• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

C. Budaya Religius Sekolah

3. Pembelajaran PAI dalam Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang selama ini berlangsung agaknya terasa kurang terkait atau kurang concern terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agama yang bersifat kognitif menjadi makna dan nilai yang perlu diinternalisasikan dalam diri peserta didik untuk selanjutnya menjadi sumber motivasi bagi peserta didik untuk bergerak, berbuat dan berprilaku secara konkrit-agamis dalam kehidupan praktis sehari-hari. 99Maka sesuai peran dan fungsi pendidikan di berbagai level dank luster sengaja dihadirkan untuk menciptakan perubahan-perubahan konstruktif dalam mewujudkan peradaban masa depan. Apa yang pernah mendera Indonesia dengan konflik dan kekerasan perlu didesak segera untuk dilakukan restorasi. Dalam hal ini pendidikan adalah alat terpenting bagi usaha restorasi kearah hidup damai, aman dan sejahtera.

Pendapat diatas memberikan inspirasi bahwa peran pembelajaran PAI dalam mewujudkan budaya religius seklolah itu antara lain a) memenej sumber-sumber pembelajaran sebagaikekuatan yang mendukung pendidikan

98

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan

Perguruan Tinggi, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007, h. 160-161

99

akademis , profesi dan keterampilan, b) menjembatani dan menignformasikan sumber-sumber informasi pembelajaran untuk memajukan dan memperbaharui system dan kebijakan pendidikan nasional, c) memlihara dan sekalgus mengembangkan sumber-sumber pembelajaran tersebut sebagai bagian dari kenyataan sebagai kebanggaan bangsa dan bernegara.

Adapun upaya mewujudkan budaya religius di sekolah tidak akan tercapai secara optimal bila tidak didukung oleh semua komponen di sekolah seperti guru, karyawan, siswa bahkan para orang tua siswa. Mereka dalam bahasa manajemen disebut sebagi pelanggan internal pendidikan. Semua jenis pelanggan ini adalah hal penting yang harus dikenalai oleh lembaga pendidikan atau kepala sekolah untuk kerjasama antar supervisor dan pelanggan pendiddikan agar menghasilkan lulusan yang dapat meuaskan para pelanggan pendidikan. Agar kualitas pendidikan dapat ditingkatkan maka diperlukan perlibatan secara optimal semua komponen tersebut.

Perlibatan secara total yaitu melibatkan secara total semua komponen sekolah baik komponen internal maupun komponen eksternal. Tujuannya tidak lain agar mutu dan kualitas sekolah tersebut agar dapat ditingkatkan secara terus-menerus. Dalam hal ini perlibatan tersebut bertujuan meningkatkan kualitas keagamaan warga sekolah yaitu terwujudnya budaya religius sekolah.100

Fenomena diatas dapat dijelaskan bahwa salah satu tuga spokok pimpinan sekolah dalam hal ini kepala sekolah adalah harus mampu menjalin

100

Stephen Murgatroyd dan Colin Morgan, Total Quality Management at the school, USA : Open University Press, 1993, h. 6

komunikasi efektif dengan para orang tua siswa.untuk menghubungkan dua buah elemen dari sisi manajemen bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Hal ini memerlukan rencana dan program yang matang sehingga proses dan hasilnya dpat dinikmati oleh kedua belah pihak. Semua informasi yang diterima dari masyarakat memiliki peran penting untuk mengadakan peningkatan sebaliknya semua program sekolah akan cepat teralisasi apabila didikung oleh para orang tua siswa.

Wujud nyata dari keterbilatan masyarakat dalam proses pembelajaran anak di sekolah dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya : a) memberikan sumbangan finansial dan non financial dalam perbaikan saran dan prasarana sekolah, b) membantu sekolah sebagai pusat layanan pendidikan yang aman dan bersih, c) mendatangkan seorang dengan profesi tertentu untuk bercerita mengenai pekerjaan yang dilakukannya, d) member kesempatan anak untuk melakukan studi lapangan dalam rangka menyelesaikan tugas sekolah.

