• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI

9. Prestasi Belajar Kimia

Kegiatan yang paling penting dalam dunia pendidikan adalah proses kegiatan belajar-mengajar. Dapat dikatakan bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada proses kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan sekolah. Beberapa ahli telah menyusun definisi belajar, yang perumusannya berbeda-beda antara lain: (1) Winkel (2007:162) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang

commit to user

dicapainya. (2) Nana Sudjana (2009: 22) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengamalan belajarnya. (3) Alvin W. Howard dalam Slameto (2010: 32) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah keterampilan dan kebiasaan; pengetahuan dan pengertian; sikap dan cita-cita. Prestasi belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Prestasi merupakan penguasaan pengetahuan, ketrampilan terhadap mata pelajaran sebagai hasil usaha yang telah dilaksanakan menurut batas kemampuan dari pelaksana usaha tersebut. (4) Depdiknas (2003: 2) menyebutkan bahwa prestasi belajar adalah peguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang dberikan oleh guru.

Dari beberapa pendapat ahli diatas tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah melakukan usaha untuk mendapat ilmu pengetahuan yaitu berupa penguasaan pengetahuan, sikap, keterampilan terhadap mata pelajaran yang dibuktikan melalui hasil tes.

Menurut Gagne, menyebutkan bahwa ada lima kategori hasil belajar yaitu informasi verbal, ketrampilan intelektual, strategi kognitif, sikap dan keterampilan motoris. Pada pendidikan nasional menggunakan klasifikasi prestasi belajar menurut Bloom yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik dalam kurikulum 2004, prestasi belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa yang berbentuk kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari ketiga bantuk ini, bentuk kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di

commit to user

sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pelajaran.

Menurut Nana Sudjana (2009: 3-4) ada beberapa fungsi penilaian prestasi belajar diantaranya sebagai berikut: 1) Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran; 2) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar; dan 3) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada orang tuanya. Prestasi belajar siswa dapat digunakan untuk memotivasi siswa dan untuk memperbaiki serta peningkatan kualitas pembelajaran oleh guru. Selain itu pemanfaatan prestasi belajar untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran harus didukung oleh siswa, guru, kepala sekolah, serta orang tua siswa. Dukungan akan dapat diperoleh apabila mereka memperoleh informasi prestasi belajar yang lengkap dan akurat (Depdiknas, 2003: 21).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah kemampuan atau keterampilan intelektual, sikap dan motoris yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. KTSP menjelaskan bahwa sistem penilaian yang berlaku dalam pembelajaran tidak hanya dilakukan pada akhir periode tetapi dilakukan secara integrasi dengan kegiatan pembelajaran dalam arti kemajuan belajar dinilai dari proses bukan semata-mata hasil. Penilaian dilakukan secara menyeluruh yaitu mencakup semua aspek kompetensi yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam penelitian ini yang dimaksud prestasi belajar dibatasi pada ranah kognitif dan afektif.

Ranah kognitif merupakan ranah yang berkaitan dengan kompetensi berpikir, memperoleh pengetahuan, pemerolehan pengetahuan, pengenalan,

commit to user

pemahaman, konseptualisasi, penentuan, dan penalaran. Menurut Bloom untuk mendapatkan prestasi belajar kognitif, seseorang memiliki 6 (enam) tingkatan kognitif, yaitu: (1) pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan mengingat materi pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya; (2) pemahaman (comprehention,

understanding), seperti menafsirkan, menjelaskan, atau meringkas; (3) penerapan

(application), yaitu kemampuan menafsirkan atau menggunakan materi pelajaran yang telah dipelajari ke dalam situasi baru atau konkret; (4) analisis (analysis), yaitu kemampuan menguraikan atau menjabarkan sesuatu ke dalam komponen-komponen atau bagian-bagian sehingga susunannya dapat dimengerti; (5) sintesis (synthesis), yaitu kemampuan menghimpun bagian-bagian ke dalam suatu keseluruhan; (6) evaluasi (evaluation), yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan untuk membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan kriteria tertentu.

