• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.2. Pemberdayaan Anak Jalanan

dilakukan dengan mengubah : 2.1.Mengubah ciri fisik anak jalanan

Berdasarkan hasil uji SEM ciri fisik anak jalanan kurang nyata berpengaruh terhadap perilaku anak jalanan. Namun karena model merupakan model yang fit, peubah ini tetap dapat dijadikan pertimbangan dalam upaya mengentaskan anak dari jalanan

Cara mengubah ciri fisik anak jalanan dilakukan melalui aspek-aspek yang cenderung menyumbang pengaruh dan hubungan nyata, yaitu :

154 Tabel 30. (lanjutan)

1 2 3

a.Penampilan fisik Berdasarkan hasil uji SEM penampilan fisik (-0,20) merupakan faktor yang cenderung berpengaruh nyata terbesar terhadap upaya mengubah ciri fisik anak jalanan. Sehingga menjadi prioritas utama untuk mengubah ciri fisik anak jalanan, yang dapat memberi efek perubahan perilaku.

1) Upaya mengubah penampilan fisik anak jalanan (kulit, rambut, mata, postur tubuh) dilakukan dengan cara mensosialisasikan kepada anak jalanan dan anak yang berpotensi menjadi anak jalanan, tentang pentingnya menjaga tubuh dari kondisi yang tidak sedap dipandang mata. Salah satunya melalui kebiasaan mandi dua kali sehari pagi sore.

2) Proses sosialisasi, penyuluhan dan pembiasaan dilakukan secara berkesinambungan dengan menyediakan sarana dan prasarananya. Seperti menyediakan kamar mandi umum di mana anak jalanan bisa menggunakannya, serta dibiasakan bagi anak yang menggunakan sarana umum ini untuk menjaga kebersihan dengan membagi piket-piket kebersihan.

b.Jenis kelamin Berdasarkan hasil uji SEM jenis kelamin (-0,29) merupakan faktor kedua terbesar berpengaruh nyata terhadap upaya mengubah ciri fisik anak jalanan. Sehingga menjadi prioritas kedua untuk mengubah ciri fisik anak jalanan

1) Cara mengubah anak jalanan wanita relatif lebih mudah dibanding pria. Dilakukan dengan memberi penjelasan, sosialisasi dan penyuluhan-penyuluhan secara berkesinambungan tentang hal-hal/kondisi/situasi yang dikehendaki untuk berubah. Baik terkait dengan perubahan ciri fisik maupun ciri psikologik dan ciri sosiologik.

2) Sedangkan pada anak jalanan pria dilakukan selain melalui memberian penjelasan, sosialisasi dan penyuluhan-penyuluhan secara berkesinambungan tentang hal-hal/kondisi/situasi yang dikehendaki untuk berubah, juga dilakukan pemantauan dan pendampingan langsung. Baik terkait dengan perubahan ciri fisik maupun ciri psikologik dan ciri sosiologik.

c.Umur Berdasarkan hasil uji SEM umur (- 0,33) merupakan faktor ketiga ter- besar berpengaruh nyata terhadap upaya mengubah ciri fisik, sehingga menjadi prioritas ketiga untuk mengubah anak jalanan

1) Cara mengubah ciri fisik anak jalanan terkait dengan umur anak jalanan dilakukan dengan cara memberi contoh dan keteladanan tentang bagamana cara berpakaian dan berpenampilan yang baik, dapat dilakukan di semua kelompok umur anak jalanan.

2) Serta dengan cara persuasif guna menumbuhkan kesadaran dan keinginan anak jalanan untuk mengubah ciri fisik dirinya menjadi lebih positif. Dilakukan melalui pembinaan dan penyuluhan secara berkesinambungan, sehingga kondisi bisa terjaga seperti yang diharapkan. d.Pakaian Berdasarkan hasil uji SEM cara

berpakaianan anak jalanan (-0,45) merupakan faktor keempat yang berpengaruh nyata terhadap upaya mengubah ciri fisik anak jalanan dan menjadi prioritas keempat.

1) Dilakukan dengan cara membiasakan mencuci/berganti pakaian setiap hari/dua hari sekali. 2) Mengumpulkan baju layak pakai dari warga masyarakat dan membagikannya kepada anak-

anak jalanan, terutama yang berpakaian lebih seadanya dibandingkan anak-anak jalanan lain. 3) Kegiatan di atas dilakukan melalui pembinaan dan penyuluhan secara berkesinambungan,

karena bila kegiatan hanya sesekali, dan anak jalanan tidak memiliki pakaian pengganti maka penampilan pakaian anak jalananpun akan kembali menjadi seadanya.

