• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PEMBERIAN KUASA DIREKTUR PADA PROYEK

B. Pemberian Kuasa Direktur

Perjanjian Pemberian Kuasa diatur dalam Pasal 1792 s.d Pasal 1818 KUHPerdata, Perjanjian Pemberian Kuasa adalah suatu perjanjian yang berisikan pemberian kekuasaan kepada orang lain yang menerimanya untuk melaksanakan sesuatu atas nama orang yang memberi kuasa. Ciri-ciri dari Perjanjian Pemberian Kuasa yaitu:33

a. Bebas bentuk, artinya dapat dibuat dalam bentuk lisan atau tertulis, dan b. Persetujuan timbal balik para pihak telah mencukupi.

Pemberian kuasa adalah suatu perjanjian dengan mana seorang memberikan kekuasaan (wewenang) kepada seorang lain, yang menerimanya, untuk atas namanya menyelenggarakan suatu urusan.

Dalam jaman yang penuh kesibukan sekarang ini, sering kali orang tidak sempat menyelesaikan urusan-urusannya. Oleh karena itu memerlukan jasa orang lain untuk menyelesaikan urusan-urusan itu. Orang ini lalu diberikannya kekuasaan atau wewenang untuk menyelesaikan urusan-urusan tersebut atas namanya. Yang dimaksudkan dengan “menyelenggarakan suatu urusan” adalah melakukan suatu

32Yahya Harahap,Op. Cit, hal. 310 33Salim H.S.,Op. Cit, hal. 84

“perbuatan hukum” yaitu suatu perbuatan yang mempunyai atau “menelorkan” suatu “akibat hukum”.34

Pemberian kuasa adalah suatu persetujuan seseorang sebagai pemberi kuasa dengan orang lain sebagai penerima kuasa, guna melakukan suatu perbuatan/tindakan untuk dapat “atas nama” si pemberi kuasa.35

Subjek dalam perjanjian pemberian kuasa adalah pemberi kuasa dan penerima kuasa, yang menjadi pokok perjanjian pemberian kuasa adalah dapat satu atau lebih perbuatan hukum dalam hukum harta kekayaan.

Mengenai badan hukum publik yang juga terikat dengan ketentuan hukum perdata diantaranya adalah Perusahaan Jawatan, Perusahaan Umum dan Perusahaan Perseroan maka pihak yang dapat memberi kuasa masing-masing adalah Kepala Jawatan untuk Perusahaan Jawatan, Direksi Perum untuk Perusahaan Umum dan Direksi Perseroan untuk Perusahaan Perseroan. Karenanya dalam mencermati siapa yang berhak dalam memberikan kuasa tergantung dari anggaran dasar PT tersebut mengacu pada Undang-Undang Perseroan Terbatas.

Direksi dapat memberikan kuasa dalam hal untuk menjalankan kegiatan usaha dan tujuan PT seperti yang dimuat pada Anggaran Dasar. Kuasa yang diberikan oleh direksi sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada Pasal 103 UUPT bahwa:36

Direksi dapat memberi kuasa tertulis kepada 1 (satu) orang karyawan Perseroan atau lebih atau kepada orang lain untuk dan atas nama Perseroan 34R. Subekti,Op. Cit, hal. 140

35Yahya Harahap,Op. Cit, hal. 306

melakukan perbuatan hukum tertentu sebagaimana yang diuraikan dalam surat kuasa.

Menurut penjelasan pasal 103 UUPT tersebut menyebutkan bahwa yang dimaksud “kuasa” adalah kuasa khusus untuk perbuatan tertentu sebagaimana disebutkan dalam surat kuasa.

Klausula-klausula yang terdapat di dalam surat kuasa haruslah jelas menyebutkan identitas para pihak yakni Pihak Pemberi Kuasa dan Pihak Penerima Kuasa, hal yang dikuasakan secara khusus dan rinci, tidak boleh mempunyai arti ganda dan menyebutkan jangka waktu pemberian kuasa. Dengan demikian menjadi jelas batasan hak yang dikuasakan baik bagi pemberi kuasa maupun bagi penerima kuasa sendiri. Pemberi kuasa tak dapat menuntut terhadap hal-hal yang tidak dikuasakan, sedangkan penerima kuasa juga tak dapat melakukan kuasa melebihi kuasa yang diberikan. Bila hal ini terjadi maka pihak yang dirugikan dapat menuntut secara pribadi kepada penerima kuasa, sedangkan tindakan yang dilakukan penerima kuasa yang tidak dikuasakan tersebut menjadi batal demi hukum.

