, instrumen dan rubrik penilaian, lembar evaluasi, lembar referensi, lembar pengayaan, dan sintaks model pembelajaran. RPP disusun dalam satu sub tema sehingga menghasilkan 6 produk RPP. 10.Model pembelajaran

Penyusunan perangkat pembelajaran inovatif menggunakan dua model pembelajaran yaitu:

a. Cooperative learning tipe picture and picture

Model pembelajaran cooperative learning tipe picture and picture digunakan pada RPP sub tema 2 Tubuhku pembelajaran ke 1, 3, 5. b. Quantum learning

(27)

10 11.Pendekatan saintifik

Pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang supaya peserta didik mengkonstruk konsep, hukum, atau prinsip melalui tahap mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah); merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis; mengumpulkan data dengan berbagai teknik; menganalisis data dan menarik kesimpulan; serta mengkomunikasikan konsep, hukum, atau prinsip yang ditemukan.

12.Pembelajaran terpadu

Pembelajaran dikemas dalam pembelajaran terpadu yang mempunyai karakteristik berpusat pada siswa, memberikan pengalaman langsung, pemisahan antar mata pelajaran yang tidak begitu terlihat (landai), menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, bersifat fleksibel (guru dapat mengaitkan mata pelajaran satu dengan yang lain), dan menggunakan prinsip belajar sambil bermain serta menyenangkan. 13.Pendidikan karakter

Penguatan pendidikan karakter diintegrasikan dalam seluruh mata pelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat dalam kurikulum. Pendidikan karakter yang dikembangkan memuat aspek spiritual dan aspek sosial. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap bidang studi perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.

14.Mengembangkan keterampilan dasar abad 21 (4C-critical thinking, creative thinking, collaborative, communicative)

(28)

11

merumuskan, merencanakan, memproduksi, membuat hipotesis, mendesain, menciptakan, dan lain-lain.

15.Penilaian autentik

Penilaian autentik diterapkan pada rancangan RPP. Penilaian autentik mengandung aspek sikap spiritual dan sosial, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan. Penilaian dilengkapi dengan instrumen penilaian yang memuat kunci jawaban dari soal tertulis, daftar cek atau pedoman observasi bagi penilaian dengan teknik observasi, dan cara skoring. 16.Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar

(29)

12 BAB II

LANDASAN TEORI

Uraian dalam bab ini terdiri dari kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian.

A. Kajian Pustaka

Uraian dalam subbab ini terdiri dari beberapa teori pendukung penelitian. Peneliti membahas beberapa hal di antaranya adalah karakteristik kurikulum SD 2013, keterampilan dasar abad 21, perangkat pembelajaran, dan pembelajaran inovatif.

1. Karakteristik Kurikulum SD 2013

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum merupakan rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Hal senada juga diungkapkan oleh Triwiyanto (2015:23) yang menyimpulkan bahwa kurikulum merupakan seperangkat rencana dan penataan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai produktivitas pendidikan. Berdasarkan pendapat kedua ahli, dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan rencana yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.

(30)

13

pendidikan; fleksibilitas mensyaratkan adanya ruang bebas untuk mengembangkan program pembelajaran; dan efektivitas ditinjau dari kertercapaian yang direncanakan; efisiensi dimaksudkan agar hasil dan usaha dapat seimbang.

Pada abad 21 ini, pemerintah Indonesia melakukan pembaharuan kurikulum dari kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013. Perubahan dilakukan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar menjadi pribadi yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, dan beriman (Kunandar, 2014:16). Mulyasa (2013:7) mengungkapkan jika implementasi Kurikulum 2013 mengintegrasikan pendidikan karakter diseluruh pembelajaran pada setiap bidang studi. Sehingga dalam orientasinya, kurikulum dapat menyeimbangkan antara pencapaian kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge) (Prastowo. 2015:5).

Kosasih (2014:70) mengungkapkan bahwa Kurikulum 2013 dalam proses pembelajarannya memadukan penalaran induktif dan penalaran deduktif. Pengalaman induktif menghendaki peserta didik menemukan pengalaman dan pengetahuannya sendiri di lapangan. Sedangkan pengalaman deduktif memanfaatkan pengetahuan dan teori yang ada sebagai pengetahuan baru bagi peserta didik. Ahli lain, Widyastono (2014:30) menuliskan bahwa Kurikulum 2013 menekankan kompetensi pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik secara holistik, yang harus diimplementasikan dalam pembelajaran dan ditagih dalam rapor sebagai penentu kenaikan kelas dan kelulusan peserta didik. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang dikembangkan dengan menekankan kompetensi sikap sebagai pondasi dalam mengembangkan karakter peserta didik untuk mencapai kompetensi pengetahuan dan keterampilan melalui proses konstruksi secara mandiri.

