• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberian kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank

dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi

hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau

pembagian hasil keuntungan. Termasuk dalam pemberian kredit adalah kredit

dalam rangka pembiayaan bersama dan kredit dalam proses penyelamatan.

Penyimpangan-penyimpangan yang pada umumnya terjadi pada kegiatan

pemberian kredit Bank sebagai berikut:

1) Pemberian kredit kepada nasabah tidak disertai dengan pengikatan jaminan yang memadai, bukti kepemilikan jaminan tidak diserahkan, dan jaminan telah diagunkan untuk kredit di Bank lain.

Upaya-upaya Preventif:

a. Pemberian kredit harus memperhatikan prinsip kehati-hatian Bank dengan pertimbangan profit.

b. Bank harus menyusun mekanisme internal check antar bagian yang terlibat dalam pemberian kredit.

c. File pemberian kredit harus direview secara berkala untuk memastikan terpenuhinya kelengkapan dokumentasi kredit dan aspek legal.

d. Satuan Kerja Audit Internal harus melakukan pemeriksaan atas pemberian kredit secara periodik.

Upaya-upaya Detektif:

a. Melakukan penelitian atas daftar kredit yang diberikan dan kolektibilitasnya. b. Melakukan penelitian terhadap file kredit untuk mengetahui kelengkapan

formal dan kepatuhan terhadap prosedur pemberian kredit dan melakukan konfirmasi kepada debitur.

c. Melakukan identifikasi file kredit yang tidak memenuhi persyaratan formal dan tidak melalui prosedur pemberian kredit yang lazim.

2) Pemberian fasilitas kredit investasi digunakan untuk membiayai investasi yang telah dinaikkan nilainya (mark-up).

Upaya-upaya Preventif:

a. Menetapkan ketentuan bahwa kredit investasi hanya disetujui setelah debitur menyerahkan studi kelayakan atas investasi yang dibiayai dan melakukan penilaian atas studi kelayakan tersebut.

b. Menetapkan ketentuan bahwa kredit dapat dicairkan bertahap setelah investasi dilaksanakan yang dibuktikan dengan bukti pembangunan atau bukti pembelian barang yang dibiayai.

c. Debitur harus menyampaikan laporan kemajuan investasi kepada Bank secara berkala.

Upaya-upaya Detektif:

a. Melakukan penelitian atas analisa kredit untuk meyakinkan bahwa pemberian kredit investasi telah didasarkan pada hasil analisa yang memadai.

b. Melakukan verifikasi prosedur pemberian dan pencairan kredit untuk mengetahui bahwa pemberian pinjaman telah sesuai prosedur yang berlaku dan dicairkan berdasarkan persyaratan yang telah ditentukan.

c. Melakukan penelitian atas laporan kemajuan pekerjaan dari debitur untuk mengetahui apakah laporan tersebut dimanfaatkan oleh Bank dan ditindaklanjuti oleh Bank.

d. Melakukan penelitian kebenaran investasi dengan cara melakukan peninjauan lapangan untuk mengetahui kebenaran laporan yang disampaikan oleh debitur.

e. Melakukan kontrol hubungan antara kredit investasi yang dicairkan dengan kemajuan pekerjaan investasi yang dilaksanakan.

3) Pemberian fasilitas kredit konstruksi kepada nasabah dengan jaminan kontrak pekerjaan fiktif yang mengakibatkan kredit menjadi macet.

Upaya-upaya Preventif:

a. Direksi harus menetapkan ketentuan bahwa pemberian kredit konstruksi hanya diberikan atas kontrak pekerjaan yang sudah ditanda-tangani.

b. Pemberian kredit konstruksi harus didukung penyerahan agunan tambahan yang cukup menutupi kredit.

c. Pemberian kredit konstruksi harus didukung dengan surat pernyataan dari pimpinan proyek atau pemberi kerja atas kebenaran kontrak pekerjaan.

d. Debitur kredit konstruksi harus melaporkan kemajuan pekerjaan kepada Bank yang diketahui oleh pimpinan proyek.

e. Petugas bank melakukan peninjauan lapangan proyek secara mendadak. Upaya-upaya Detektif:

a. Melakukan pengujian apakah pemberian kredit konstruksi hanya diberikan atas kontrak pekerjaan yang sudah ditanda-tangani.

b. Melakukan penelitian apakah laporan kemajuan pekerjaan dari debitur disetujui oleh pimpinan proyek/pemberi pekerjaan.

c. Melakukan peninjauan lapangan apakah laporan kemajuan pekerjaan yang disampaikan telah sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

d. Melakukan kontrol hubungan antara kemajuan pekerjaan dengan jumlah pencairan kredit.

telah dipotong sesuai persyaratan kredit.

