• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBENTUKAN KARAKTER DEL

Dalam dokumen Del. Inspirasi Selangkah Lebih Maju (Halaman 65-73)

KARAKTER DEL

4. PEMBENTUKAN KARAKTER DEL

Komitmen insan Del untuk mampu menilai perilaku yang baik dan buruk, memiliki kemauan untuk mengembangkan perilaku kebaikan dan memperbaharui dalam dirinya serta menjadi teladan untuk mengamalkan nilai-nilai karakter Del. Dengan mengetahui teori tentang Filosofi Del dan nilai-nilai inti karakter Del 3M, insan Del pada akhirnya akan terbiasa mengidentifikasikan contoh-contoh kata sifat dan kata kerja dari Nilai-Nilai 3M dan hubungan Filosofi Del dengan kehidupan mahasiswa.

Membiasakan kehidupan berkarakter MarTuhan, dimulai dengan prinsip beriman, memiliki keyakinan dan pengenalan terhadap Tuhan serta ketekunan dalam menjaga kesadaran akal budi atas kebenaran dan menjauhi larangan. Perilaku umum terpancar Ketika insan del memiliki kepercayaan terhadap adanya Tuhan Sang Maha Pencipta dengan berbuat sesuai perintah dan menjauhi larangan, memiliki pemahaman yang benar sesuai dengan kepercayaan, dan beribadah dengan tekun.

Insan Del yang peduli untuk mengembangkan sesama dengan berbicara, mendengar, dan bersama merasakan kehadiran Allah memampukan diri bertumbuh dan bersaksi terhadap perubahan budi pekerti yang saling membangun dan mendamaikan.

Dibuktikan dengan perilaku umum seperti menghormati semua orang, bersedia memberikan bantuan nyata, dan mengamalkan perbuatan-perbuatan damai dalam menghadapi persoalan. Insan

Del

Inspirasi Selangkah Lebih Maju

Del yang dedikatif melayani dan melakukan perbuatan baik berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, norma, atau ikatan yang dilakukan dengan ikhlas.

Hal ini dibuktikan dengan perilaku umum mampu berpartisipasi dalam membuat almamater menjadi tempat yang lebih baik dan membanggakan, berbuat kebaikan dengan ikhlas, bersedia melayani tanpa pamrih.

Insan Del yang berhati-nurani mampu bertindak berlandaskan pada kerendahan hati dengan penuh tanggung jawab, melakukan apapun dengan hati, dan tunduk pada nilai-nilai moral dalam kaitannya dengan makhluk hidup lainnya. Berintegritas atau tulus adalah sikap yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap pihak lain. Perilaku insan Del menjunjung tinggi kebenaran dan kejujuran dengan menyatakan apa adanya, dapat dipercaya dan konsisten antara apa yang dikatakan dan dilakukan, bertekad untuk menjalankan etika dan kebenaran, bertanggung jawab adalah kebiasaan seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, sosial, alam, dan budaya, serta siap menanggung segala akibatnya. Insan Del mengetahui dan melakukan tugas dengan sepenuh hati sebagaimana yang diharapkan, menghargai dan menaati aturan main, dan bersedia menanggung akibat-akibat dari keputusan yang diambil dan tindakan yang dilakukan. Insan Del mampu produktif adalah kebiasaan seseorang untuk meningkatkan kinerja diri sendiri dan berkontribusi bagi masyarakat. Dibuktikan dengan perilaku mampu merencanakan dan menjalankan tugas dengan cara runtut dan rapi untuk mendapatkan hasil yang terbaik, berusaha keras untuk mencapai prestasi terbaik, menyelesaikan pekerjaan apa saja yang telah dimulai atau pernah dijanjikan.

“Hati-hati dengan pikiran Anda, pikiran Anda menjadi kata-kata Anda”

“Hati-hati dengan kata-kata Anda, kata-kata Anda menjadi perbuatan Anda”

“Hati-hati dengan perbuatan Anda, Perbuatan Anda menjadi kebiasaan Anda”

“Hati-hati dengan kebiasaan Anda, kebiasaan Anda menjadi karakter Anda”

“Hati-hati dengan karakter Anda, karakter Anda menjadi takdir Anda”

5. EPILOG

Karakter Del

Karakter memegang peranan penting dalam berkehidupan di masyarakat. Era dapat berubah seiring dengan perkembangan teknologi dan struktur sosial, namun krisis karakter tidak berubah dari era ke era. Krisis karakter adalah persoalan yang melekat pada individu maupun kelompok yang menentukan jatuh bangunnya seorang individu maupun bangsa. Mengapa karakter selalu dipersoalkan? Perhatikan kalimat bijak berikut:

Krisis karakter sudah dikenal dan bersifat merusak baik untuk diri sendiri maupun tatanan sosial. Arnold Lazarus dan Clifford Lazarus (2005) dalam buku berjudul Staying Sane in a Crazy World (101 strategi untuk tetap waras di dunia yang gila), menuliskan sejumlah jenis kecacatan karakter yang merusak, antara lain:

a. Paranoid, polanya adalah orang tidak mudah percaya dan selalu curiga.

b. Skizoid, yaitu orang mengalami keterpisahan secara sosial dan emosi yang terkungkung.

c. Skizotipal, yaitu orang yang biasanya mengalami gangguan pikiran, perilaku eksentrik, dan kapasitas yang kurang untuk berhubungan dekat.

d. Antisosial, biasanya terdapat pada pola sikap tidak peduli dan pelanggaran atas hak orang lain.