(31)

14

menggunakan pembelajaran saintifik, mengembangkan pendidikan karakter, mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan penilaian autentik, dan berpusat pada siswa. Berikut merupakan penjelasan dari setiap karakteristik Kurikulum 2013:

a. Menggunakan pembelajaran terpadu

Pembelajaran terpadu atau pembelajaran tematik digunakan dalam pengimplementasian Kurikulum 2013. Pembelajaran ini sudah diterapkan pada kurikulum sebelumnya yaitu KTSP, namun pada jenjang Sekolah Dasar hanya menyasar untuk siswa kelas bawah. Pada Kurikulum 2013, penggunaan pembelajaran terpadu disamaratakan dari siswa kelas bawah hingga siswa kelas atas.

Depdiknas (2006:5) menyatakan bahwa pembelajaran tematik pada dasarnya merupakan model dari kurikulum terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik. Pembelajaran terpadu menggunakan situasi riil dan aktif agar dapat menarik minat siswa untuk mencapai berbagai kompetensi yang ditargetkan (Akbar dkk, 2016:9). Senada dengan pendapat tersebut, Joni (dalam Trianto, 2014:56) mengungkapkan jika pembelajaran terpadu memungkinkan siswa secara individual atau kelompok aktif dalam mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik. Pembelajaran akan semakin bermakna apabila sesuai dengan kebutuhan siswa (Kadir dan Hanun, 2014:24).

Trianto (2014:62) menyatakan pembelajaran terpadu memiliki beberapa karakteristik, di antaranya:

(32)

15

2) Bermakna, pengkajian fenomena dari berbagai aspek memiliki jalinan sehingga hasil belajar lebih bermakna dan dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan. 3) Autentik, kegiatan belajar dilaksanakan secara langsung agar

peserta didik dapat mengkontruksi sendiri pengetahuan, bukan hasil pemberitahuan guru.

4) Aktif, pembelajaran terpadu didasarkan pada pendekatan discovery-learning sehingga mengajak siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi.

Dari uraian di atas, terpadu merupakan pembelajaran yang menyajikan konsep keterpaduan berbagai disiplin ilmu dengan mempertimbangkan keterkaitan isi sehingga dalam pergantian materi bersifat landai. Pembelajaran terpadu juga menitikberatkan pada peran siswa untuk mengkontruksi sendiri pengetahuan melalui penyajian pengalaman belajar yang dikemas secara nyata untuk memberikan pengalaman yang lebih bermakna.

b. Menggunakan pendekatan saintifik

(33)

16

demikian dapat melatih pola pikir dan karakter siswa untuk memiliki pemikiran seperti seorang ilmuan.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81-A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013 Lampiran IV Pedoman Umum Pembelajaran menyatakan bahwa pada Kurikulum 2013 sintaks pembelajaran saintifik ditetapkan dengan urutan mengamati, menanya, mencari data atau informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.

1) Mengamati

Mengamati atau observasi merupakan kegiatan belajar yang dilakukan secara sengaja dan sistematis dengan jalan pengamatan dan pencatatan (Hosnan, 2014:40). Observasi dilakukan menggunakan panca indra untuk memperoleh informasi (Kunandar, 2014:202). Objek observasi diberikan secara nyata untuk kemudian dideskripsikan secara faktual sesuai dengan objek yang diamati. Kegiatan ini bermanfaat untuk menarik perhatian dan keingintahuan siswa untuk mempelajari lebih mendalam.

Kegiatan mengamati dapat dilakukan dengan beberapa langkah di antaranya: a) menentukan objek yang akan diamati; b) membuat pedoman pengamatan sesuai dengan objek yang akan diamati; c) menentukan tempat pelaksanaan pengamatan; dan; d) menentukan cara yang digunakan untuk mencatat data pengamatan.

2) Menanya

(34)

17

(Kemendikbud, 2013). Dalam tahapan ini, guru berperan sebagai pemandu untuk merangsang siswa dalam memecahkan masalah dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dan dibaca. 3) Mencari data atau informasi

Mencari data atau mengumpulkan informasi merupakan kegiatan lanjutan dari tahap bertanya untuk menghasilkan data yang dapat menjawab masalah dari pertanyaan atau hipotesis yang diajukan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan membaca sumber dari buku teks, mengamati objek atau kejadian atau aktivitas, maupun wawancara dengan narasumber. Setelah data terkumpul, siswa menghubungkan informasi satu dengan informasi lainnya untuk kemudian disimpulkan sesuai dengan informasi yang diperoleh. Tahapan ini dapat mengembangkan kompetensi sikap melalui penerapan sikap ilmiah yaitu teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, mampu berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi dengan berbagai cara, serta mengembangkan kebiasaaan belajar sepanjang hayat.

4) Mengasosiasi atau menalar

Mengasosiasi merupakan kegiatan menalar untuk mengolah data. Istilah menalar menggambarkan bahwa guru dan siswa merupakan pelaku aktif yang berusaha mencari solusi berdasar sumber yang ada (Kemendikbud, 2013). Solusi tersebut berupa kesimpulan dari kegiatan menalar yang dianalisis secara logis dan sistematis berdasarkan fakta empiris dari kegiatan observasi. 5) Mengomunikasikan

(35)

18

siswa untuk menyampaikan apa yang telah dipelajari selama kegiatan belajar menggunakan pembelajaran saintifik. Hasil belajar dari mengomunikasikan ini adalah siswa dapat memformulasikan dan mempertanggungjawabkan pembuktian hipotesis.

