• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PEMBERIAN KUASA DIREKTUR PADA PROYEK

C. Tata Cara Pemberian Kuasa Direktur pada Proyek

Kuasa dapat diberikan dan diterima dalam suatu akta umum, dalam suatu tulisan di bawah tangan, bahkan dalam sepucuk surat ataupun dengan lisan. Jika dilihat dari cara bertindaknya, penerima kuasa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:41 a. Penerima kuasa bertindak atas namanya sendiri.

Hal ini sering dilakukan oleh seorang komisioner yang melakukan perbuatan hukum seolah-olah untuk dirinya sendiri.

b. Penerima kuasa bertindak atas nama orang lain, perbuatan yang dilakukan untuk orang lain dan pada saat melakukannya penerima kuasa menyatakan bahwa ia melakukannya untuk orang lain. Suatu badan hukum dapat memberikan kuasanya pada seseorang untuk melakukan perbuatan hukum atas namanya. Dengan pemberian kuasa tersebut, badan hukum tersebut harus memenuhi kewajiban-kewajiban yang diatur oleh hukum.

Didalam Pasal 1793 KUHPerdata disebutkan bentuk perjanjian pemberian kuasa, dapat dilakukan dengan akta otentik, dalam bentuk tulisan dibawah tangan dan dengan lisan :

a. Pemberian kuasa dengan akta otentik adalah suatu pemberian kuasa, yang dibuat antara pemberi kuasa dan penerima kuasa, artinya perjanjian kuasa dibuat dimuka dan dihadapan Notaris.

b. Pemberian kuasa dalam bentuk tulisan dibawah tangan merupakan perjanjian pemberian kuasa yang dibuat secara tertulis antara pemberi kuasa dan penerima kuasa.

c. Perjanjian pemberian kuasa secara lisan merupakan perjanjian pemberian kuasa, artinya pihak pemberi kuasa memberikan kuasa secara lisan kepada penerima kuasa tentang hal yang dikuasakannya.42

d. Kuasa bisa juga terjadi berbentuk kuasa secara diam-diam, artinya suatu kuasa bisa terjadi dengan sendirinya tanpa persetujuan lebih dahulu. Kuasa secara diam-diam dapat disimpulkan dari tindakan yang dilakukan oleh seseorang (Pasal 1793 ayat 2).

Definisi akta otentik diatur dalam Pasal 1868 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yaitu suatu akta yang di dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau di hadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat di mana akta dibuatnya. Pegawai umum yang dimaksudkan dalam membuat akta secara otentik adalah notaris. Hal ini diatur dalam ketentuan umum Pasal 1 sub 1 Undang-undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, yaitu notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik.43 Sebagai pegawai umum, segala sesuatu yang ditulis serta ditetapkannya (konstatir) adalah benar, ia adalah pembuat dokumen yang kuat dalam proses hukum. Akta dalam bentuk otentik dipandang sebagai alat bukti tertulis dengan kekuatan pembuktian sempurna, karena

42Ibid, hal. 85

43H. Djuhad Mahja, Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, (Jakarta:

dijamin oleh notaris. Sedangkan definisi perjanjian di bawah tangan diatur dalam Pasal 1874 ayat (1) KUH Perdata, yaitu akta-akta yang ditandatangani di bawah tangan, surat-surat, register-register, surat-surat urusan rumah tangga dan lain-lain tulisan yang dibuat tanpa perantaraan seorang pegawai umum.

Pemberian kuasa itu adalah bebas dari sesuatu bentuk cara (formalitas) tertentu, dengan perkataan lain merupakan suatu perjanjian konsensual artinya sudah mengikat (sah) pada detik tercapainya sepakat antara si pemberi kuasa dan si penerima kuasa.44

Pemberian kuasa direktur pada proyek pembangunan jalan dilakukan secara tulisan, yaitu dengan akta otentik. Pemberian kuasa tersebut dilakukan secara khusus yaitu hanya meliputi satu kepentingan tertentu atau lebih. Dalam hal ini khusus bertindak untuk melakukan pengurusan dan melaksanakan sampai selesai kegiatan pekerjaan proyek pembangunan jalan atas nama perusahaan tersebut.

