• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberitahuan oleh Pemegang Polis/Tertanggung

Dalam dokumen OLEH : NANDA LUCYA GULTOM (Halaman 58-64)

BAB II PENGATURAN TENTANG KEWAJIBAN

B. Prinsip Pemberitahuan dalam Asuransi Jiwa

1. Pemberitahuan oleh Pemegang Polis/Tertanggung

a. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)

Perjanjian asuransi atau pertanggungan diatur hak dan kewajibannya bagi para pihak yang terlibat di dalamnya yaitu Perusahaan Asuransi dan Pemegang Polis.83

Sehubungan dengan hal ini H.M.N Purwusutjipto berpendapat bahwa hak dan kewajiban itu bersifat timbal balik antara Perusahaan Asuransi dan Pemegang Polis dengan perincian sebagai berikut :

1) Kewajiban membayar uang premi dibebankan kepada Pemegang Polis atau orang yang berkepentingan.

2) Kewajiban pemberitaan yang lengkap dan jelas dibebankan kepada Pemegang Polis.

3) Kesalahan-kesalahan yang tidak termasuk dalam kesalahan orang yang berkepentingan, tidak dapat dilimpahkan pada orang yang berkepentingan.

4) Pemegang Polis bukan orang yang berkepentingan dalam pertanggungan, tidak dibebani yang disebut dalam Pasal 283 KUHD yaitu berkewajiban mengusahakan segala sesuatu untuk mencegah dan mengurangi kerugian yang mungkin terjadi.

5) Pemegang Polis mempunyai hak untuk menuntut penyerahan polis, sedang orang yang berkepentingan mempunyai hak untuk menuntut ganti kerugian kepada Perusahaan Asuransi.84

82 LA Pusat Asuransi.com, Prinsip Asuransi – Proximate Cause dalam www.pusatasuransi.com diakses pada tahun 2020.

83 M. Isa Arif, Bidang Usaha Perasuransian, Pradnya Paramita ,Jakarta, 1987, hlm. 97.

84 Ibid.

Kewajiban Pemegang Polis adalah :85

1) Membayar premi kepada Perusahaan Asuransi (Pasal 246 KUHD).

2) Memberikan keterangan yang benar kepada Perusahaan Asuransi mengenai obyek yang diasuransikan (Pasal 251 KUHD).

3) Mencegah atau mengusahakan agar peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian terhadap obyek yang diasuransikan tidak terjadi atau dapat dihindari;

apabila dapat dibuktikan oleh Perusahaan Asuransi, bahwa Pemegang Polis tidak berusaha untuk mencegah terjadinya peristiwa tersebut dapat menjadi salah satu alasan bagi Perusahaan Asuransi untuk menolak memberikan ganti kerugian bahkan sebaliknya menuntut ganti kerugian kepada Pemegang Polis (Pasal 283 KUHD).

4) Memberitahukan kepada Perusahaan Asuransi bahwa telah terjadi peristiwa yang menimpa obyek yang diasuransikan.

Kewajiban pemberitahuan adalah salah satu bentuk kewajiban dari pihak Pemegang Polis, yang tertuang dalam Pasal 251 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) dan merupakan kewajiban dari pihak Perusahaan Asuransi yang diatur pada Pasal 5 UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Akan tetapi, kewajiban yang dimaksud dalam asuransi jiwa lebih menitikberatkan pada kewajiban pemberitahuan riwayat kesehatan calon nasabah.86

Kewajiban pemberitahuan yang utama menyangkut fakta-fakta yang sudah diketahui oleh calon Perusahaan Asuransi atau fakta-fakta yang seharusnya diketahui oleh calon Perusahaan Asuransi tentang kesehatan calon Pemegang Polis. Selain itu Perusahaan Asuransi diwajibkan untuk memberitahukan kepada calon Pemegang Polis tentang adanya kewajiban untuk memberi keterangan lengkap mengenai risikonya. Perusahaan Asuransi yang tidak jelas mengingatkan

85 Man Suparman Sastrawidjaja, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga, Bandung: Alumni. hlm. 185.

86 Pasal 251 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD).

Pemegang Polis akan adanya kewajiban tersebut tidak berhak untuk menolak klaim berdasarkan misrepresentation/ non-disclosure, kecuali dalam hal misrepresentation/ non-disclosure tersebut telah dilakukan oleh Pemegang Polis

secara curang (Fraudulent).87

Ketentuan mengenai kewajiban pemberitahuan khususnya dalam asuransi berkenaan dengan riwayat kesehatan dapat diajukan pemegang polis kepada perusahaan asuransi yaitu mengenai :88

1) Apa yang benar.