Berdasar uraian di atas, lima tahap dalam pembelajaran saintifik yaitu: mengamati, menanya, mengumpulkan data, menalar, dan mengomunikasikan. Kelima tahapan harus dilakukan secara berkesinambungan untuk memaksimalkan ketercapaian kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

c. Mengembangkan pendidikan karakter

Kurikulum 2013 lebih fokus pada pengembangan pendidikan karakter, kemudian baru memikirkan langkah untuk mengembangkan tujuan yang akan dicapai (Mulyasa, 2013:12). Pendidikan karakter dilakukan melalui proses belajar mengajar pada setiap materi pembelajaran (Kemendiknas, 2012). Pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil belajar yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan untuk membekali peserta didik sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan teknologi (Mulyasa, 2013:7). Akbar (2013:129) menambahkan bahwa pendidikan karakter pada dasarnya adalah upaya untuk menjadikan peserta didik berkarakter baik, hidup dengan benar dalam hubungan seseorang dengan Tuhan, sesama manusia, alam lingkungan hidupnya, bangsa dan negaranya.

(36)

19

prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

Pada Kurikulum 2013, pendidikan karakter tersirat dalam kompetensi inti yaitu kompetensi inti 1 (KI-1) yaitu sikap spiritual dan kompetensi inti 2 (KI-2) yaitu sikap sosial. Perkembangan pendidikan karakter dapat diukur melalui penilaian menggunakan rincian rubrik yang telah disusun dengan memprediksi perkembangan siswa melalui pengamatan yang dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung. Sehingga dalam pembelajaran, guru harus merekayasa pembelajaran seperti biasanya untuk mencapai KI-3 dan KI-4 yaitu kompetensi pengetahuan dan keterampilan, tanpa luput menyisipkan pendidikan karakter agar dapat menumbuhkan kompetensi sikap spiritual dan sosial.

Dari uraian di atas, pendidikan karakter pada kurikumum 2013 dikembangkan selama proses pembelajaran untuk menumbuhkan 18 sikap utama dalam kehidupan agar mampu menjadi pribadi yang baik sehingga mampu untuk menjawab tantangan zaman.

d. Mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi

(37)

20

mengintegrasikan setiap level berpikir dari mengingat kemudian ke level berikutnya secara berkesinambungan. Secara umum, manusia perlu menghafal dan memahami dasar ilmu yang dipelajari untuk kemudian bisa mencapai tahap berpikir kritis dan kreatif.

Dalam Taksonomi Bloom terdapat 4 dimensi pengetahuan yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif (Anderson dan Krathwohl, 2014:67-91). Pengetahuan faktual berisikan elemen dasar yang harus diketahui siswa jika ingin mempelajari suatu disiplin ilmu. Pengetahuan konseptual mencakup pengetahuan tentang kategorial, klasifikasi, dan hubungan antara dua atau lebih kategori. Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu. Sedangkan pengetahuan metakognitif merupakan dimensi baru dalam Taksonomi Bloom untuk mencantumkan hasil penelitian terbaru tentang peran pengetahuan. e. Menggunakan penilaian autentik

(38)

21

kompetensi inti dan kompetensi dasar. Permendiknas Nomor 20 Tahun 2017 tentang Standar Penilaian Pendidikan menetapkan bahwa penilaian autentik terdiri dari tes tulis, tes lisan, praktik, kinerja, observasi selama kegiatan, serta penugasan. Penilaian autentik memungkinkan peserta didik untuk mengevaluasi hasil belajar yang telah dicapai dan memuat rencana untuk meningkatkan kompetensinya.

f. Berpusat pada siswa

Kunci sukses dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah aktivitas peserta didik (Mulyasa, 2013:45). Mulyasa (2013:164) menambahkan bahwa siswa menjadi subjek belajar dalam proses belajar untuk secara langsung mengalami dan membentuk pengetahuannya, bukan transfer pengetahuan (transfer of knowledge). Arah dan tujuan pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan anak didik, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator atas kebutuhan anak didik dalam mengembangkan diri (Kadir, 2014:22). Belajar mengalami sendiri pada kondisi nyata akan menghasilkan penguasaan yeng lebih baik serta membangkitkan minat dan motivasi siswa untuk belajar (Sani, 2014:266).

(39)

22

dengan jalan merangkai pengalaman yang telah dimiliki dengan pengalaman baru yang dijumpai.

Dari uraian di atas, berpusat pada siswa atau student centered merupakan pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai subjek belajar yang aktif mengkontruksi pengetahuan melalui pengalaman yang telah dimiliki atau yang dijumpai dalam kehidupan di sekitar siswa untuk memperoleh pengetahuan yang lebih bermakna.

