• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

3. Pembelajaran Quantum

menyenangkan lewat pemanfaatan unsur-unsur belajar yang efektif yang ada di dalam kelas dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: menumbuhkan, mengalami, menamai, mendemonstrasikan, mengulangi dan merayakan.

4. Sugesti adalah pemberian pengaruh pandangan seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu untuk memperoleh suatu hasil.

9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Minat Belajar a. Pengertian Minat

Hilgard (dalam Slameto, 2010:57) mengemukakan bahwa minat merupakan suatu kecenderungan untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan secara tetap. Minat juga mampu menjadi dorongan bagi seseorang untuk melakukan suatu tindakan (Hurlock, 2008:2). Minat juga dapat diartikan sebagai perasaan senang atau tidak senang seseorang dalam melakukan suatu tindakan atau menghadapi suatu obyek (Surya, 2003:67) maupun keinginan seseorang yang mengarahkan untuk melakukan suatu tindakan tertentu (Sanjaya, 2008:71)

Dari beberapa pengertian minat di atas dapat disimpulkan bahwa minat merupakan suatu ketertarikan yang mampu mengarahkan individu pada suatu tindakan tertentu. Seseorang yang memiliki minat berarti ia memiliki ketertarikan terhadap sesuatu. Dalam suatu kegiatan pembelajaran, minat memegang pengaruh yang cukup penting. Idealnya, ketika siswa menaruh minat pada kegiatan pembelajaran maka kecenderungan siswa untuk memperhatikan kegiatan pembelajaran juga menjadi lebih besar.

b. Pengertian Belajar

Menurut Kingskey (dalam Djamarah, 2011:13), belajar adalah suatu proses pengubahan atau pembentukan tingkah laku melalui praktek atau latihan. Slameto (dalam Djamarah, 2011:13) juga merumuskan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu tersebut dalam interaksinya dengan lingkungan. Singkatnya, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku atau kebiasaan sebagai akibat dari interaksinya dengan lingkungan.

Lebih lanjut, (Djamarah, 2011:15-16) menjelaskan bahwa belajar memiliki ciri-ciri seperti perubahan yang terjadi secara sadar, perubahan fungsional, bersifat positif dan aktif, bukan bersifat sementara, bertujuan dan terarah, dan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Dari keseluruhan ciri-ciri tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan yang dilakukan secara sadar dan memberi perubahan yang menetap.

Dari pengertian minat dan belajar tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah suatu kecenderungan individu untuk tetap memperhatikan proses yang dijalaninya untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku. Suatu proses dalam belajar memerlukan waktu yang tidak sebentar sehingga terkadang muncul kebosanan dalam belajar. Oleh karena itu dibutuhkan suatu faktor pendorong dalam belajar agar individu tersebut mampu untuk

tetap belajar secara konstan. Minat mampu menjadi salah satu faktor pendorong dalam belajar tersebut yang dapat ditumbuhkan lewat berbagai cara di antaranya dengan menggunakan model belajar yang menyenangkan.

c. Indikator Minat Belajar

Minat tidak hanya diekspresikan melalui pernyataan saja, tetapi juga diimplementasikan melalui partisipasi seorang individu dalam suatu kegiatan (Djamarah, 2011:166). Minat merupakan sesuatu yang dapat diamati dengan menerapkan beberapa indikator yang menunjukkan adanya minat dalam suatu kegiatan. Beberapa indikator minat berdasarkan definisi oleh para ahli dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.1 Indikator Minat Memperhatikan secara tetap Hilgard (dalam Slameto, 2010: 57) Dorongan dalam melakukan tindakan (Hurlock, 2008:2) Perasaan senang (Surya, 2003:67) Melakukan tindakan (Sanjaya, 2008:71) Indikator Minat 1. Pemusatan perhatian 2. Inisiatif 3. Rasa senang 4. Partisipasi