155 Tabel 30. (lanjutan)

1 2 3

e.Penyakit yang diderita

Berdasarkan hasil uji SEM penyakit yang diderita (1,00) merupakan faktor yang berhubungan nyata dengan ciri fisik anak jalanan terhadap perilaku anak jalanan.

1) Kondisi anak jalanan cenderung jarang sakit, sehingga pada kondisi ini cara yang dilakukan adalah bagaimana menjaga agar kondisi ini tetap bertahan. Dilakukan dengan cara menjaga asupan makanan yang teratur dan seimbang.

2) Kegiatan dilakukan melalui pembinaan dan penyuluhan

2.2.Mengubah ciri psikologik anak jalanan

Berdasarkan hasil uji SEM ciri psikologik anak jalanan kurang nyata berpengaruh terhadap perilaku anak jalanan. Namun karena model merupakan model yang fit, tetap dapat dijadikan pertimbangan dalam upaya mengentaskan anak dari jalanan

Cara mengubah ciri psikologik anak jalanan dilakukan melalui sub-sub peubahnya yang cenderung menyumbang pengaruh dan hubungan nyata, yaitu :

a.Mobilitas mental Berdasarkan hasil uji SEM mobilitas mental (-0,04) merupakan faktor yang cenderung berpengaruh nyata terbesar terhadap upaya mengubah ciri psikologik anak jalanan. Sehingga menjadi prioritas utama untuk mengubah ciri psikologik anak jalanan, yang dapat memberi efek perubahan perilaku.

1) Cara mengubah kondisi mental anak jalanan yang cenderung sering berubah di antaranya melalui pembinaan, penyuluhan dan bimbingan mental spiritual tentang budi pekerti tentang bagaimana menekan perasaan tanpa harus menjadi tertekan, secara bertahap sesuai dengan tingkat kematangan anak jalanan.

2) Pembinaan dan penyuluhan psikologi kejiwaan tentang bagaimana mengendalikan stress dan tekanan, tanpa harus lari pada hal-hal yang negatif.

3) Pembinaan dan penyuluhan agama tentang hal yang baik dan buruk, yang pantas dan tidak pantas dilakukan, sebagai ekspresi dari suasana jiwa yang sedang dialami.

b.Tingkat kreativitas Berdasarkan hasil uji SEM tingkat kreativitas (-0,35) merupakan faktor kedua terbesar berpengaruh nyata terhadap upaya mengubah ciri psikologik anak jalanan. Sehingga menjadi prioritas kedua untuk mengubah ciri psikologik.

1) Cara mengubah tingkat kreativitas anak jalanan yang cenderung rendah pada sebagian besar anak dengan cara antara lain memberikan kegiatan-kegiatan seperti kegiatan membuat hasta karya dan pelatihan keterampilan tertentu, yang dapat memancing daya kreativitas.

2) Sedangkan pada sebagian kecil anak jalanan yang memiliki tingkat kreativitas relatif tinggi, dapat dilakukan kegiatan-kegiatan untuk dapat mengembangkan daya kreativitasnya dengan cara membaurkan mereka pada kelompok anak yang memiliki tingkat kreativitas rendah untuk bersama-sama melakukan kegiatan-kegiatan.

156 Tabel 30. (lanjutan)

1 2 3

c.Pengalaman jadi anak jalanan

Berdasarkan hasil uji SEM pengalaman menjadi anak jalanan (1,00) merupakan faktor yang berhubungan nyata dengan ciri psikologik anak jalanan terhadap perilaku anak jalanan.

Mengisi pengalaman jiwa berada di jalan dengan hal-hal positif yang dapat memunculkan perilaku- perilaku normal dalam diri anak jalanan. Seperti mandi sehari dua kali, berkata dan bersikap yang sopan, ganti dan mencuci baju secara rutin paling tidak dua hari sekali, pentingnya persahabatan, menabung, saling berbagi dengan kawan dalam susah serta senang, dan lain-lain. Di samping mengubah perilaku anak jalanan dengan membuka wawasan untuk meraih peluang di luar jalanan. 2.3.Mengubah ciri

sosiologik anak jalanan

Berdasarkan hasil uji SEM ciri sosiologik anak jalanan kurang nyata berpengaruh terhadap perilaku anak jalanan. Namun karena model merupakan model yang fit, tetap dapat dijadikan pertimbangan dalam upaya mengentaskan anak dari jalanan

Cara mengubah ciri sosiologik anak jalanan dilakukan melalui sub-sub peubahnya yang cenderung menyumbang pengaruh dan hubungan nyata, yaitu :

a.Asal daerah Berdasarkan hasil uji SEM asal daerah (-0,50) merupakan faktor yang cenderung berpengaruh nyata terhadap upaya mengubah ciri sosiologik anak jalanan. Sehingga menjadi prioritas utama untuk mengubah ciri sosiologik anak jalanan, yang dapat memberi efek perubahan perilaku.