Del

Inspirasi Selangkah Lebih Maju

e. Perbatasan (borderline), biasanya ditandai dengan ketidakstabilan dalam hubungan, gambar diri, suasana hati, dan sikap yang impulsif dramatis.

f. Histrionik, polanya adalah emosi yang berlebihan dan mencari perhatian.

g. Narsistik, polanya ditunjukkan oleh adanya rasa sombong, haus pujian, dan kurangnya empati.

h. Penghindar (avoidant), biasanya dicirikan oleh adanya hambatan sosial, perasaan tidak mampu, dan kepekaan yang berlebihan terhadap kritik.

i. Bergantung (dependent), pada masalah ini terdapat kebutuhan yang sangat besar akan perhatian, sikap patuh, perilaku bergantung, dan takut akan perpisahan.

j. Obsesif Kompulsif, biasanya ditandai dengan kesenangan akan keteraturan, kesempurnaan, dan kontrol sebagai ganti fleksibilitas, keterbukaan, dan efisiensi.

Insan Del selalu diingatkan untuk memahami nilai-nilai perilaku karakter Del. Sisi pemahaman terhadap karakter yang dapat dikomunikasikan saja tidaklah cukup karena nilai-nilai karakter Del dapat terabaikan tanpa adanya pembaharuan budi.

Pembaruan budi atau perubahan sikap hidup tidak terjadi karena karakter Del hanya sebatas pengetahuan belum mengubahkan menjadi perilaku yang membangun. Pengabaian karakter kebajikan biasanya membuat seorang pribadi menjadi dingin, kering, munafik, dan mudah tersinggung ketika berhadapan dengan persoalan, dengan pribadi lain yang berbeda, dan dengan kesulitan hidup. Banyak di media sosial, baik anak-anak muda maupun orang dewasa tersandung perbuatan koruptif, tidak bermoral, dan melawan hukum yang secara sadar sudah diketahui, namun tidak dapat mengekang diri baik karena adanya kesempatan, keadaan terdesak, maupun atas intensi internal. Kata-kata kotor yang diucapkan atau tindakan jelek yang dilakukan bisa buruk dampaknya, bukan hanya kepada diri sendiri tetapi juga kepada orang di sekitar kita. Hal ini tidaklah

Karakter Del

baik bagi insan Del yang dipanggil menjadi agen perubahan yang tetap rendah hati menjaga hati nurani dan kelakuannya untuk tetap membentuk kehidupan baik dimanapun berada.

Pola kerusakan karakter sudah dikenal dengan baik.

Peperangan selalu terjadi di dalam pikiran baik yang impulsif dari dalam maupun reaktif terhadap faktor eksternal. Stimulan terjadi setiap waktu dan sering disebut godaan. Godaan yang merusak selalu tetap ada dan kunci untuk mengatasi godaan bukan dengan melawan kembali, tetapi merubah fokus perhatian.

Alasannya adalah apa pun yang menarik perhatian kita akan mendapatkan kita. Pertempuran tentang kebobrokan karakter selalu dimulai dalam pikiran. Bilamana pikiran terjatuh pada hal yang negatif, maka akan akan tertarik ke arah yang berlawanan dengan hati nurani. Jika kita memikirkan sesuatu kebajikan, kita tidak memikirkan hal-hal yang kurang penting. Jika kita fokus pada hal-hal yang dilihat di televisi dan media sosial, itu akan menarik kita ke arah lain. Hukum yang berlalu adalah apa pun yang kita fokuskan akan menarik perhatian kita dan yang menarik kita akan mendapatkan kita. Kuncinya adalah mengubah pikiran kita. Godaan selalu mengikuti pola yang dapat diprediksi:

perhatian, gairah, dan tindakan. Pikiran kita terpikat, perasaan kita berubah, dan kemudian kita bertindak berdasarkan itu. Jadi sulit untuk melawan godaan, tetapi mengalihkan pikiran kita ke hal lain yang positif.

Masalahnya, kebanyakan orang tidak pandai menangkap setiap pikiran negatif dan mengarahkannya kepada kebajikan, karena hal ini membutuhkan banyak latihan. Kenyataan yang dihadapi adalah kita tidak selalu dapat mengendalikan keadaan kita, dan kita sering kali tidak dapat mengendalikan perasaan kita. Tetapi kita dapat mengendalikan apa yang kita pikirkan.