Bagan di atas menunjukkan bahwa indikator dari minat adalah perhatian, inisiatif, rasa senang dan partisipasi. Setiap indikator memiliki deskriptor yang dapat langsung diamati di dalam kelas. Deskriptor dari masing-masing indikator dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Deskriptor pemusatan perhatian di antaranya adalah: tidak melakukan hal lain, tidak mengganggu teman lain, menyimak penjelasan dari guru, tanggap saat diberi pertanyaan oleh guru 2) Deskriptor inisiatif di antaranya adalah: bertanya bila belum

mengerti, mencari jawaban saat guru bertanya, mencatat poin-poin penting, mencari sumber lain yang relevan

3) Deskriptor rasa senang di antaranya adalah: tidak mengeluh saat diberi tugas, senang dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, duduk dengan tenang

4) Deskriptor partisipasi di antaranya adalah: mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan, mengerjakan tugas yang diberikan guru, memberikan tanggapan saat diberi pertanyaan oleh guru

d. Metode Pengukuran Minat

Menurut Nurkancana dan Sumartana (dalam Darmawan, 2007), ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk

mengadakan pengukuran minat. Metode pengukuran minat tersebut terdiri dari observasi, wawancara, angket, dan inventori. Penjelasan dari masing-masing metode dapat dijabarkan sebagai berikut.

1) Observasi

Observasi adalah suatu metode pengumpulan data melalui pengamatan secara langsung di lapangan. Dalam metode observasi, peneliti memiliki satu keuntungan karena dapat mengamati individu dalam kondisi yang wajar dan tidak dibuat-buat. Observasi tersebut dapat dilakukan dalam setiap situasi dan pencatatan hasil-hasil observasi dapat dilakukan selama observasi berlangsung. Akan tetapi metode ini memiliki kelemahan yaitu hasil observasi seringkali bergantung pada subyektivitas peneliti. 2) Wawancara

Wawancara adalah suatu metode pengumpulan data melalui komunikasi langsung dengan seorang informan. Pelaksanaan wawancara lebih baik dilakukan dalam situasi yang tidak formal. Hal tersebut bertujuan agar percakapan dapat berlangsung lebih bebas dan terbuka dan hasil yang didapatkan lebih obyektif.

3) Angket

Angket adalah suatu metode pengumpulan data yang berupa serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada responden. Metode angket memiliki kelebihan dalam penggunaan waktu

karena dapat diujikan kepada banyak orang dalam waktu bersamaan. Isi pertanyaan dalam angket tidak jauh berbeda dengan pertanyaan dengan wawancara hanya saja lebih terperinci dan disajikan dalam bentuk poin-poin atau jawaban singkat yang dapat dipilih dengan mudah oleh responden.

4) Inventori

Inventori adalah suatu metode untuk mengadakan pengukuran sejenis kuesioner. Dalam inventori, responden memberi jawaban dengan memberi tanda cek, lingkaran atau tanda yang lain yang berupa jawaban-jawaban singkat.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa minat merupakan suatu ketertarikan yang mampu mengarahkan individu pada suatu tindakan tertentu yang memiliki indikator pemusatan perhatian, inisiatif, rasa senang dan partisipasi serta dapat diukur dengan metode observasi, wawancara, angket, dan inventori.

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik setelah menerima pengalaman belajar (Mushlich, 2011:38). Hamalik (2006:30) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang dialami oleh seseorang

setelah melakukan proses belajar. Sebagai contoh, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Lebih lanjut, Sudjana (2002:5) juga mengungkapkan bahwa hasil belajar pada hakikatnya merupakan sebuah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan sebuah perubahan yang dialami oleh seseorang setelah belajar yang berupa pengetahuan, keterampilan maupun tingkah laku. Hasil belajar tersebut mampu menjadi suatu indikator tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari suatu materi.

b. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Slameto (2010), terdapat berbagai jenis faktor yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor tersebut dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal yang dijelaskan sebagai berikut.