4) Pemberian fasilitas kredit kepada keluarga pejabat Bank dengan jaminan pejabat Bank yang bersangkutan, yang pada saat kreditnya macet, oleh pejabat Bank yang bersangkuan kredit tersebut dihapusbukukan.

Upaya-upaya Preventif:

a. Surat pernyataan jaminan dari pejabat bank harus diketahui oleh atasan pejabat Bank yang bersangkutan.

b. Bagian kredit harus melaporkan perkembangan kredit yang dijamin oleh pejabat Bank secara rutin dengan tembusan kepada atasan pejabat penjamin kredit.

c. Memberikan peringatan dini kepada penjamin apabila kolektibilitas kredit kurang lancar.

Upaya-upaya Detektif:

a. Melakukan penelitian apakah penjamin kredit telah dicantumkan disamping nama peminjam kredit dan dalam berkas kredit.

b. Melakukan penelitian kredit bermasalah termasuk kredit yang dihapus buku apakah terdapat kredit yang dijamin oleh Pejabat Bank termasuk didalamnya. c. Melakukan penelitian terhadap kredit yang dijamin oleh pejabat Bank, apakah

pejabat Bank yang bersangkutan telah menandatangani surat jaminan pelunasan utang, surat kuasa pemotongan penghasilan dan surat-surat tersebut telah diketahui oleh atasan pejabat penjamin kredit serta telah disampaikan kepada divisi/bagian personalia.

d. Melakukan penelitian apakah bagian kredit telah melaporkan perkembangan kredit yang dijamin pejabat Bank kepada divisi personalia/bagian personalia dengan tembusan atasan pejabat penjamin.

e. Melakukan penelitian apakah bagian personalia/gaji telah melakukan pemotongan penghasilan pegawai untuk pelunasan kredit yang bermasalah.

5) Pemberian fasilitas kredit ekspor pre-shipment kepada eksportir yang sebagian dipergunakan melunasi hutang dalam bentuk commercial paper/promissory notes, dan hanya sebagian yang benar-benar dipergunakan untuk modal kerja ekspor sehingga kredit menjadi macet.

Upaya-upaya Preventif:

a. Direksi harus menetapkan bahwa nasabah yang mengajukan kredit pre shipment harus melaporkan kredit yang sedang dinikmati dari Bank.

b. Pemberian kredit harus didahului dengan penelitian apakah nasabah pernah memperoleh fasilitas kredit lain dari Bank atau Bank lain.

c. Pemberian kredit harus didahului dengan penelitian kebutuhan modal kerja ekspor yang diperlukan oleh nasabah sesuai dengan kemampuan ekspor nasabah.

d. Direksi harus menetapkan ketentuan yang mewajibkan nasabah untuk menyampaikan laporan realisasi ekspor secara periodik.

e. Bagian kredit harus memonitor penarikan dana dan penyetoran dana nasabah.

a. Melakukan penelitian apakah sebelum memberikan kredit kepada nasabah, bagian kredit sudah meneliti kredit yang sedang dinikmati nasabah, baik dari Bank maupun dari Bank lainnya.

b. Melakukan penelitian apakah Direksi telah menetapkan perhitungan maksimum pemberian kredit ekspor pre shipment dan apakah pemberian kredit ekspor pre shipment tersebut telah sesuai dengan pehitungan maksimum pemberian kredit.

c. Melakukan penelitian apakah perhitungan rencana volume ekspor, harga pengadaan barang ekspor, rencana produksi, harga bahan, dan biaya produksi yang diajukan oleh nasabah dalam proposal permohonan kredit telah dihitung dengan cermat dan sesuai dengan kemampuan ekspor nasabah. d. Melakukan penelitian apakah perhitungan kebutuhan dana pre-shipment telah

dihitung sesuai dengan kemampuan ekspor yang sebenarnya.

e. Melakukan penelitian apakah mutasi rekening pinjaman nasabah cukup aktif dan penarikan serta penyetoran dana telah sesuai dengan realisasi ekspor yang sebenarnya dan digunakan sesuai dengan tujuan pinjaman.