2. Keterampilan Dasar Belajar Abad 21

Kompetisi hidup layak di abad 21 bergantung pada kreativitas dan kemampuan melakukan inovasi, tidak terkecuali dengan proses pembelajaran. Terdapat empat ciri abad 21 yang perlu diperhatikan untuk menjadi dasar dalam menggeser cara belajar, yaitu: informasi, komputasi, otomasi, dan komunikasi (Hosnan, 2014:25).

a) Informasi tersedia dimana saja sehingga pembelajaran diarahkan untuk mendorong siswa mencari tahu informasi dari berbagai sumber, bukan diberi tahu.

b) Komputasi menekankan pada pembelajaran yang diarahkan untuk mampu merumuskan masalah (menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah (menjawab).

c) Otomasi menuntut pembelajaran diarahkan pada pelatihan berpikir analitis atau pengembilan keputusan, bukan berpikir mekanistis (rutin).

d) Komunikasi dari mana saja dan ke mana saja menekankan pada pembelajaran yang mengutamakan kerjasama dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah.

Selain ciri tersebut, di abad 21 ini manusia dituntut untuk memiliki kecakapan berpikir dan belajar. Kecakapan tersebut di antaranya:

a) Kecakapan berpikir kritis (critical thinking skill)

(40)

23

dalam memahami keterkaitan antar sistem untuk memecahkan masalah yang dihadapi secara mandiri.

b) Kreativitas (creative thinking skill)

Setiap siswa memiliki kemampuan dan kelebihan yang berbeda. Perbedaan tersebut menuntut guru untuk mampu mengakomodasi dan menggeser pembelajaran yang kompetitif menjadi pembelajaran yang kolaboratif. Keragaman kreativitas dapat memberikan terobosan berupa pembaharuan dan penciptaan yang inovatif.

c) Kolaborasi (collaborative skill)

Kemampuan bekerja sama dengan semua pihak melalui adaptasi. Adaptasi yang dilakukan tidak hanya menghormati perspektif yang berbeda, namun bisa memberikan solusi terhadap permasalahan dan bertanggung jawab atas apa yang disampaikan. d) Kecakapan berkomunikasi (communicative skill)

Kecakapan berkomunikasi diharapkan siswa mampu menciptakan komunikasi yang baik dan efektif dalam berbagai bentuk dan isi yang disampaikan secara lisan, tulisan, maupun multimedia. Kemampuan ini dapat dibangun dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan ide dan pendapat dalam diskusi.

Keempat keterampilan tersebut dapat berhasil dengan peran guru sebagai perencana pembelajaran, pengelola pembelajaran, fasilitator, dan evaluator (Hosnan, 2014:166-167). Guru sebagai perencana dan pengelola pembelajaran diharapkan mampu mendesain kelas agar aman, nyaman, serta menyenangkan. Desain pembelajaran yang demikian akan menarik perhatian siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran sehingga mampu menguasai 4 keterampilan yang harus dimiliki di abad 21 ini.

3. Perangkat Pembelajaran

(41)

24

adalah alat untuk melaksanakan proses yang memungkinkan pendidik dan peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Dalam Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, perangkat pembelajaran masuk dalam tahap perencanaan pembelajaran yang terdiri dari silabus dan RPP dimana penyusunannya disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Akbar (2013:ii) menuliskan, perangkat pembelajaran merupakan komponen yang terdiri dari silabus, bahan atau buku ajar, sumber dan media pembelajaran, model pembelajaran, instrumen penilaian, dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Kemendikbud (2016:36) dalam Surat Pengantar Distribusi Panduan Penilaian di SD menyatakan bahwa sebelum menyusun perangkat pembelajaran perlu dibuat program tahunan (prota) yang dipersiapkan dan dikembangkan sebelum tahun pelajaran karena prota merupakan pedoman bagi pengembangan program berikutnya, seperti program semester (prosem), silabus, dan RPP.

Berdasarkan uraian di atas, perangkat pembelajaran merupakan alat yang terdiri dari berbagai komponen atau alat yang digunakan untuk menciptakan kelancaran dalam proses pembelajaran. Perangkat yang digunakan utamanya adalah program tahunan, program semester, silabus, dan RPP. Keempat komponen tersebut akan dijelaskan dalam pembahasan berikut ini.

a. Program Tahunan dan Program Semester

Kemendikbud dalam Surat Pengantar Distribusi Panduan Penilaian di SD (2016:34,36) membuat bagan penilaian pengetahuan dan keterampilan. Bagan tersebut menunjukkan bahwa program tahunan (prota) dan program semester (prosem) dibuat pada tahap perencanaan.

(42)

25

sedikit 200 hari dan paling banyak 245 hari. Prota dipersiapkan dan dikembangkan sebagai dasar pengembangan program berikutnya seperti: prosem, silabus, dan RPP. Komponen dalam prota terdiri dari identitas (satuan pendidikan, kelas, semester) dan format isian (tema, sub tema, alokasi waktu).