1) Faktor internal

Faktor internal yang mempengaruhi belajar ini terbagi lagi menjadi tiga faktor yaitu faktor jasmaniah, psikologis dan juga kelelahan. Faktor jasmaniah lebih mengutamakan pada fisik yang meliputi kesehatan dan cacat tubuh. Faktor psikologis lebih mengutamakan pada bagian internal manusia yang meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan

kesiapan. Selain kedua hal tersebut, ada kalanya manusia mengalami kelelahan atau kejenuhan dalam belajar. Hal tersebut termasuk dalam faktor internal yang mempengaruhi belajar. Faktor kelelahan dapat dibagi menjadi dua yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.

2) Faktor eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar juga dapat terbagi menjadi tiga yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. a) Sebagian besar waktu anak dihabiskan di rumah dan bersama

keluarganya. Oleh karena itu keluarga menjadi salah satu faktor eksternal yang mampu mempengaruhi belajar. Faktor eksternal yang ada di dalam keluarga di antaranya adalah: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, dorongan orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

b) Sebagian besar pendidikan didapatkan anak selama berada di sekolah. Keadaan yang ada di sekolah juga memberikan pengaruh dan menjadi faktor eksternal anak dalam kegiatan belajar. Faktor eksternal yang ada di sekolah di antaranya adalah: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

c) Anak tidak dapat lepas dari kehidupan bermasyarakat. Masyarakat dan lingkungan tempat anak tinggal juga turut menjadi faktor eksternal yang mempengaruhi dalam belajar. Faktor eksternal yang ada di masyarakat di antaranya adalah: kegiatan siswa, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Selain dua faktor di atas, Sudjana (2002:39) menjelaskan bahwa ada dua faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa. Faktor dari dalam diri siswa meliputi kemampuan, motivasi, minat, sikap, ketekunan, faktor sosial ekonomi, dan juga faktor fisik dan psikis. Kualitas pengajaran menjadi faktor dari luar diri siswa yang mampu mempengaruhi hasil belajar. Kualitas pengajaran tersebut dapat terbagi menjadi tiga elemen yaitu kompetensi guru, karakteristik kelas dan juga karakteristik sekolah.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan sebuah perubahan yang dialami oleh seseorang setelah belajar yang berupa pengetahuan, keterampilan maupun tingkah laku yang dapat dipengaruhi oleh faktor internal yang meliputi jasmaniah, psikologis dan juga kelelahan serta faktor eksternal yang meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat.

3. Pembelajaran Quantum

a. Sejarah Pembelajaran Quantum

Pembelajaran quantum berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov

yang melakukan eksperimen dengan hal yang disebut “suggestology” atau “suggestopedia” (De Porter, 2010:14) yang berpusat pada “kekuatan sugesti” yang sangat penting dalam belajar (Dryden,

2004:315). Suggestology mengandung prinsip bahwa sugesti mampu mempengaruhi situasi belajar serta memberikan pengaruh pada hasil pembelajaran baik positif maupun negatif. Lozanov (dalam De Porter, 2010:14) menemukan bahwa belajar akan menjadi lebih efektif saat berada pada kondisi antara sadar dan tidak sadar. Hal tersebut yang kemudian dikembangkan oleh De Porter dalam suatu kegiatan yang bernama supercamp.

Supercamp merupakan sebuah program pelatihan dan pengembangan intensif yang diadakan selama sepuluh hari bagi kaum muda (Dryden, 2004:425). Penumbuhan rasa percaya diri, keterampilan belajar, dan kemampuan berkomunikasi dikombinasikan menjadi satu dalam suatu lingkungan yang menyenangkan merupakan inti kegiatan dari program ini. Secara terprogram dan terencana De Porter mengujicobakan gagasan-gagasan pembelajaran quantum dalam kegiatan supercamp tersebut hingga tercipta suatu model pembelajaran quantum.

