• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

1. Pembelajaran Siklus I

Pada pembelajaran siklus pertama ini peneliti menerapakan asas pembelajaran quantum yang berbunyi “bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarlah dunia kita ke dunia mereka” (De Porter

2010:34) dengan cara melakukan permainan. Dunia anak merupakan dunia bermain sehingga pembelajaran dilakukan dengan permainan. Akan tetapi dalam permainan tersebut juga mengandung materi pembelajaran pada hari itu. Guru menerapkan model pembelajaran quantum dalam pembelajaran IPS dengan cara mengajak siswa untuk bermain peran di luar kelas.

Kegiatan pembelajaran dirancang sesuai dengan kerangka rancangan pembelajaran quantum yaitu Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi dan Rayakan atau biasa disingkat menjadi TANDUR (De Porter, 2010:39). Pada fase tumbuhkan, guru memberikan contoh yang menunjukkan betapa pentingnya materi yang akan dipelajari siswa pada hari tersebut agar siswa mampu memusatkan perhatiannya pada kegiatan pembelajaran. Pada fase alami, siswa dibagi menjadi dua kelompok besar. Kelompok yang pertama bertugas memainkan peran dalam setiap pos yang ada. Sedangkan kelompok dua bertugas untuk mengidentifikasi peran yang ada dalam setiap pos dan mengisikannya pada LKS yang telah dibagikan. Setelah durasi waktu yang diberikan selama 10-15 menit habis, kelompok pertama akan bertukar tugas dengan kelompok kedua. Meskipun permainan yang diberikan tersebut kurang begitu sesuai dangan kenyataan yang ada di lapangan, permainan tersebut mampu

memberikan pengalaman bagi siswa dalam mempelajari materi tersebut.

Fase namai diberikan oleh guru di dalam kelas. Guru menjelaskan nama-nama kegiatan yang telah siswa lakukan di luar kelas. Banyak siswa yang mengerti karena mereka telah mengalami hal yang diterangkan oleh guru tersebut. Hal tersebut dapat terlihat dari beberapa siswa yang mampu membandingkan kegiatan yang mereka lakukan di luar kelas tadi dengan kenyataan yang ada di lapangan. Dalam fase namai ini guru memberikan bimbingan pada siswa agar tidak terjadi kesalahan pada konsep yang dipahami siswa. Fase demonstrasikan diberikan oleh guru melalui presentasi di depan kelas. Siswa diminta untuk menceritakan apa yang ia dapatkan di luar kelas dan menunjukkan bahwa ia tahu. Dengan presentasi tersebut guru mampu melihat apakah siswa sudah benar-benar paham atau masih ada kesalahan.

Pada fase ulangi, guru melakukan pengulangan secara umum tentang kegiatan pembelajaran hari ini yang akan membantu siswa untuk kembali mengingat materi yang telah mereka dapatkan. Ketika pembelajaran telah selesai, guru mengajak siswa untuk merayakan keberhasilan pembelajaran hari itu dengan menyanyi. Perayaan tersebut bertujuan untuk memberikan apresiasi pada keberhasilan kegiatan pembelajaran hari itu. Hal tersebut sesuai dengan fase terakhir pada pembelajaran quantum yaitu

rayakan. Perayaan tersebut juga akan memberikan sugesti positif bagi para siswa.

b. Minat Belajar

Selama kegiatan pembelajaran siswa terlihat sangat aktif dan benar-benar berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Antusiasme siswa dalam pembelajaran di luar kelas juga terlihat cukup tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa minat siswa dalam kegiatan pembelajaran tersebut cukup tinggi. Hal tersebut disebabkan model pembelajaran quantum ini merupakan model pembelajaran yang baru bagi siswa. Siswa menjadi lebih antusias dari biasanya. Apalagi ketika guru mengatakakan bahwa pembelajaran dilakukan dengan permainan, banyak siswa yang langsung terlihat bersemangat dan meminta kegiatan segera dimulai.

Peneliti melakukan pengamatan dan mencatat deskriptor-deskriptor yang terlihat pada kegiatan pembelajaran tersebut dalam

lembar pengamatan minat. Peneliti memberikan tanda centang (√)

pada lembar observasi untuk setiap deskriptor yang ditunjukkan oleh setiap siswa. Hasil pengamatan tersebut kemudian direkapitulasi sehingga diperoleh hasil sebagai berikut. Rata-rata perasaan senang siswa selama kegiatan pembelajaran sebesar 69% dan termasuk dalam kategori kurang baik. Rata-rata pemusatan perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran sebesar 65% dan

termasuk dalam kategori kurang baik. Partisipasi siswa dalam kegiatan yang diberikan sebesar 71% dan termasuk dalam kategori cukup baik. Inisiatif siswa dalam kegiatan pembelajaran sebesar 58% dan masuk dalam kategori kurang baik.