Penilaian ranah kognitif diberikan dalam bentuk instrumen tes. Bentuk instrumen tes dapat berupa pertanyaan lisan, pilhan ganda, uraian objektif, uraian bebas, jawaban singkat, menjodohkan, maupun portofolio. Banyaknya soal disesuaikan dengan jumlah kompetensi dasar, indikator kompetensi yang akan dicapai dan alokasi waktu tes. Dalam penelitian ini bentuk instrumen tes ranah kognitif berupa pilihan ganda.

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek. Domain ini mempunyai lima tingkatan dari yang sederhana sampai kepada yang lebih kompleks, yaitu: (1) penerimaan (receiving), merupakan kepekaan menerima rangsangan (stimulus)

commit to user

baik berupa situasi maupun gejala; (2) penanggapan (responding), berkaitan dengan reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus yang datang; (3) penilaian (valuing), berkaitan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus yang datang; (4) organisasi (organization), yaitu penerimaan terhadap berbagai nilai yang berbeda berdasarkan suatu sistem nilai tertentu yang lebih tinggi; (5) karakteristik nilai (characterization by a value complex), merupakan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

Sedangkan menurut Depdiknas (2008) ada lima karakteristik afektif yang penting yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral. Sikap merupakan Kecenderungan merespons secara konsisten baik menyukai atau tidak menyukai suatu obyek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Menurut Smith dalam Depdiknas (2008: 5) konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Kelima karakteristik afektif tersebut akan digunakan dalam penelitian ini.

Proses pembelajaran dikatakan berhasil baik apabila dapat menghasilkan prestasi belajar yang baik pula. Prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain: (1) prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas

commit to user

pengetahuan yang telah dikuasai siswa; (2) prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu siswa; (3) prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan; (4) prestasi belajar sebagai indikator produktivitas suatu institusi pendidikan; (5) prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap atau kecerdasan siswa.

Jadi, prestasi belajar tidak hanya berfungsi sebagai indikator keberhasilan dalam belajar bidang tertentu saja tetapi juga berfungsi sebagai indikator kualitas institusi pendidikan. Dalam penelitian ini, prestasi belajar kimia ditunjukkan dengan penilaian formatif, yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran pada pokok bahasan laju reaksi. Alat penilaian yang dalam bentuk tes maupun non-tes. Penilaian non-tes digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam aspek afektif, sedangkan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam aspek kognitif umumnya dilakukan dengan tes. Alat penilaian dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila alat tersebut memenuhi dua hal, yakni ketepatannya atau validitasnya dan keajegannya atau reliabilitasnya (Nana Sudjana, 1996: 12).

Secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor internal (dari diri siswa) dan faktor eksternal (dari luar siswa). Faktor internal meliputi aspek fisiologis dan psikologis. Aspek fisiologis antara lain kesehatan, kondisi fisik, adanya cacat tubuh. Aspek psikologis antara lain minat, bakat, motivasi, kecerdasan. Kemampuan matematik dan kemampuan berpikir abstrak juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi prestasi dari dalam diri siswa. Faktor eksternal meliputi: 1) faktor keluarga, antara lain keadaaan ekonomi, cara mendidik orangtua, suasana rumah, relasi antar anggota keluarga,

commit to user

latar belakang budaya, 2) faktor sekolah, antara lain kurikulum, media belajar, metode pembelajaran, relasi guru dengan siswa, 3) faktor masyarakat, antara lain budaya dalam masyarakat, teman bergaul.

Prestasi yang dicapai siswa merupakan hasil interaksi antara faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar. Dalam penelitian ini faktor internal yang dibahas adalah kemampuan matematik dan kemampuan berfikir abstrak, sedangkan faktor eksternal adalah metode pembelajaran Problem- Based

Learning (PBL) melalui media laboratorium real dan virtual yang diterapkan.

Prestasi belajar laju reaksi siswa yang diukur dalam penelitian ini adalah aspek kognitif, dan aspek afektif siswa.

Dokumen terkait