Pembelajaran quantum dapat dibagi menjadi dua yaitu pembelajaran quantum dan pengajaran quantum. Pengajaran quantum dapat diartikan sebagai interaksi yang merubah energi menjadi cahaya (De Porter 2010:34). Seluruh interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar diubah menjadi unsur-unsur belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan belajar. Pengubahan unsur-unsur tersebut bertujuan untuk memberikan sugesti positif bagi siswa dalam belajar. Unsur-unsur belajar tersebut dapat meliputi penggunaan musik, penataan ruang kelas, penggunaan poster dan juga pemberian sugesti positif pada siswa. Berbeda dengan pengajaran quantum, pembelajaran quantum merupakan kiat, petunjuk dan strategi yang membuat belajar menjadi suatu proses yang menyenangkan (De Porter, 2010). Pembelajaran quantum memberikan kesempatan untuk menemukan cara belajar yang cepat dan efektif (Nggremanto, 2005:24). Pembelajar diajak untuk mengenali gaya belajar, gaya berpikir, dan juga situasi dirinya sendiri terlebih dahulu.

Pada intinya, pembelajaran quantum mengajak siswa untuk mengenal dirinya sendiri yang berperan sebagai faktor internal dalam belajar. Lain halnya dengan pengajaran quantum yang mengajarkan guru untuk mengorkestrakan kelas yang menjadi faktor eksternal bagi siswa dalam belajar. Meskipun terlihat cukup berbeda, antara pengajaran quantum dan pembelajaran quantum saling mempengaruhi

dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kedua hal tersebut terpadu menjadi satu dalam sebuah pembelajaran quantum.

b. Asas Utama Pengajaran Quantum

Pengajaran quantum memiliki suatu konsep yang menjadi pegangan bagi pembelajaran quantum. Asas pengajaran quantum

tersebut yaitu “bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan

dunia kita ke dunia mereka” (De Porter 2010:34). Maksud dari asas

tersebut yaitu guru harus mampu memasuki dunia anak tersebut sebagai langkah awal sebelum mengajar. Dalam kegiatan pembelajaran, guru memiliki tugas untuk mampu membawakan pengetahuan dalam dunia kini bagi dunia anak. Pengetahuan yang diberikan tersebut seringkali berupa suatu konsep abstrak bagi anak. Oleh karena itu guru harus mampu membawa dunia tersebut ke dalam dunia anak. Interaksi antara guru dengan murid menjadi kunci dalam asas ini.

c. Prinsip-prinsip Pembelajaran Quantum

Menurut De Porter (2010), pembelajaran quantum juga memiliki lima prinsip. Kelima prinsip tersebut adalah:

1) Segalanya berbicara

Walberg dan Greenberg (dalam de Porter, 2010:54) menyatakan bahwa belajar akademis dapat dipengaruhi oleh

lingkungan sosial atau suasana kelas sebagai penentu psikologis yang utama. Dalam pembelajaran quantum, setiap hal yang ada di kelas mampu mempengaruhi kegiatan pembelajaran. Hal-hal tersebut bukan hanya menyoroti sikap guru dalam menyampaikan kegiatan pembelajaran namun juga segala hal yang ada di dalam ruang kelas.

2) Segalanya bertujuan

Segala perancangan pembelajaran yang dilakukan oleh guru diharapkan selalu memperhatikan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut. Hal tersebut bertujuan agar pengubahan segala unsur belajar yang ada memiliki tujuan yang pasti sehingga lebih terfokus dan mampu membantu pemahaman siswa.

3) Pengalaman sebelum pemberian nama

Menurut Jean Piaget (dalam Suparno, 2003), tahap pemikiran anak usia sekolah dasar masih masuk pada tahap operasional konkret. Hal tersebut dapat diartikan bahwa anak usia SD belum begitu mampu untuk menerima konsep pemikiran yang abstrak. Pengalaman nyata yang dimiliki anak sebelumnya tentang materi tersebut mampu membantu pemahaman siswa akan konsep pembelajaran tersebut. Oleh kerena itu guru diharapkan mampu mengaitkan antara materi yang akan dipelajari anak dengan konsep yang sering mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

4) Akui setiap usaha

Setiap orang senang diakui. Pengakuan mampu membuat seseorang merasa bangga, percaya diri dan juga bahagia. Pengakuan tersebut mampu memberikan dampak positif bagi kegiatan pembelajaran. Sikap tidak takut gagal dan tidak mudah menyerah dapat dipupuk lewat pengakuan itu. Hal tersebut merupakan salah satu hal yang penting dalam kegiatan pembelajaran (De Porter, 2010:61)

5) Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan

Perayaan mampu menjadi salah satu motivasi bagi anak dalam belajar. Perayaan tersebut mampu menjadi suatu penghargaaan bagi setiap pencapaian siswa. Hal tersebut diharapkan mampu mendorong siswa untuk berusaha mendapatkan hasil yang lebih baik lagi. Oleh karena itu guru diharapkan mampu untuk memberikan penghargaan bagi siswa maskipun hanya dalam bentuk yang sederhana seperti tepuk tangan.

d. Kerangka Rancangan Pembelajaran Quantum

De Porter (2010:39) menjabarkan kerangka rancangan pembelajaran menjadi enam fase berupa enroll, experience, learn and label, demonstrate, review dan celebrate. Keenam fase tersebut kemudian diadaptasi dalam bahasa Indonesia dan biasa disingkat menjadi TANDUR. Penjabaran dari keenam fase tersebut adalah:

1) Tumbuhkan

Pada fase ini guru menumbuhkan minat dan rasa ingin tahu siswa dengan memberitahukan manfaat yang akan diperoleh dari kegiatan pembelajaran tersebut. Guru dituntut untuk dapat mengundang dan memikat siswa untuk mencurahkan segenap perhatiannya tanpa ada rasa keterpaksaan. Keberhasilan dari fase ini dapat memberikan pengaruh yang cukup besar bagi fase-fase selanjutnya.

2) Alami

Pengalaman mampu menciptakan ikatan emosional yang membuat pembelajaran lebih berarti. Menurut Goleman (dalam De Porter, 2010:53) tanpa keterlibatan emosi, pelajaran akan sulit untuk melekat di dalam ingatan. Pada fase ini sebisa mungkin guru memberikan pengalaman belajar langsung kepada siswa. Pemberian pengalaman ini akan mempermudah siswa dalam menyerap suatu materi dan mengingatnya di kemudian hari.

3) Namai

Fase ini merupakan waktu bagi guru untuk mengajarkan konsep, kata kunci, rumus dan strategi berdasarkan pengalaman belajar yang telah diberikan oleh guru pada fase sebelumnya. Pemberian informasi akan menjadi lebih berarti setelah siswa benar-benar mendapatkan pengalaman yang nyata.

4) Demonstrasikan

Fase ini memberikan kesempatan pada siswa untuk menunjukkan pengetahuan yang telah mereka dapatkan dari kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung. Guru dapat memberi kesempatan pada siswa untuk mempraktekkan apa yang telah mereka dapatkan dengan bahasa dan cara mereka sendiri. Dengan mempraktekkan, siswa akan benar-benar mengaitkan antara pengalaman dan nama. Semakin banyak kesempatan yang guru berikan untuk mempraktekkannya, maka siswa akan semakin memahaminya.

5) Ulangi

Pada fase ini guru melakukan pengulangan secara umum tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Hal tersebut membantu siswa untuk kembali mengingat apa yang telah mereka dapatkan selama pembelajaran yang telah berlangsung.

6) Rayakan

Perayaan mampu menjadi apresiasi bagi seluruh usaha, ketekunan dan kesuksesan siswa selama kegiatan pembelajaran. Dalam perayaan ini, siswa akan merasa diakui dan dihargai atas hasil kerjanya. Pujian, tepuk tangan atau bernyanyi bersama merupakan contoh-contoh yang dapat digunakan untuk merayakan keberhasilan pembelajaran tersebut.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran quantum merupakan salah satu model pembelajaran yang berisi kiat, petunjuk atau strategi yang mampu membuat pembelajaran menjadi menyenangkan lewat pemanfaatan unsur-unsur belajar yang efektif yang ada di dalam kelas dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: menumbuhkan, mengalami, menamai, mendemonstrasikan, mengulangi dan merayakan.

Dokumen terkait