• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI

2. Pembelajaran Kimia a. Pengertian Pembelajaran

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 tentang sistem pendidikan Nasional mendefinisikan “pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Dalam konsep tersebut terkandung 5 konsep yakni interaksi, peserta didik, pendidik, sumber belajar, dan lingkungan belajar. Peserta didik menurut pasal 1 butir 4 UU nomor 20 tahun 2003 tentang sisdiknas, adalah anggota

commit to user

masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Sementara itu dalam pasal 1 butir 6 UU Nomor 20 tahun 2003 , pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, instruktur dan sebutan lain sesuai kekhususan, setrta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Sumber belajar secara umum diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan oleh peserta didik dan pendidik dalam proses belajar dan pembelajaran. Lingkungan belajar adalah lingkungan yang menjadi latar terjadinya proses belajar seperti kelas, perpustakaan, sekolah, tempat kursus, keluarga, masyarakat, dan alam semesta. Definisi lain dari Alvin W. Howard cit. Slameto (2010: 32) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan keterampilan, sikap, cita-cita, penghargaan dan pengetahuan yang direncanakan oleh guru untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Murshell

cit. Slameto (2010: 33) mengemukakan bahwa pembelajaran digambarkan sebagai

“mengorganisasikan belajar”, sehingga dengan mengorganisasikan itu, belajar menjadi berarti atau bermakna bagi siswa.

Pengertian diatas bisa diketahui bahwa ciri utama pembelajaran adalah inisiasi, fasiliasi, dan peningkatan proses belajar siswa. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Dalam pembelajaran guru harus

commit to user

memahami hakekat materi pelajaran yang diajarkannya sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang baik oleh guru.

Pendapat ini sejalan dengan Jerome Bruner cit. Syaeful Sagala (2010:63) yang mengatakan “bahwa perlu adanya teori pembelajaran yang akan menjelaskan asas-asas untuk merancang pembelajaran yang efektif di kelas”, pendapat ini menjelaskan bahwasanya untuk merancang pembelajaran yang efektif dikelas, seorang guru perlu memahami akan teori pembelajaran supaya guru paham hakekat dari pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran mempunyai dua karakteristik, yaitu Pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir. Kedua, dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses Tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.

Ciri lain dari pembelajaran adalah adanya komponen-komponen yang saling berkaitan satu sama lain. Komponen tersebut adalah tujuan, materi, kegiatan, dan evaluasi pembelajaran. Tujuan pembelajaran mengacu pada kemampuan atau kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa setelah mengikuti suatu pembelajaran tertentu. Materi pembelajaran adalah segala sesuatu yang dibahas dalam pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan

commit to user

pembelajaran mengacu pada pendekatan, strategi, metode, dan teknik serta media dalam rangka membangun proses belajar, antara lain membahas materi dan melakukan pengalaman belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal. Proses pembelajaran dalam arti luas merupakan jantungnya dari pendidikan untuk mengembangkan kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka pencerdasan kehidupan bangsa. b. Pembelajaran kimia

Kimia merupakan salah satu pokok pelajaran dalam sains. Metode dan alat kimia banyak digunakan dalam biologi, kedokteran, farmasi, industri baik makanan maupun lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa mempelajari kimia diperlukan dalam berbagai disiplin ilmu yang lainnya. Beberapa alasan yang dapat dijelaskan mengapa kimia penting dan perlu untuk dipelajari, antara lain: dengan belajar kimia seseorang akan menyadari keteraturan dan keindahan alam untuk mengagungkan kebesaran Tuhan sebagai pencipta alam, mampu memupuk sikap ilmiah seperti sifat jujur, obyektif, terbuka, ulet dan pantang menyerah, meningkatkan kesadaran tentang aplikasi sains yang dapat bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan, dan memahami konsep- konsep kimia, keterkaitannya dan penerapan untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan lingkungan.

Dalam pembelajaran, hakikat sains termasuk kimia mempunyai segi proses, metode dan produk yang saling berkesinambungan. Untuk itu, kegiatan pembelajaran perlu dikembangkan berdasarkan pada hakikat kimia. Kimia sebagai proses, artinya kimia merupakan aktivitas ilmiah, sehingga manusia dapat

commit to user

menggunakan cara atau langkah-langkah yang sistematis untuk mencapai tujuannya. Kimia sebagai metode, adalah dalam proses memahami konsep-konsep kimia dilakukan melalui metode ilmiah. Pada akhirnya, kimia adalah sebuah produk yang merupakan pengetahuan yang diperoleh berdasarkan aktivitas ilmiah. Depdiknas (2003: 2) menyebutkan bahwa sains (termasuk kimia) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran sains diharapkan menjadi wahana bagi para peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam penerapannnya di kehidupan sehari-hari. Pembelajaran sains pada hakikatnya menekankan pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar para peserta didik mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran sains diarahkan untuk ”mencari tahu” dan ”berbuat” sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Penerapan metode Problem-Based Learning (PBL) melalui laboratorium

real dan virtual merupakan metode pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan

dalam pembelajaran kimia, karena sesuai dengan hakikat pembelajaran kimia yang mengembangkan keterampilan berpikir dan proses sains. Penerapan metode ini memberikan kesempatan siswa untuk mengalami proses pemecahkan masalah secara aktif melalui tahap-tahap terstruktur dan pada akhir pelajaran siswa diharapkan menghasilkan pengetahuan, setiap siswa melakukan pemeriksaan

commit to user

secara autentik untuk mencari pemecahan masalah yang nyata. Setiap siswa harus dapat menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan percobaan dan menarik kesimpulan. Sehingga dapat disimpulkan bahawa kegiatan belajar tidak dapat dilepaskan dengan pembelajaran. Kualitas proses pembelajaran akan mempengaruhi hasil belajar. Pembelajaran kimia merupakan usaha sadar guru untuk mengemas metode dan media yang disesuaikan dengan karakteristik siswa dan materi yang akan disampaikan dengan tujuan mempermudah siswa menyerap pelajaran kimia serta mengembangkan keterampilan berpikir.

Dokumen terkait