D. Pelaksanaan Pemberian Kuasa Direktur pada Proyek Pembangunan Jalan

Ketentuan mengenai perjanjian pemborongan telah diatur dalam Pasal 1601 b Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pemborongan pekerjaan adalah perjanjian dengan mana pihak yang satu, si pemborong, mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak lain, pihak yang memborongkan, dengan menerima suatu harga yang ditentukan.45

44R. Subekti,Op. Cit, hal. 141

Kontrak kerja konstruksi, yang diartikan sebagai keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi (Pasal 1 angka 5 UU No. 18 Tahun 1999). Dengan demikian dapat dilihat bahwa pengertian kontrak kerja konstruksi adalah suatu perbuatan hukum antara pihak pengguna jasa dengan pihak penyedia jasa konstruksi dalam melaksanakan pekerjaan jasa konstruksi dimana dalam hubungan hukum tersebut diatur mengenai hak dan kewajiban para pihak. Para pihak dalam pekerjaan konstruksi terdiri dari: pengguna jasa dan penyedia jasa (perencana konstruksi, pelaksana konstruksi, dan pengawas konstruksi).46 Penjelasan ini berarti bahwa dimensi hukum dalam kontrak kerja konstruksi adalah dimensi hukum perdata, bukan hukum pidana karena dalam hukum pidana tidak dikenal adanya kontrak. Dalam konteks ini, kontrak kerja konstruksi tunduk pada Pasal 1313 KUHPerdata jo Pasal 1320 KUHPerdata.

Hubungan hukum antar para pihak dalam jasa konstruksi sebagaimana diatur dalam UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, adalah hubungan kontraktual (berdasarkan kontrak) yang harus memenuhi persyaratan sahnya perjanjian dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Berdasarkan pasal 1338 KUHPdt, para pihak bebas untuk menentukan bentuk dan isi perjanjian, namun kebebasan untuk menentukan bentuk dan isi perjanjian sekiranya telah hilang karena di dalam Pasal 22 UU No. 18 Tahun 1999, telah ditentukan isi dari suatu kontrak kerja jasa konstruksi. Bentuk perjanjian

46Lihat Pasal 1 angka 3, 4, 9, 10, dan 11, jo Pasal 14, 15, dan 16 UU Nomor 18 Tahun 1999

jasa konstruksi yang ada adalah bentuk kontrak standar, dengan tujuan untuk menjaga agar kontrak dan pelaksanaan tetap mengikuti ketentuan peraturan perundang- undangan. Para pihak terutama pihak penyedia jasa tidak mempunyai kebebasan dalam menentukan kontrak kerja konstruksi. Karena semua proses dari tahapan awal dari pendaftaran sampai dengan penetapan pemenang lelang semuanya telah diatur oleh undang-undang berikut peraturan pelaksanaannya termasuk dalam perjanjian kontrak kerja konstruksi telah diatur dalam bentuk standar kontrak. Pihak pengguna jasa dalam hal ini terutama pemerintah dan atau lembaga negara lebih dominan untuk menentukan isi perjanjian.47

Pada umumnya pemborongan pekerjaan dari sektor swasta dikenal dua prosedur pemilihan pemborong yaitu:

1. Pemilihan kontraktor secara negosiasi

Melalui sistem negosiasi, pemilihan kontraktor tidak dilakukan dengan suatu tender tertentu, akan tetapi pihak pemilik pekerjaan bernegosiasi langsung dengan pihak pemborong untuk memastikan apakah kontraktor tersebut dapat dipilih untuk mengerjakan proyek yang bersangkutan, sehingga prosedur negosiasi ini praktis lebih bersifat informal.

Dalam hal ini pihak pemilik pekerjaan mengontak satu atau lebih pemborong yang menurut penilaiannya mampu mengerjakan pekerjaan yang dimaksud, sambil menginformasikan persyaratan-persayaratan untuk itu. 47Budi F. Supriadi, Kedudukan Para Pihak Dalam Kontrak Kerja Jasa Konstruksi Ditinjau Dari Azas Kebebasan Berkontrak Dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi.Majalah Ilmiah Unikom, Vol.5, hal. 157-158.

Biasanya pihak pemilik pekerjaan memintakan kepada pihak pemborong untuk memasukkan juga penawaran kepada pihak pemilik pekerjaan.

2. Pemilihan Kontraktor secara Tender

Ada dua macam tender yang lazim dilakukan dalam praktek, yaitu pertama sistem tender terbuka, pada sistem tender ini pihak pemilik pekerjaan mengundang semua pihak yang berkepentingan untuk berpartisipasi dalam tender tersebut, dalam hal ini diumukan dengan cara pemasangan iklan di media masa.