Kesamaan asal daerah anak jalanan berpengaruh terhadap ciri sosiologiknya sehingga untuk mengubah perilaku anak jalanan, asal daerah ini dapat dijadikan sebagai pintu masuk upaya mengubah perilaku. Dilakukan dengan cara melakukan pendekatan pada anak jalanan menggunakan kebiasaan-kebiasaan serta bahasa daerah setempat, sehingga pendamping sebagai agent of change dapat lebih diterima oleh anak jalanan di wilayahnya.

b.Mobilitas fisik Berdasarkan hasil uji SEM mobilitas fisik anak jalanan (1,00) merupakan faktor yang berhubungan nyata dengan ciri sosiologik anak jalanan terhadap perilaku anak jalanan.

1) Mobilitas fisik anak jalanan cenderung tinggi di dalam wilayah kotanya sehingga, dengan ini bisa lebih mudah dilakukan pembinaan dan penyuluhan dengan di fokuskan pada suatu wilayah tertentu yang dapat dijangkau oleh anak jalanan dari sekitar wilayahnya.

2) Pembinaan dan penyuluhan yang diberikan dilakukan dengan memperhatikan tingkat kreativitas dan asal daerah anak jalanan, dengan menggunakan pendekatan, bahasa dan kebiasaan sesuai dengan asal daerahnya. Dengan pembinaan yang di fokuskan pada daerah tertentu dan melihat potensi yang ada pada anak jalanan, diharapkan dapat menekan mobilitas fisik anak jalanan sehingga biaya dan energi yang digunakan untuk melakukan mobilitas fisikpun dapat ditekan

157 Tabel 30. (lanjutan) 1 2 3 A.3.Pemberdayaan Pendamping Anak Jalanan dilakukan melalui : 3.1.Diklat 3.2.Pelaksanaan peran sesuai dengan tugas dan tanggung jabanya 3.3. Sertifikasi

Berdasarkan hasil uji SEM mobilitas fisik anak jalanan (1,00) merupakan faktor yang berhubungan nyata dengan ciri sosiologik anak jalanan terhadap perilaku anak jalanan.

1) Dilakukan rekruting pendamping anak jalanan di lingkungan Pemerintahan, yang dilakukan oleh Departemen Sosial dan menjadi Penyuluh Sosial/Pekerja Sosil yang akan menjadi pendamping sosial anak jalanan dan ditempatkan pada posisi strategis di pokja-pokja yang dekat dengan kantung-kantung masalah anak jalanan.

2) Disamping dilakukan rekruting pendamping anak jalanan dari kalangan LSM, swasta dan masyarakat yang pemantauannya ada di bawah Departemen Sosial.

3) Memberikan pendidikan dan pelatihan pada Pendamping atau Pekerja Sosial/Penyuluh Sosial anak jalanan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan saat melakukan pendampingan. Seperti memberi pendidikan dan pelatihan tentang : konseling, case conference, penggalian dan pendayagunaan sumber, dan lain-lain. Guna meningkatkan kompetensi dan profesionalisme Pendamping atau Pekerja Sosial/Penyuluh Sosial anak jalanan dalam menangani permasalahan anak jalanan terutama dengan menggunakan “Strategi TRIDAYA Pengentasan Anak Jalanan” 4) Pelaksanaan peran sesuai tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendamping atau penyuluh sosial anak jalanan, diantaranya peran sebagai : (a) Mediator, (b) Advokator, (c) Fasilitator, (d) Dinamisator, (e) Evaluator, (f) Enabler, dan lain-lain

5) Melakukan sertifikasi bagi para Penyuluh Sosial/Pekerja Sosial sebagai pendamping sosial anak jalanan dengan terlebih dahulu mendirikan Asosiasi Penyuluh Sosial/Asosiasi Pekerja Sosial kemudian bekerja sama dengan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) melakukan Sertifikasi, sehingga penempatan individu dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan/ kompetensi yang dimiliki berdasarkan standar tertentu.

Dengan tipe kepribadian yang diharapkan ada pada diri seorang pendamping anak jalanan (Tjahjorini, 2001) dimanapun mereka berada, diantaranya : (a) Penuh perhatian, (b) Penuh motivasi, (c) Memberi contoh, (d) Dinamis, (e) Tangguh, (f) Mau berkorban, (g) Hubungan informal, (h) Memiliki kemampuan berkomunikasi

B.Pemberdayaan

Dokumen terkait