Meskipun masih terdapat tiga aspek yang termasuk dalam kategori kurang baik, minat siswa telah mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan pra siklus. Hal tersebut disebabkan adanya pengalaman yang diperoleh siswa selama kegiatan pembelajaran sehingga materi dapat diterima dengan baik oleh siswa. Pengalaman dipercaya mampu menciptakan ikatan emosional yang membuat pembelajaran lebih berarti. Hal tersebut sesuai dengan hal yang diungkapkan oleh Goleman (dalam De Porter, 2010:53) bahwa pelajaran akan sulit untuk melekat di dalam ingatan apabila tidak disertai dengan keterlibatan emosi.

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti pada siklus I tersebut mampu memberikan pengalaman bagi siswa dalam materi kegiatan ekonomi. Pengalaman yang diberikan lewat kegiatan permainan tersebut juga mampu menarik minat siswa dalam kegiatan pembelajaran karena siswa jarang memperoleh kegiatan pembelajaran dengan bermain. Hal tersebut menyebabkan minat siswa menjadi meningkat. Oleh karena itu diharapkan minat siswa akan kembali meningkat pada siklus II.

c. Rekapitulasi Hasil Pengamatan dan Hasil Evaluasi Belajar

Hasil pengamatan terhadap minat belajar siswa dan hasil belajar pada siklus I dapat dijabarkan sebagai berikut.

Tabel 4.10 Hasil Evaluasi Siklus I

No. Uraian Keterangan

1 Nilai tertinggi 97

2 Nilai terendah 56

3 Nilai rata-rata kelas 74

4 Persentase jumlah siswa yang memenuhi KKM

65% 5 Persentase minat belajar 66%

Berdasarkan rekapitulasi hasil pengamatan dan hasil evaluasi dapat terlihat bahwa nilai tertinggi yang dicapai adalah 97, sedangkan nilai terendah adalah 56. Rata-rata nilai kelas adalah 74 dengan persentase keberhasilan sebesar 65%. Persentase minat belajar sebesar 66%. Meskipun hasil yang diperoleh belum cukup baik, terjadi peningkatan pada seluruh aspek yang diteliti oleh peneliti. Peningkatan tersebut juga sudah mampu melebihi target yang peneliti tentukan sebesar 63% untuk persentase minat belajar, 50% untuk persentase siswa yang tuntas dan rata-rata kelas sebesar 70.

Hal tersebut disebabkan oleh kegiatan pembelajaran yang peneliti rancang menurut pembelajaran quantum mampu menciptakan kondisi antara sadar dan tidak sadar pada siswa bahwa mereka sedang belajar. Kondisi tersebut mampu memberikan sugesti positif pada siswa. Hal tersebut sesuai dengan

yang diungkapkan oleh Dryden (2004:315) bahwa sugesti memiliki pengaruh yang sangat penting dalam belajar. Pembelajaran quantum berpusat pada kekuatan sugesti yang mampu memberikan pengaruh dalam hasil situasi belajar. Peneliti menerapkan hal tersebut dalam permainan yang dirancang oleh peneliti pada siklus I sehingga hasil yang diperoleh mengalami peningkatan. Permainan tersebut mampu menciptakan kondisi antara sadar dan tidak sadar pada siswa karena pada saat bermain tersebut siswa tidak menyadari bahwa mereka juga sedang belajar. Meskipun demikian, peneliti tetap akan melakukan perbaikan-perbaikan pada kegiatan pembelajaran sehingga hasil yang diperoleh menjadi lebih maksimal.

d. Kendala yang Dihadapi

Kegiatan pembelajaran pada siklus pertama ini bisa dikatakan cukup berhasil. Akan tetapi dalam pelaksanaanya masih mengalami beberapa kendala. Kendala tersebut banyak terjadi pada fase alami. Beberapa kendala tersebut yaitu banyak siswa yang kurang begitu memainkan perannya dengan baik dan hanya bermain-main dengan media yang disediakan tanpa mengikuti petunjuk yang diberikan. Selain itu ada pula siswa yang memanfaatkan kesempatan ke luar kelas untuk bermain-main dan kurang begitu fokus dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

Kendala lain yang dihadapi yaitu materi pembelajaran yang dimasukkan dalam permainan tersebut kurang begitu nampak sehingga banyak siswa yang merasa kebingungan. Akan tetapi kebingungan yang dialami oleh siswa tersebut dapat terjawab pada fase namai. Hal tersebut dapat terjadi karena pada fase alami siswa benar-benar diajak untuk memperoleh pengalaman nyata dalam kegiatan pembelajaran sebelum mengetahui nama dari kegiatan yang mereka lakukan. Dalam fase ini guru hanya mengarahkan dan berperan sebagai fasilitator sehingga tidak memberikan banyak penjelasan. Hal tersebut sesuai dengan salah satu prinsip dari pembelajaran quantum yaitu pengalaman sebelum pemberian nama. Akan tetapi hal tersebut nampaknya menjadi suatu kesulitan sendiri bagi siswa karena siswa belum begitu terbiasa belajar dengan model pembelajaran quantum. Oleh karena itu peneliti akan berusaha memperbaikinya dan lebih menyesuaikannya pada pembelajaran siklus yang kedua. Fase-fase yang lain berjalan relatif lancar dan tidak mendapatkan kendala sehingga peneliti hanya melakukan sedikit perbaikan.

2. Pembelajaran Siklus II

Dokumen terkait