6) Pemberian fasilitas overdraft kepada nasabah bermasalah tanpa melalui analisa dan pertimbangan yang matang sehingga kredit menjadi macet.

Upaya-upaya Preventif:

a. Bank harus menetapkan prosedur pemberian fasilitas overdraft kepada nasabah.

b. Direksi Bank harus menetapkan batas kewenangan pejabat yang dapat memberikan fasilitas overdraft.

c. Melakukan pengecekan secara periodik apakah pemberian fasilitas overdraft telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Direksi.

Upaya-upaya Detektif:

a. Melakukan penelitian terhadap daftar debitur yang menunjukkan saldo baki debet dan plafond pinjaman.

b. Melakukan penelitian terhadap jumlah fasilitas overdraft apakah telah sesuai dengan jumlah limit yang ditetapkan.

c. Melakukan penelitian terhadap jangka waktu pemberian fasilitas overdraft apakah telah dilakukan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

d. Melakukan penelitian terhadap terhadap jangka waktu pemberian fasilitas overdraft.

e. Melakukan penelitian apakah pemberian fasilitas overdraft tersebut telah diotorisasi oleh pejabat yang berwenang.

7) Pemberian kredit kepada beberapa perusahaan Multi Finance yang kemudian diterus-pinjamkan ke perusahaan terkait, dengan tujuan untuk menghindari pelanggaran Batas Maksimum Pemberian Kredit.

Upaya-upaya Preventif:

a. Pemberian kredit harus didasarkan kepada kelayakan usaha, bonafiditas debitur dan kemampuan pengembaliannya.

b. Setiap pemberian kredit harus melalui prosedur yang benar dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Bank.

c. Batas Maksimum Pemberian Kredit harus dimonitor untuk mencegah Back to Back loan atau Swap loan.

Upaya-upaya Detektif:

a. Melakukan penelitian terhadap laporan Batas Maksimum Pemberian Kredit dan daftar oustanding kredit.

b. Melakukan verifikasi atas pemberian kredit bernilai besar, menelusuri ke bukti pendukung seperti file kredit, nota-nota pembukuan dan pembebanan, serta korespondensi Bank dengan debitur.

c. Melakukan penelitian terhadap aktivitas rekening giro dan rekening pinjaman nasabah.

d. Melakukan konfirmasi kepada debitur mengenai status dan keberadaan debitur, kebenaran transaksi, dan penyebab tidak terpenuhinya aspek formal/legal pemberian kredit.

8) Pemberian kredit untuk menutupi kekurangan pembayaran dalam rangka spekulasi jual beli valas yang nilainya melebihi margin deposit nasabah, sehingga kredit menjadi macet.

Upaya-upaya Preventif:

a. Membuat ketentuan yang melarang Pengurus maupun pegawai Bank ikut serta bermain valas untuk kepentingan pribadi.

b. Kepala divisi treasury hanya menjalankan transaksi untuk nasabah yang dananya mencukupi.

c. Menyusun sistem komputer dealing room yang dapat menghentikan setiap transaksi yang menimbulkan kerugian sebesar deposit margin nasabah (stop loss limit).

d. Pemberian kredit didasarkan pada persyaratan yang ketat dan pertimbangan kelayakan usaha.

Upaya-upaya Detektif:

a. Melakukan penelitian atas laporan transaksi/daily Blotter, Laporan Mingguan Transaksi Derivatif, dan Laporan PDN dari bagian treasury.

b. Melakukan pengujian apakah transaksi valas disertai margin deposit yang cukup dan diikuti dengan perjanjian tertulis.

c. Melakukan penelitian rekening penampung transaksi valas

d. Melakukan penelusuran aktivitas rekening giro pengurus Bank untuk mengetahui transaksi pengambilan dana dan cara pemenuhan kekurangan dana pembelian valas.

e. Melakukan penelitian terhadap aplikasi pembukaan rekening giro, file kredit dan korespondensi yang berkaitan.

f. Melakukan konfirmasi kepada pihak terkait seperti nasabah, teller, akuntansi, pegawai Bank lainnya dan pimpinan Bank.

9) Menghindari pelanggaran Batas Minimum Pemberian Kredit dengan cara merekayasa pencairan Kredit Usaha Kecil fiktif untuk kepentingan group terkait Bank.

Upaya-upaya Preventif:

a. Pencairan Kredit Usaha Kecil harus berdasarkan permintaan debitur disertai dokumen pendukung yang syah melalui prosedur normal.