Pengaturan mengenai jangka waktu berlakunya kuasa tidak diatur di dalam peraturan perundang-undangan. KUHPerdata hanya mengatur mengenai berakhirnya kuasa yang terdapat pada Pasal 1813-1819 KUHPerdata. Jadi, jangka waktu berlakunya suatu surat kuasa bergantung pada kesepakatan para pihak, sesuai dengan asas kebebasan berkontrak dalam pasal 1338 KUHPerdata.

Macam-macam cara berakhirnya pemberian kuasa berdasarkan KUHPerdata meliputi:

a. Dengan ditariknya kembali kuasanya oleh pemberi kuasa ; Si pemberi kuasa dapat menarik kembali kuasanya manakala itu dikehendakinya dan jika ada alasan untuk mengembalikan kuasa yang dipegangnya.37Yang dimaksudkan oleh ketentuan ini adalah bahwa si pemberi kuasa dapat menghentikan kuasa itu “at any time” asal dengan pemberitahuan penghentian dengan mengingat waktu yang secukupnya. Bila si kuasa tidak mau menyerahkan kembali kuasanya secara sukarela, ia dapat dipaksa berbuat demikian lewat pengadilan.

b. Dengan pemberitahuan penghentian kuasanya oleh si juru kuasa ; pemberi kuasa dapat mengakhiri atau menarik kembali kuasanya setiap waktu manakala itu dikehendakinya (pasal 1814), begitu pula dari pihaknya si penerima kuasanya, asal dengan mengindahkan waktu secukupnya dalam memberitahukan penghentian kepada si pemberi kuasa. Namun jika pemberitahuan penghentian ini baik karena ia dilakukan dengan tidak mengindahkan waktu, maupun karena salahnya si kuasa, membawa rugi bagi si pemberi kuasa, maka penerima kuasa harus diberikan ganti rugi oleh si kuasa, kecuali apabila si kuasa berada dalam keadaan tak mampu meneruskan kuasanya dengan tidak membawa rugi yang tidak sedikit bagi dirinya sendiri.38

c. Dengan meninggalnya, pengampuannya atau pailitnya si pemberi kuasa maupun si penerima kuasa;

37Lihat Pasal 1814 KUHPerdata 38Lihat Pasal 1817 KUHPerdata

Jika si kuasa meninggal, para ahli warisnya harus memberitahukan hal itu kepada si pemberi kuasa, jika mereka tahu tentang adanya pemberian kuasa, dan sementara itu mengambil tindakan-tindakan yang perlu menurut keadaanbagi kepentingan si pemberi kuasa, atas ancaman mengganti biaya, kerugian dan bunga, jika ada alasan untuk itu.39

d. Dengan perkawinan si perempuan yang memberikan atau menerima kuasa; Pemberian kuasa tergolong pada perjanjian dimana prestasi sangat erat hubungannya dengan pribadi para pihak. Mengenai kawinnya seorang perempuan yang memberikan atau menerima kuasa, dengan lahirnya UU No 1 Tahun 1974 tentang perkawinan yang menganggap seorang perempuan yang bersuami sepenuhnya cakap menurut hukum, ketentuan yang berkenaan dengan kawinnya seorang perempuan, dengan sendirinya tidak berlaku lagi.

Pemberi kuasa dapat menarik kembali kuasanya manakala itu dikehendakinya, dan jika ada alasan untuk itu, memaksa penerima kuasa untuk mengembalikan kuasa yang dipegangnya (Pasal 1814 KUHPerdata), yang dimaksudkan oleh ketentuan ini adalah bahwa pemberi kuasa dapat menghentikan kuasa itu kapan saja asal dengan pemberitahuan penghentian dengan mengingat waktu yang secukupnya. Bila penerima kuasa tidak mau menyerahkan kembali kuasanya secara sukarela, ia dapat dipaksa berbuat demikian lewat pengadilan.40

39Lihat Pasal 1819 KUHPerdata 40R. Subekti,Op. Cit, Hal. 151