Kemudian tender terbatas, yaitu hanya mengundang beberapa pihak tertentu saja untuk berpartisipasi dalam tender tersebut. Tentu saja sungguhpun sistem tender ini terkesan formal dengan dokumentasi yang lebih rumit akan tetapi sistim ini mengandung manfaat yang lebih nyata, antara lain dengan semakin banyaknya pihak yang berpartisipasi dalam tender tersebut, tentu akan ditemukan semakin banyak pilihan yang pada akhirnya akan menemukan kontraktor yang terbaik.

Dari kedua prosedur pemilihan pemborong tersebut, pemilihan kontraktor secara tender terbatas yang sering digunakan untuk pekerjaan pemborongan bangunan yang berasal dari pihak swasta, untuk perusahaan swasta yang telah berbadan hukum misalnya: Perseroan Terbatas. Sedangkan untuk pemberi pekerjaan pemborongan bangunan yang berasal dari perorangan, digunakan prosedur pemilihan kontraktor secara negosiasi, misalnya: bangunan rumah tinggal.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2010 menentukan bahwa yang menjadi prosedur pemilihan perencana konstruksi dan pengawas konstruksi adalah sebagai berikut:

a. Pengumuman

b. Pendaftaran untuk mengikuti pelelangan; c. penjelasan;

d. Pemasukan penawaran e. Evaluasi penawaran

f. penetapan calon pemenang dilakukan berdasarkan penilaian kualitas, gabungan kualitas dan harga, harga tetap, atau harga terendah;

g. Pengumuman calon pemenang h. masa sanggah; dan

i. Penetapan pemenang

Untuk dapat terlaksananya kegiatan jasa pemborongan, sebelumnya harus didahului dengan pengikatan para pihak yang sepakat mengikatkan diri antara satu dengan lainnya serta dituangkan dalam suatu perjanjian jasa pemborongan, sehingga menimbulkan hubungan hukum dan akibat hukum bagi para pihak.

Perjanjian pemborongan bentuknya bebas (vormvrij) artinya perjanjian pemborongan dapat dibuat secara lisan maupun tertulis. Dalam praktek, apabila perjanjian pemborongan menyangkut harga borongan kecil biasanya perjanjian pemborongan dibuat secara lisan, sedangkan apabila perjanjian pemborongan

menyangkut harga borongan yang agak besar, biasanya perjanjian dibuat secara tertulis baik dengan akta dibawah tangan atau akta autentik (akta notaris).48

Selain itu perjanjian jasa pemborongan juga bersifat formil, karena khusus dalam proyek-proyek pemerintah, harus dibuat secara tertulis dan dalam bentuk perjanjian standar artinya perjanjian pemborongan (surat perintah kerja dan surat perjanjian pemborongan) dibuat dalam model-model formulir tertentu yang isinya ditetapkan secara sepihak oleh pihak yang memborongkan.

Proyek pemborongan bangunan yang diperoleh lewat prosedur lelang (tender terbatas) oleh Dinas P.U. Abdya, yang keluar sebagai pemenang lelang adalah peserta yang mengajukan penawaran terendah. Akan tetapi dalam prakteknya tidak selalu peserta lelang atau kontraktor yang mengajukan penawaran terendah yang ditunjuk sebagai kontraktor pelaksana proyek oleh panitia lelang/pengadaan, juga melihat dari harga yang ditawarkan dari pihak pemborong dalam penawaran apakah wajar atau tidak.

Harga dalam penawaran telah dianggap wajar dalam batas ketentuan mengenai harga satuan (harga standar) yang telah ditetapkan, serta telah sesuai dengan ketentuan yang ada, maka panitia dapat menetapkan peserta yang telah memasukkan penawaran yang paling menguntungkan bagi pemberi borongan pekerjaan.

a. Penawaran secara teknis dapat dipertanggungjawabkan;

48FX. Djumaialdji,Hukum Bangunan,Dasar-dasar Hukum Dalam Proyek dan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1996), hal 4.

b. Perhitungan harga yang ditawarkan dapat dipertanggungjawabkan;

c. Penawaran tersebut adalah yang terendah diantara penawaran-penawaran yang memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b.49

Hal ini terjadi apabila panitia lelang melihat bahwa harga yang diajukan terlalu rendah dan dianggap tidak wajar, sehingga dikuatirkan proyek tersebut tidak dapat dikerjakan dengan hasil yang baik. Selain itu langkah ini diambil untuk menghindari penurunan kualitas hasil kerja dari pemborong dengan pola “asal jadi” dan mengantisipasi harga pasar dari harga pasar dari harga bahan baku proyek yang cenderung meningkat.