2) Apa yang benar seluruhnya.

3) Hanya apa yang benar mengenai isi perjanjian saja.

Setiap calon Pemegang Polis, sebelum menutup perjanjian asuransi mempunyai kewajiban untuk memberitahukan kepada calon Perusahaan Asuransi semua fakta yang diketahuinya atau yang seharusnya diketahuinya, sehingga calon Perusahaan Asuransi dapat memutuskan apakah akan menutup perjanjian asuransi atau tidak.

Bahkan apakah calon Perusahaan Asuransi akan menutup dengan syarat-syarat yang sama atau tidak.89

Menurut Abdulkadir Muhammad, kewajiban pemberitahuan dalam KUHD Pasal 251 adalah “tidak bergantung pada ada itikad baik atau tidak dari Pemegang

87 Helena Primadianti Sulistyaningrum, “Prinsip Itikad Baik (Pasal 251 KUHD) dalam Hal Terjadinya Penolakan Klaim Asuransi Kepada Tertanggung sebagai Konsumen (Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen)”, Pengajar di Fakultas Hukum, Universitas Sriwijaya, hlm.7

88 Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, (Sinar Grafika : Jakarta, 1991), hlm.7

89 Ibid, hlm 8.

Polis”. Apabila Pemegang Polis keliru memberitahukan, tanpa kesengajaan, juga mengakibatkan batalnya asuransi.90

Pasal 251 KUHD membedakan 3 hal yaitu :

1) Pemegang Polis memberikan keterangan yang keliru ;

2) Pemegang Polis memberikan keterangan yang tidak benar, atau;

3) Pemegang Polis tidak memberikan keterangan mengenai hal-hal yang diketahui. 91

Menurut Djoko Prakoso, Pasal 251 KUHD hanya mengenai salah paham serta diperdayanya asuradur (pihak Perusahaan Asuransi), serta tidak mengenai kekeliruan atau diperdayanya pihak Pemegang Polis.92

Jika kekeliruan atau diperdayanya pihak Pemegang Polis maka KUHPerdata Pasal 1322 dan Pasal 1328 dipergunakan untuk memperjelas hal tersebut.

Perjanjian asuransi merupakan perjanjian tertulis sebagaimana diatur dalam ketentuan KUHD Pasal 255 dan Pasal 258.93

Maka secara adil adalah kewajiban memberikan keterangan dan informasi sebagai pencerminan itikad baik yang sempurna itu harus dipenuhi oleh kedua belah pihak, baik pihak Perusahaan Asuransi maupun pihak Pemegang Polis/pengambil asuransi mempunyai beban kewajiban sama dan seimbang.

90 Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002), hlm. 73.

91 Pasal 251 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

92 Ibid.

93 Djoko Prakoso, dan I Ketut Murtika, Hukum Asuransi Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 176-177.

b. Menurut Pengaturan PT. Asuransi Jiwa Sequislife

Kewajiban Pemberitahuan merupakan hal yang sangat penting dalam perjanjian asuransi jiwa. Hal ini sebagai bentuk kepercayaan antara kedua belah pihak yaitu pihak Perusahaan Asuransi dan pihak Pemegang Polis.94

PT.Asuransi Jiwa Sequislife lebih mencerminkan kewajiban pemberitahuan kepada pihak Pemegang Polis. Kewajiban Pemberitahuan yang dimaksud adalah mengenai kondisi kesehatan. Pemegang Polis wajib memberitahukan bagaimana kondisi kesehatannya pada saat sebelum pembuatan polis asuransi, yaitu dengan menjawab beberapa pertanyaan dari pihak asuransi dalam yang disebut SPAJ (Surat Pembuatan Asuransi Jiwa).95