Langkah perancangan prota sebagai berikut:

1) Menelaah jumlah tema dan sub tema pada suatu kelas.

2) Menandai hari libur, permulaan tahun pelajaran, minggu efektif pada kalender akademik yang terdiri dari jeda tengah semester, jeda akhir semester, libur akhir semester, libur akhir semester tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional, hari libur khusus, dan kegiatan satuan pendidikan.

3) Menghitung jumlah minggu belajar efektif (MBE) dalam 1 tahun. 4) Mendistribusikan alokasi waktu MBE ke dalam sub tema.

Kemendikbud dalam Surat Pengantar Distribusi Panduan Penilaian di SD (2016:38) menuliskan bahwa program semester (prosem) merupakan penjabaran dari program tahunan sehingga program tersebut tidak bisa disusun sebelum tersusunnya program tahunan. Prosem berisi garis besar mengenai hal yang akan dilaksanakan dalam semester tersebut. Pada umumnya prosem berisikan identitas (satuan pendidikan, kelas atau semester, tahun pelajaran) dan format isian (tema, sub tema, pembelajaran ke-, alokasi waktu, bulan yang terinci per-minggu, dan keterangan yang berisi tanggal pelaksanaan pembelajaran.

Langkah perancangan prosem sebagai berikut:

1) Menelaah kalender pendidikan dan ciri khas satuan pendidikan berdasarkan kebutuhan tingkat satuan pendidikan.

(43)

26

tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari libur besar nasional, hari libur khusus, dan kegiatan khusus satuan pendidikan.

3) Menghitung jumlah hari belajar efektif (HBE) dan jam belajar efektif (JBE) setiap bulan dan semester dalam 1 tahun.

4) Menghitung jumlah jam pembelajaran (JP) sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada struktur kurikulum yang berlaku. 5) Mendistribusikan alokasi waktu yang disediakan untuk suatu sub

tema serta mempertimbangkan waktu untuk penilaian serta review materi.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pembuatan prota dan prosem harus dilakukan secara runtut sebelum tahun pelajaran baru dimulai. Diawali dengan membuat prota kemudian dilanjutkan dengan pembuatan prosem. Dalam pembuatan prota dan prosem harus memperhatikan minggu belajar efektif dalam satu tahun dan jam belajar efektif di setiap minggunya.

b. Silabus

(44)

27

Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah (2016:5) memberikan batasan minimal yang harus dimuat dalam sebuah silabus, yaitu: identitas mata pelajaran; identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan; kelas; semester dan tahun pelajaran; kompetensi inti yang berisi gambaran mengenai kategori kompetensi aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari; kompetensi dasar berisi sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik; tema; materi pokok memuat materi pembelajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik dengan mempertimbangkan kebenaran dan manfaat yang akan dicapai; pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar yang dilakukan pendidik dan peserta didik untuk memberikan pengalaman belajar; penilaian; alokasi waktu; dan sumber belajar yang relevan dari berbagai media. Hal senada juga diungkapkan oleh Chamsiatin (dalam Akbar, 2013:28-29) menyatakan bahwa pengembangan silabus dilakukan dengan langkah mengisi kolom identitas; mengkaji standar kompetensi; mengkaji kompetensi dasar dan materi pokok; mengembangkan pengalaman belajar; merumuskan indikator; menentukan jenis penilaian; menentukan alokasi waktu; dan menentukan sumber belajar.

Dari uraian di atas, silabus merupakan acuan dalam pengembangan rencana pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan belajar daerah atau satuan pendidikan setempat. Silabus disusun dengan memperhatikan beberapa komponen yaitu identitas silabus, kompetensi inti, tema, alokasi waktu, mata pelajaran dan kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, teknik penilaian, dan sumber belajar.

c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

(45)

28

pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus (Widyastono, 2004:200). Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah (2016:6) memaparkan bahwa RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai kompetensi dasar (KD). Senada, Suyatno (2009:150) memaparkan bahwa RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus.

Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah (2016:6) mengungkapkan bahwa setiap pendidik satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik. Pengembangan RPP dilakukan guru secara mandiri atau secara bersama-sama melalui musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) di dalam suatu sekolah yang disupervisi oleh kepala sekolah atau guru senior (Widyastono, 2014:200).

Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah (2016:7-8) menyebutkan ada delapan prinsip penyusunan RPP, di antaranya:

(46)

29 2) Partisipasi aktif peserta didik.

3) Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian.

4) Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan. 5) Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP yang memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.

6) Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.

7) Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.

8) Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah (2016:6-7) juga menyebutkan komponen RPP, di antaranya:

1) Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan. 2) Identitas mata pelajaran atau tema/sub tema. 3) Kelas/semester.

4) Materi pokok.

(47)

30

6) Tujuan pembelajaran dirumuskan berdasar KD, menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. 7) Kompetensi dasar dan indikator pencapaian.

8) Materi pembelajaran yang memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi. 9) Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai.