Orang tua juga memiliki tanggungjawab dalam menyukseskan berbagai program sekolah. Berbagai peran orang tua dapat dilakukan antara lain : a) berpartisipasi aktif dalam sosialisasi program sekolah di berbagai komunitas, b) bersedia menjadi narasumber sesuai keahlian dan profesi yang dimiliki, c) menginformasikan nilai-nilai positif dari pelaksanaan program kepada masyarakat secara luas, d) bekerja sama dengan komite sekolah atau pihak lain dalam pengadaan sumber belajar, e) aktif bekerja sama dengan guru dalam proses pembelajaran untuk anak yang berkebutuhan khusus dan f) aktif dalam

memberikan idea tau gagasan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran.

Mengefektifkan peran orang tua dalam pembelajaran di kelas bukanlah persoalan mudah. Oleh karena itu diperlukan strategi tertentu agar keterlibatan orang tua dapat memberikan dampak positif dalam pembelajaran. Hubungan yang efektif dimaksud untuk mengembangkan pendidikan anak dalam lingkungan inklusif dan ramah terhadap pembelajaran. Strategi tersebut antara lain : a) mengadakan pertemuan dengan keluarga dan kelompok masyarakat untuk memperkenalkan visi dan misi sekolah, b) melakukan diskusi informal satu atau dua kali dalam setahun dengan orang tua dan komite sekolah untuk menggali potensi belajar anak, c) menunjukkan contoh hasil karya anak dan membicarakan bagaimana agar dapat belajar lebih baik jika ia bisa mengatasi hambatannya, d) membiasakan anak membahas apa yang telah dipelajari di rumah dengan memanfaatkan informasi yang didapat di sekolah, e) melakukan sumber kunjunga di masyarakat dan f) mengikutsertakan anggota keluarga dalam kegiatan kelas dan undang ahli-ahli masyarakat untuk berbagai pengetahuan mereka di kelas.101

Tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak tersebut berlangsung sampai akhir hayat bukan seperti pandangan Langeveled bahwa pendidikan hanya berhenti sampai kedewasaan. Peran orang tua akan semakin menyempit sejalan dengan kematangan usia anak, walaupun demikian tanggung jawab orang tua tidak akan lepas sama sekali.

101

Bila kelurga bisa menjalankan fungsinya dengan baik dan selalu produktif dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh para guru agama di sekolah maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang sempurna baik dari sisi jasmaniyah maupun rohaniyah. Bila hal ini terjadi maka masa depan bangsa ini akan semakin cerah karena akan dipimpin oleh orang-orang yang memiliki jiwa agama yang kuat dan memiliki buday hidup religius.

Untuk mewujudkan dukungan yang kuat pada tataran perumusan nilai harus melibatkan semua unsur sekolah. Pada tataran praktik keseharian dilakukan sosialisasi secara maksimal, penetapan action plan mingguan atau bulanan. Selain itu juga dilakukan pemberian motivasi , dukungan , pengakuan dan pemberian imbalan. Motivasi dan dukungan khususnya diberikan kepada warga sekolah yang masih lemah tingkat dukungannya , sedangkan pengakuan dan imbalan diberikan khususnya pada warga sekolah yang memiliki komitmen yang kuat dan prestasi yang baik dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler yang dilakukan di luar kelas dan di luar jam pelajaran untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia yang dimiliki peserta didik baik yang berkaitan dengan aplikasi ilmu pengetahuan yang didapatkannya maupun dalam pengertian khusus untuk membimbing peserta didik dalam mengembangkan potensi dan bakat yang ada dalm dirinya melalui kegiatan-kegiatan yang wajib maupun pilihan.

Dengan demikian yang dimaksud dengan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan adalah berbagai kegiatan yang diselenggarakan dalam memberikan jalan bagi peserta didik untuk dapat mengamalkan ajaran agama yang

diperolehnya melalui kegiatan pelatihan ibadah perorangan dan jamaah, tilawah dan tahsin alqur’an, tadabbur alam, pesantren kilat, khatmul qur’an, palang merah remaja, kampanye anti narkoba. Dengan tujuan mendorong pembentukan pribadi mereka sesuai dengan nilai-nilai agama.

Dengan perkataan lain tujuan dasarnya adalah untuk membentuk manusia terpelajar dan bertaqwa kepada Allah SWT. Jadi selain menjadi manusia yang berilmu, peserta didik juga menjadi manusia yang mampu

menjalankan perintah-perintah agama dan menjauhi segala larangannya.102

D. Manajemen Pembalajaran PAI dalam Mewujudkan Budaya Religius di