Prosedur pemilihan pemborong/rekanan/kontraktor/penyedia jasa dengan metoda pelelangan umum dalam Peraturan Presiden 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah terdiri dari :

1. Prakualifikasi, yaitu proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan syarat tertentu lainnya dari penyedia barang/jasa sebelum penawaran. Proses prakualifikasi secara umum meliputi pengumuman prakualifikasi, pengambilan dokumen prakualifikasi, pemasukan dokumen prakualifikasi, evalusi dokumen prakualifikasi, penetapan calon peserta pengadaan yang lulus prakualifikasi, dan pengumuman hasil prakualifikasi.

2. Pasca kualifikasi, yaitu proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan syarat tertentu lainnya dari penyediaan barang/jasa setelah memasukkan penawaran. Proses pasca kualifikasi secara umum meliputi

pemasukan dokumen kualifikasi bersamaan dengan dokumen penawaran dan terhadap peserta yang diusulkan untuk menjadi pemenang serta cadangan pemenang dievaluasi dokumen kualifikasinya.

Proyek pembangunan jalan Surien yang dikerjakan oleh PT. Aslan Karya Putra, didapat dari prosedur lelang (tender terbatas) yang dilakukan oleh Dinas P.U. Abdya. Akan tetapi dalam pelaksanaan pekerjaan proyek tersebut direktur perusahaan PT. Aslan Karya Putra memberikan kuasa khusus kepada pihak ketiga untuk bertindak atas nama pemberi kuasa di dalam segala hal dan segala urusan yang bersangkut paut dengan kegiatan pekerjaan proyek pembangunan jalan surien pada Dinas P.U. Abdya.

Penyerahan kuasa oleh direktur PT. Aslan Karya Putra diberikan kepada penerima kuasa sebelum tender terbatas untuk pelaksanaan pemborongan pekerjaan proyek dilakukan. Dalam hal ini, penerima kuasa bertindak atas nama pemberi kuasa untuk melaksanakan pekerjaan proyek tersebut dimulai dari tahap sebelum kualifikasi hingga berakhirnya pelaksanaan pekerjaan.50

Pemberian kuasa yang dilakukan oleh Direktur PT. Aslan Karya Putra tersebut didasarkan pada ketentuan pada Pasal 103 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang menyatakan bahwa Direksi dapat memberi kuasa tertulis kepada 1 (satu) orang karyawan Perseroan atau lebih atau kepada orang lain untuk dan atas nama Perseroan melakukan perbuatan hukum tertentu sebagaimana yang diuraikan dalam surat kuasa.

Isi perjanjian yang terdapat dalam surat kuasa merupakan hal yang terpenting karena ketentuan-ketentuan yang termuat di dalam perjanjian tersebut dapat menggambarkan kondisi dan informasi tentang apa yang disepakati oleh para pihak yang membuatnya baik secara tersirat maupun tersurat.

Hubungan yang terjadi antara pemberi kuasa dan penerima kuasa adalah hubungan hukum untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu oleh penerima kuasa dan sebagai kompensasinya pemberi kuasa mendapatkan sejumlah pembayaran yang telah ditetapkan. Sejumlah pembayaran yang didapat oleh pemberi kuasa yaitu didasarkan atas peminjaman perusahaan oleh pihak ketiga untuk melaksanakan proyek pembangunan jalan antara Dinas P.U. Abdya dengan PT. Aslan Karya Putra tersebut.

Klausula yang terdapat di dalam perjanjian kuasa tidak mengatur mengenai besarnya pembayaran yang akan diterima oleh pemberi kuasa, tetapi hanya mengatur hubungan-hubungan hukum dan segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan proyek pembangunan jalan. Mengenai besarnya pembayaran yang akan diterima oleh pemberi kuasa hanya dilakukan berdasarkan perjanjian dibawah tangan antara pemberi kuasa dan penerima kuasa, yang dilakukan sebelum penyerahan proyek pembangunan jalan kepada penerima kuasa.51

51 Wawancara dengan Wariji, S.H. Direktur PT. Aslan Karya Putra, pada tanggal 21 Juni

BAB III

TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM SURAT KUASA DIREKTUR PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN

A. Kedudukan Para Pihak Dalam Kuasa Direktur Pada Proyek Pembangunan