10)Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran.

11)Sumber belajar dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan.

12)Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup.

13)Penilaian hasil pembelajaran.

Sesuai dengan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan penjabaran dari silabus yang berisi tentang rencana kegiatan pelaksanaan pembelajaran dalam satu pertemuan atau lebih untuk mencapai suatu kompetensi dasar. Penyusunan RPP harus memiliki komponen identitas; materi pembelajaran; kompetensi inti; kompetensi dasar; indikator; tujuan pembelajaran; metode, model, strategi pembelajaran; media dan sumber pembelajaran; langkah pembelajaran; rubrik penilaian; dan lampiran.

4. Pembelajaran Inovatif

(48)

31

inovatif, siswa dilibatkan secara aktif dan bukan hanya sekedar dijadikan sebagai objek (Shoimin, 2014:18). Pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru karena dilakukan dengan model pembelajaran yang lebih fleksibel dan dinamis. Siswa aktif mencari pengetahuannya sendiri sehingga membiasakan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dan aktif. Pembelajaran yang dilakukan tidak hanya berlangsung di dalam kelas, melainkan dapat pula dilangsungkan di luar kelas. Dalam rancangannya, Kurikulum 2013 menjadikan guru sebagai fasilitator yang berfungsi untuk memberikan penguatan kepada siswa yang telah mengkontruksi sendiri pengetahuannya.

a. Hakikat Pembelajaran Inovatif

Kata inovatif dimaknai sebagai beberapa gagasan dan teknik baru (Suyatno, 2009:6). Kata inovasi berarti pembaharuan. Suyatno (2009:6) memaparkan bahwa pembelajaran inovatif adalah gagasan baru pembelajaran yang dikemas guru untuk melakukan langkah-langkah belajar dengan metode baru sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar. Secara sederhana inovasi dimaknai sebagai pembaruan atau perubahan dengan ditandai oleh adanya hal yang baru (Daryanto dan Muljo, 2012:178). Demikian, Shoimin (2014:19) juga menyampaikan bahwa kata inovasi (innovation) sering digunakan untuk menyatakan penemuan hal yang baru yang diciptakan oleh manusia sehingga bermanfaat bagi kehidupannya. Sedangkan menurut Arifin (dalam Mudlofir dan Fatimatur, 2016:250) istilah inovasi dapat diartikan penemuan sesuatu yang benar-benar baru sebagai karya manusia. Dari uraian para ahli, pembelajaran inovatif merupakan gagasan pembaruan oleh manusia yang digunakan untuk memberikan pemahaman terhadap proses pembelajaran.

b. Karakteristik Pembelajaran Inovatif

(49)

32

pembelajaran nyata dan mengkontruksi sendiri pengetahuannya sehingga siap terjun di masyarakat. Adapun Suyatno (2009:7) menyampaikan bahwa terdapat delapan tanda prinsip pembelajaran inovatif yaitu:

1) Pembelajaran, bukan pengajaran.

2) Guru sebagai fasilitator, bukan instrukstur. 3) Siswa sebagai subjek, bukan objek.

4) Multimedia, bukan monomedia. 5) Sentuhan manusiawi, bukan hewani. 6) Pembelajaran induktif, bukan deduktif.

7) Materi bermakna bagi siswa, bukan sekedar dihafal. 8) Keterlibatan siswa partisipatif, bukan pasif.

Pendapat lain datang dari Matt (dalam Daryanto dan Muljo, 2012:193) yang menyatakan bahwa pembelajaran inovatif:

1) Memiliki ciri khusus, artinya suatu inovasi akan memiliki ciri yang khas dalam arti ide, program, tatanan, sistem, termasuk kemungkinan hasil yang diharapkan.

2) Memiliki ciri atau unsur kebaruan. Dalam arti suatu inovasi harus memiliki karakteristik sebagai buah karya dan buah pikir yang memiliki kadar orisinilitas dan kebaruan.

3) Program inovasi dilaksanakan melalui program yang terencana. Dalam artian bahwa suatu inovasi akan dilakukan melalui suatu proses yang tak tergesa-gesa, namun kegiatan inovasi dipersiapkan secara matang dengan program yang jelas dan direncanakan terlabih dahulu.

4) Inovasi yang digulirkan memiliki tujuan yaitu bahwa program inovasi yang dilakukan harus memiliki apa yang ingin dicapai termasuk arah dan strategi yang bagaimana untuk mencapai tujuan tersebut.