Hidup kita adalah 10% kejadian dan 90% respon. Kita tidak dapat mengendalikan apa yang terjadi dalam hidup, tetapi kita dapat memilih respon apa yang akan kita berikan. Saat kita

Del

Inspirasi Selangkah Lebih Maju

merespon segala sesuatu yang terjadi dengan benar, kita sedang menjaga kesehatan jiwa kita. Itu selalu pilihan kita bahwa jika kita mengubah cara berpikir kita, itu mengubah perasaan kita, dan itu akan mengubah cara kita bertindak. Kita tidak bisa melarang burung terbang di atas kepala kita, tapi kita bisa melarang burung membuat sarang di atas kepala kita. Demikianlah juga, kita tidak bisa menghalangi datangnya godaan dalam hidup kita. Namun, kita bisa memilih agar godaan tidak merusak hidup kita. Karena itu, petunjuk untuk menjaga diri adalah berhenti melawan godaan. Sebaliknya, kita ubah saja pikiran kita ke arah yang mulia dan penuh kebajikan dan ini akan mengubah hidup kita.

Perumpamaan Suku Eskimo dari sumber sekunder berikut menunjukan bagaimana seseorang dapat memilih sifat positif dan sifat negatif. Seorang anak muda Indian bertanya kepada kakek tua yang bijaksana di sukunya. “Kek, aku punya dua serigala. Serigala hitam dan serigala putih. Menurut Kakek, kalau mereka bertarung, siapa yang akan menang ?”, tanya si anak muda. Kakek tua itu memandang si pemuda dan tersenyum kepadanya. Hakekatnya, manusia berlimpah dengan stok cinta dan kasih sayang. Seorang ibu bangun ketika bayinya menangis malam demi malam. Ia mengendalikan kelelahan fisik dan ketidaksabarannya demi sang bayi. Seorang ayah rela menunggui anaknya di rumah sakit dengan mengabaikan semua frustasi yang memenuhi hidupnya. Saat Anda berada di jalan sepi, dan melihat seorang korban kecelakaan mengerang kesakitan di pinggir jalan, Anda akan langsung menghampiri dan menolongnya. Tak ada waktu untuk bertanya siapa namanya, apa sukunya, apa agamanya, maupun calon presiden pilihannya.

Bila manusia penuh dengan stok cinta yang berlimpah, dan dari sananya memang begitu, mengapa masih ada kebencian dan permusuhan yang sering kali timbul? Tak lain karena cinta, seperti halnya kebencian, adalah hal-hal yang tanpa sadar kita pelajari setiap hari. Apa yang kita lihat, dengar, dan rasakan setiap hari, membentuk atau menghancurkan benih-benih cinta yang sudah

Karakter Del

kita miliki. “Jadi, serigala mana yang menang, Kek?”, tanya sang cucu. “Oh, itu tergantung...”, ujar sang kakek. Si cucu bertanya lagi, “Maksudnya?” Kakek menjawab, “Tergantung serigala mana yang kau beri makan lebih banyak setiap harinya. Serigala yang setiap hari kau beri makan lebih banyak, akan menjadi kuat, dan memenangkan setiap pertarungan.” Renungan bagi kita, bila serigala hitam adalah simbol kebencian dan permusuhan, dan serigala putih adalah simbol cinta dan kasih sayang, serigala mana yang kita beri makan lebih banyak setiap harinya?

Sebagai wujud pembentukan karakter, insan Del di dalam kampus melakukan aktivitas pembelajaran aktif dan interaktif yang dikemas dalam pembelajaran kolaboratif dan kooperatif.

Aktivitas pembelajaran seperti ini mendorong mahasiswa untuk mengeksplorasi bidang ilmu yang diminatinya dan kemudian membangun pengetahuannya secara bertanggung jawab yang pada akhirnya mencapai kompetensi sebagaimana ditetapkan di dalam kurikulum. Metode ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang aktif, atau dikenal dengan pembelajaran berpusat pada peserta didik (Student Centered Learning), dimana mahasiswa berlatih untuk belajar di luar kelas (beyond the classroom) dan berpikir di luar pakem yang ada, berpikir secara berbeda atau dengan menggunakan perspektif baru (thinking outside the box), serta berlatih memecahkan masalah. Berpikir di luar pakem dikenal pula sebagai suatu proses berpikir lateral. Pola berpikir seperti ini akan efektif manakala institusi pendidikan menyajikan

“menu” yang bersifat kontekstual sehingga para mahasiswa masuk ke dalam pengalaman nyata (minds-on dan hands-on).

P

BAB 3

Dalam dokumen Del. Inspirasi Selangkah Lebih Maju (Halaman 65-73)