Salah satu contoh bentuk pertanyaannya ialah mengenai, “Apakah Anda dalam keadaan sehat ?”, maka tersedia pilihan jawaban “ya” atau “tidak”. Jika jawaban “tidak” maka akan diberikan beberapa pertanyaan yang mendalam mengenai penyakit yang diderita. Hal ini bertujuan agar Pihak Asuransi yang diwakili oleh Agen Asuransi dapat menentukan dan menyarankan jenis asuransi apa yang paling tepat untuk kebutuhan calon Pemegang Polis (jika pemegang polis adalah Pemegang Polis itu sendiri atau jiwa yang ditanggung dalam polis asuransi tersebut.96

94 Hasil wawancara dengan Linawati (Deputy Regional Vice President Sequislife) pada tanggal 12 April 2020 di Kantor Sequislife Cabang Jalan Gatot Subroto No.15 Medan.

95 Hasil wawancara dengan Linawati (Deputy Regional Vice President Sequislife) pada tanggal 12 April 2020 di Kantor Sequislife Cabang Jalan Gatot Subroto No.15 Medan.

96 Hasil wawancara dengan Linawati (Deputy Regional Vice President Sequislife) pada tanggal 12 April 2020 di Kantor Sequislife Cabang Jalan Gatot Subroto No.15 Medan.

Pihak Asuransi Sequislife Pusat akan menyarankan Pemegang Polis / Pemegang Polis untuk melakukan medical check-up yang dibiayai oleh Perusahaan Asuransi tersebut berdasarkan keterangan dalam SPAJ. Jika hasil medical check-up tidak layak standart, maka ada tambahan premi pada polis

asuransi. Apabila Pemegang Polis/Pemegang Polis keberatan dalam hal tersebut, dan memutuskan untuk tidak melanjutkan sebagai nasabah, maka biaya akan tetap ditanggung oleh Perusahaan Asuransi. Namun, apabila dilakukan medical check-up dan hasilnya standart dan Pemegang Polis memutuskan untuk tidak

melanjutkan sebagai nasabah, maka biaya medical check-up ditanggung oleh calon Pemegang Polis/ calon Pemegang Polis itu sendiri.97

Kesehatan tubuh dan jiwa seseorang akan mudah diketahui melalui riwayat kesehatannya yang telah direkap dalam setiap rumah sakit. Jika calon Pemegang Polis/Pemegang Polis menyembunyikan riwayat kesehatannya pada saat pembuatan SPAJ, maka pada saat pengajuan pencairan klaim yang umur polisnya kurang dari 2 tahun, pihak Perusahaan Asuransi/Perusahaan Asuransi akan melakukan investigasi ke lapangan.98

Investigasi dilakukan dalam 2 cara, yaitu tergantung pada kematian Pemegang Polis/Pemegang Polis. Jika kematian terjadi pada Rumah Sakit Umum, maka pihak Perusahaan Asuransi akan melakukan investigasi pada

97 Hasil wawancara dengan Linawati (Deputy Regional Vice President Sequislife) pada tanggal 12 April 2020 di Kantor Sequislife Cabang Jalan Gatot Subroto No.15 Medan.

98 Hasil wawancara dengan Linawati (Deputy Regional Vice President Sequislife) pada tanggal 12 April 2020 di Kantor Sequislife Cabang Jalan Gatot Subroto No.15 Medan.

Rumah Sakit tersebut dengan melihat medical record Pemegang Polis. Namun jika kematian Pemegang Polis di rumah, maka akan dilakukan investigasi dengan keluarga yang bersangkutan (ahli waris) dan tetangga Pemegang Polis. Waktu yang dibutuhkan pihak Perusahaan Asuransi adalah 3 bulan. Jika hasil investasi menunjukkan adanya record kesehatan yang tidak sesuai pada saat SPAJ, maka klaim tidak dapat dicairkan. Berdasarkan hal tersebut, kewajiban pemberitahuan adalah hal yang sangat penting dan wajib dilakukan oleh Pemegang Polis/Pemegang Polis untuk kelancaraan pencairan dana klaim manfaat asuransi jiwanya.99

2. Pemberitahuan oleh Perusahaan Asuransi tentang Ketentuan-ketentuan

Dalam dokumen OLEH : NANDA LUCYA GULTOM (Halaman 58-64)