(50)

33

guru berperan sebagai pengajar bukan pendidik, guru sebagai sumber pengetahuan dan mahatahu; sekolah terikat jadwal yang ketat; belajar dibatasi kurikulum; basis belajar hanya berkutat pada fakta, isi pelajaran, dan teori semata; hafalan menjadi agenda utama bagi siswa; keseragaman; kelas menjadi fokus utama; komputer lebih dipandang sebagai objek; penggunaan media statis lebih mendominasi; komunikasi terbatas; serta penilaian bersifat normatif (Suyatno, 2009:7). Pembelajaran inovatif lebih menekankan pada keterlibatan siswa secara aktif dalam sebuah pembelajaaran yang dilakukan dengan memanfaatkan lingkungan sekitar dengan menggunakan strategi yang telah direncanakan secara matang. c. Keunggulan Pembelajaran Inovatif

Pembelajaran inovatif sebagai pembaharuan menawarkan keunggulannya. Keunggulan dapat ditilik dari prinsip pembelajaran inovatif yang disampaikan oleh Suyatno (2009:8) yaitu berpusat pada siswa; berbasis masalah; terintergrasi; berbasis masyarakat; memberikan pilihan; tersistem; dan berkelanjutan. Triyanto (2012: 10-12) memaparkan empat kecenderungan pembelajaran inovatif-progresif yaitu proses belajar; transfer belajar; siswa sebagai pembelajar; dan pentingnya lingkungan belajar. Sedangkan menurut Shoimin (2014:21) dalam konteks pembelajaran, inovasi merupakan bentuk kreativitas guru dalam mengelola pembelajaran yang semula monoton, membosankan, menjenuhkan, dan ortodoks diubah menjadi pembelajaran yang menyenangkan, variatif, dan bermakna.

Dari kedua ahli tersebut, kesimpulan keunggulan pembelajaran inovatif sebagai berikut:

(51)

34

2) Terintegrasi, memadukan dua atau lebih disiplin ilmu yang memiliki kaitan pembahasan untuk dipelajari secara berkelanjutan sehingga pembelajaran lebih bermakna karena dapat mengetahui fungsi dan peran setiap disiplin ilmu dengan disiplin ilmu.

3) Proses belajar dilakukan dengan memanfaatkan berbagai lingkungan termasuk lingkungan masyarakat yang selalu mengikuti perubahan zaman sehingga tujuan pembelajaran yang menyenangkan dapat terealisasikan. Siswa diajak mengimplementasikan materi yang dipelajari dari dalam kelas ke konteks masyarakat atau sebaliknya, mengambil masalah yang terjadi di masyarakat sebagai bahan untuk mengasah keterampilan dan pengetahuan yang lebih agar proses belajar lebih bermakna dan materi yang diajarkan cepat tersimpan dalam memori (Suyatno, 2009:11).

d. Model Pembelajaran Picture and Picture

(52)

35

picture merupakan model pembelajaran inovatif yang menggunakan gambar untuk dipasangkan atau diurutkan sehingga sistematik.

Langkah model pembelajaran picture and picture menurut Huda (2013:236) adalah penyampaian kompetensi; presentasi materi; penyajian gambar; pemasangan gambar; penjajakan; penyajian kompetensi; dan penutup. Sedangkan Shoimin (2014:123-125) dan Suyatno (2009:116) menyebutkan bahwa langkah pembelajaran picture and picture adalah guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai; menyajikan materi sebagai pengantar; guru menunjukkan dan memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi; guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian memasang atau mengurutkkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis; guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut; dari alasan urutan gambar tersebut guru memulai menanaman konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai; serta kesimpulan dan rangkuman. Dari uraian di atas, picture and picture memiliki langkah sebagai berikut:

1) Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai.

Pada langkah ini guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator mata pelajaran yang akan diberikan sehingga siswa dapat mengukur sejauh mana materi yang harus dikuasai. 2) Guru menyajikan materi dan memberikan motivasi sebagai

permulaan.

Penyajian materi sebagai pengantar adalah hal yang penting untuk mencapai kesuksesan pembelajaran. Melalui tahap ini, guru dapat memberikan motivasi yang dapat menarik perhatian siswa (yang belum siap) untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.

(53)

36

Dalam tahap ini siswa diajak untuk terlibat aktif dalam proes pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukkan oleh guru maupun temannya.

4) Guru meminta siswa memasangkan gambar.

Siswa diminta mengurutkan, membuat, atau memodifikasi. Pada tahap ini, guru harus mampu memberikan motivasi kepada siswa karena penunjukkan secara langsung membuat siswa merasa dihukum. Salah satu alternatifnya guru dapat menggunakan undian sehingga siswa merasa harus menjalankan tugas yang diberikan.

5) Guru menuju tahap penjajakan dengan menanyakan alasan siswa memasang atau mengurutkan gambar.

Dalam tahap ini guru mengajak siswa berdiskusi untuk mengaitkan gambar dengan tuntutan kopentensi dasar dengan indikator yang akan dicapai. Untuk mengendalikan situasi, guru berperan sebagai moderator utama.

6) Guru menyajikan kompetensi untuk menanamkan konsep yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

Dalam proses ini, guru harus memberikan penekanan pada kompetensi yang ingin dicapai dengan mengulangi, menuliskan, atau bentuk lain dengan tujuan agar siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan.

7) Kesimpulan dan rangkuman.