Kredit Usaha Kecil.

c. Kemampuan debitur Kredit Usaha Kecil memenuhi kewajibannya harus direview secara berkala.

Upaya-upaya Detektif:

a. Melakukan penelitian atas Kredit Usaha Kecil apakah diberikan kepada perusahaan yang memenuhi persyaratan.

b. Melakukan penelitian atas Kredit Usaha Kecil yang kolektibilitasnya kurang lancar dan terlambat membayar bunga.

c. Melakukan verifikasi bukti-bukti pendukung pemberian Kredit Usaha Kecil seperti proposal, hasil analisis, perjanjian kredit, bukti-bukti pencairan, rekening penampung serta korespondensinya.

d. Melakukan penelitian terhadap aktivitas rekening-rekening yang terkait dengan nasabah untuk mengetahui aliran dana.

10) Penjualan agunan kredit kepada pihak terkait nasabah dibawah harga pasar dengan memperoleh imbalan dari pembeli.

Upaya-upaya Preventif:

a. Direksi harus menetapkan limit harga pelelangan sesuai dengan harga pasar yang berlaku/harga wajar.

b. Direksi harus menunjuk petugas untuk melakukan survey harga pasar agunan yang akan dijual, sebagai dasar menetapkan limit harga pelelangan tersebut. c. Direksi harus menetapkan bahwa pelelangan agunan harus dilaksanakan

dengan pelelangan terbuka (penawaran terbuka).

Upaya-upaya Detektif:

a. Melakukan penelitian terhadap berkas pelelangan apakah dalam pelelangan tersebut telah disusun limit harga pelelangan .

b. Melakukan penelitian apakah limit harga pelelangan tersebut telah disusun sesuai dengan harga pasar yang berlaku, yang dihasilkan hasil survey harga pasar.

c. Melakukan penelitian apakah pelelangan agunan dilaksanakan dengan pelelangan terbuka.

d. Melakukan penelitian apakah prosedur pelelangan agunan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

11) Penerimaan cicilan pinjaman yang telah dihapus buku tidak disetorkan pada bank namun digunakan untuk kepentingan pribadi petugas Bank, yang dilakukan dengan cara tidak memvalidasi bukti setor debitur (hanya di cap dengan stempel Bank).

Upaya-upaya Preventif:

a. Direksi harus menetapkan ketentuan yang melarang petugas supervisi bagian kredit menerima cicilan pelunasan pinjaman dari nasabah.

b. Pelunasan cicilan pinjaman harus dilakukan melalui teller dan bukti pelunasan harus divalidasi.

c. Melakukan rekonsiliasi secara periodik antara saldo pinjaman hapus buku dengan daftar pinjaman hapus buku.

Upaya-upaya Detektif:

a. Melakukan penelitian apakah penurunan pinjaman hapus buku sama dengan kenaikan cadangan kredit yang diberikan.

b. Melakukan kontrol hubungan antara penurunan tunggakan bunga yang telah dihapus buku dengan pendapatan bunga.

c. Melakukan verifikasi atas penurunan tunggakan bunga yang tidak masuk dalam pendapatan bunga.

12) Pelunasan kredit salah satu perusahaan grup terkait kepada Bank lain dilakukan dengan cara menset-off penempatan dana Bank milik pihak terkait pada Bank pemberi kredit.

Upaya-upaya Preventif:

a. Penempatan dana Bank harus memperhatikan prinsip kehati-hatian Bank dengan pertimbangan profit.

b. Bank harus melakukan monitoring dan evaluasi penyelesaian penempatan serta kolektibilitasnya.

c. Divisi Treasury harus menagih penempatan yang telah jatuh tempo secara otomatis.

Upaya-upaya Detektif:

a. Melakukan penelitian atas kolektibilitas penempatan dan maturity profilenya. b. Melakukan verifikasi daftar outstanding Pinjaman Uang Antar Bank dan

laporan-laporan lain yang dibuat oleh Bank.

c. Melakukan verifikasi atas deal slip, surat sanggup bayar, nota pembebanan, korespondensi Bank, dan dealer-record untuk mengetahui alur transaksi dan rekonstruksi perisitiwanya.

d. Melakukan konfirmasi kepada counterparty atas penempatan yang tidak dapat ditagih dan dikompensasi.

4. Pengelolaan Transaksi Derivatif

Transaksi derivatif adalah transaksi dari surat berharga atau kepentingan lain