Siswa bersama guru menutup pembelajaran dengan membuat kesimpulan dan rangkuman.

e. Model Pembelajaran Quantum Learning

(54)

37

menganggap segala yang dipikirkan, dilakukan, dan diasosiasikan merupakan proses belajar. Metode pendidikan dirancang dengan melibatkan diri peserta didik secara aktif dan menggunakan alam sebagai sarana dalam mengenal diri sendiri. Ada lima prinsip dalam quantum learning, yaitu segala berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, dan jika layak dipelajari, layak pula dirayakan.

Model QL, menganggap siswa sebagai pusat keberhasilan belajar. Shoimin (2014:42) memberikan saran dalam membangun hubungan dengan siswa yaitu: semua siswa sederajat, pahami karakteristik dan minat siswa, cari hal yang dapat menghambat jika tidak tahu bisa tanyakan ke siswa, berbicaralah secara jujur dan halus, serta bersenang-senanglah dengan para siswa.

Quantum learning dapat dikatakan sebagai model pembelajaran yang menekankan untuk memberikan manfaat yang bermakna dan juga menekankan pada tingkat kesenangan dari peserta didik atau siswa. Sintaks atau langkah model pembelajaran kuantum (quantum learning) yang dikenal dengan sebutan TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi, dan Rayakan) (Hosnan, 2014:360).

1) Langkah 1: Tumbuhkan

Menumbuhkan minat siswa terhadap pembelajaran yang akan dilakukan dengan memberikan motivasi yang menarik; menggali permasalahan terkait dengan materi yang akan dipelajari seperti menampilkan suatu gambaran, benda nyata, cerita pendek, maupun video.

2) Langkah 2: Alami

Alami merupakan tahap untuk mengembangkan pengetahuan awal yang telah dimiliki. Tahap ini dapat dilakukan dengan mengadakan pengamatan.

(55)

38

Tahap namai merupakan tahap memberikan kata kunci, konsep, model, rumus, atau strategi atas pengalaman yang telah diperoleh. Tahap ini dapat dilakukan dengan menyusun gambar, memberi warna, menyediakan kertas untuk menulis, atau membuat poster.

4) Langkah 4: Demonstrasi

Tahap demonstrasi menyediakan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan apa yang siswa ketahui. Tahap ini bisa dilakukan dengan penyajian di depan kelas, permainan, menjawab pertanyaan, dan menunjukkan hasil pekerjaan.

5) Langkah 5: Ulangi

Pengulangan dilakukan untuk membatu siswa dalam memahami materi. Tahap ini dapat dilakukan dengan memberikan penegasan kembali pokok materi pembelajaran, memberi kesempatan siswa untuk mengulang pembelajaran dengan teman lain, atau melalui latihan soal.

6) Langkah 6: Rayakan

Rayakan merupakan wujud pengakuan untuk menyelesaikan partisipasi dan memperoleh keterampilan dalam ilmu pengetahuan. Tahap ini dapat dilakukan dengan pujian, tepuk tangan, catatan pribadi, atau bernyanyi bersama.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian pengembangan perangkat pembelajaran adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Meilina pada tahun 2015 dengan mengambil judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Sub tema Tubuhku mengacu Kurikulum SD 2013 untuk Siswa Kelas Satu (1)

Gambar

Tabel 3.1 Tabel Konversi Nilai Skala Lima.........................................................
Gambar 3.2 Prosedur Pengembangan dalam Penelitian ......................................
gambar sebagai media dalam belajar dengan cara memasangkan atau
gambar-gambar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perancangan dan Penerapan Alat Ukur Kecepatan Aliran Air Sungai pada Sungai Sebenarnya dengan Menggunakan Efek Doppler; Hendra Bagus Arie Wicaksana; 081910201031;

Pada dasarnya setiap manusia yang terlibat dalam aktivitas perekonomian akan mengalami hal yang sama dalam dilema atau permasalahan dalam aktivitas ekonomi, baik masyarakat

Analisis atas pencapaian kinerja pelaksanaan program dan kegiatan selama tahun 2013, sesuai dengan materi yang termuat pada Dokumen Penetapan Kinerja, Indikator

Terbanding 3, agama Islam, Pendidikan SD, Pekerjaan Tani, bertempat tinggal di Kabupaten Barito Timur, Selanjutnya disebut sebagai Turut Tergugat I/Turut

NANI dan APEL dirujuk dua kali (makna referensial), tetapi untuk membentuk struktur gramatikal yang benar, kita juga harus tahu apakah makna konteks linguistis itu mencakup hanya

Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu sistem dapat mempersingkat waktu yang diperlukan dalam pemeriksaan setiap mahasiswa yang akan masuk ke ruang ujian dan pencatatan

Profesi sebagai polisi dalam dunia hukum tidak dapat dipisahkan dengan etika profesi polisi sebagai aparat penegak hukum dan aparat negara terkait dengan fungsi dari

Pada penelitian Kania (2013) tentang Determinan Pilhan Karir Pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Diponegoro menghasilkan kesimpulan bahwa tingkatan mahasiswa dan