• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembinaan Keagamaan dan Pendidikan Karakter 1.Pembinaan Keagamaan

a. Pembinaan

1) Pengertian Pembinaan a) Menurut Bahasa

Pembinaan menurut bahasa pembinaan berasal dari

kata dasar “bina” yang mendapat awalan “pe” dan akhiran “an” yang mempunyai arti perbuatan, cara. Pembinaan berarti “kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif

untuk memperoleh hasil yang lebih baik (Poerwodarminto, 2003:79).

b) Menurut Istilah

Soetopo dan Soemanto dalam Muslih (2008: 153) menadefinisikan pembinaan sebagai suatu kegiatan yang

mempertahankan dan menyempurnakan apa yang telah ada. Mangunhardjana (1986: 11) memberikan pernyataan

bahwa pembinaan adalah terjemahan dari kata training, mengartikan pembinaan sebagai latihan, pendidikan, pembinaan, pembinaan menekankan pada pembentukan sikap dan kecakapan.

111

Natawidjaja dalam Sukardi (1995: 2) mengartikan pembinaan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya.

Mangunhardjana (1986: 12) mendefinisikan tentang pembinaan adalah suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal sudah dimiliki dan mempelajari hal-hal baru yang belum dimiliki, dengan tujuan membantu orang yang menjalaninya untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan yang sudah ada serta mendapatkan pengetahuan dan kecakapan baru untuk mencapai tujuab hidup dan kerja yang sedang dijalani, serta lebih efektif.

Pembinaan dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa pembinaan seseorang tidak hanya dibantu untuk memperoleh pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan itu dilaksanakan dan dipakai dalam kehidupan sehari-hari.

112 2) Fungsi Pembinaan

Fungsi pokok pembinaan menurut Mangunhardjana (1986: 14) mencakup tiga hal, yaitu:

a) Penyampaian informasi dan pengetahuan b) Perubahan dan pengembangan sikap

c) Latihan dan pengembangan kecakapan serta keterampilan Pembinaan ketiga hal tersebut dapat diberi tekanan berbeda dengan mengutamakan salah satu hal (Mangunhardjana, 1996: 53).

Fungsi pembinaan meliputi dua sub fungsi sebagaimana diteorikan oleh Sudjana (2010: 200) bahwa pembinaan meliputi dua sub fungsi yaitu pengawasan dan supervisi. Pengawasan menurut Moore (1964) pengawasan adalah tindakan-tindakan yang saling berkaitan untuk mengikuti dan memperbaiki kegiatan. Pengertian supervisi sebagaimana diteorikan oleh Arief (1986: 28) merumuskan supervisi sebagai suatu proses kegiatan usaha meningkatkan kemampuan dan keterampilan tenaga pelaksanaan program itu dapat terlaksana sesuai dengan proses dan hasil yang diharapkan (Sudjana, 2010: 223).

113 3) Manfaat Pembinaan

Menurut Mangunhardjana (1986: 13), pembinaan jika dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan dapat berjalan dengan baik, memiliki manfaat dapat membantu orang yang menjalaninya untuk:

a) Melihat diri dan pelaksanaan hidup serta kerjanya. b) Menganalisis situasi hidup dan kerjanya dari segala segi

positif dan negatifnya.

c) Menemukan masalah hidup dan masalah dalam kerjanya.

d) Menemukan hal atau bidang hidup dan kerja yang sebaiknya diubah atau diperbaiki.

e) Merencanakan sasaran dan program di bidang hidup dan kerjanya, sesudah mengikuti pembinaan.

4) Macam-macam pembinaan

Beberapa macam pembinaan menurut Mangunhardjana (1986: 21), diantaranya adalah sebagi berikut:

a) Pembinaan orientasi (orientation training program), ditujukan untuk sekelompok orang yang baru masuk dalam suatu bidang hidup dan bidang kerja.

b) Pembinaan kecakapan (skill training), diadakan untuk membantu para peserta guna mengembangkan kecakapan

114

yang sudah dimiliki atau mendapatkan kecakapan baru yang diperlukan untuk pelaksanaan tugasnya.

c) Pembinaan pengembangan kepribadian (personality development training), pembinaan ini disebut juga sebagai pembinaan pengembangan sikap yang menekankan pada pengembangan kepribadian dan sikap agar mengenal dan mengembangkan diri menurut gambaran atau cita-cita hidup yang sehat dan benar.

d) Pembinaan kerja (In-service training), tujuan pembinaan kerja adalah agar dapat menganalisis kerja mereka dan membuat rencana peningkatan untuk masa depan. Pembinaan ini akan dadapatkan penambahan pandangan dan kecakapan serta diperkenalkan pada bidang-bidang yang sama sekali baru.

e) Pembinaan lapangan (Field training), tujuanya untuk menempatkan peserta dalam situasi nyata agar mendapatkan pengetahuan dan memperoleh pengalaman langsung.

Supervisi memiliki persamaan dengan pengawasan sebagai bagian dari kegiatan pembinaan. Pengawasan maupun supervisi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan (direct contact) dan pendekatan tidak langsung (indirect contact). Pendekatan langsung terjadi apabila pihak Pembina

115

melakukan pembinaan melalui tatap muka dengan pihak yang dibina atau dengan pelaksana program. Pendekatan langsung ini dapat dilakukan melalui kegiatan diskusi, rapat, tanya jawab, kunjungan lapangan, kunjungan rumah. Pendekatan tidak langsung terjadi apabila pihak yang membina melakukan upaya pembinaan kepada pihak yang dibina melalui media massa seperti melalui petunjuk tertulis, korespondensi, penyebaran bulletin, dan media elektronik seperti radio dan kaset.

Fungsi pembinaan baik pengawasan maupun supervisi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan langsung (direct contact) dan pendekatan tidak langsung (indirect contact) pendekatan yang disebut pertama terjadi apabila pihak Pembina (pimpinan, pengelola, pengawas, supervisor) melalui pembinaan tatap muka dengan pihak yang dibina atau dengan pelaksana program.

Cara-cara pembinaan langsung dapat dilakukan dengan pembinaan individual yaitu pembinaan yang dilakukan terhadap seseorang pelaksana kegiatan, pihak pembina memberikan dorongan, bantuan dan bimbingan langsung kepada orang pelaksana kegiatan. Tehnik-tehnik yang dapat digunakan antara lain adalah dialog, diskusi bimbingan

116

individual dan peragaan. Kedua, pembinaan kelompok (Sudjana, 2010: 230-232).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa adanya pelaksanaan pembinaan memiliki tujuan yaitu membantu anak untuk mengembangkan diri sehingga menjadi anak yang berguna dalam kehidupannya. Pembinaan keagamaan memiliki tujuan untuk mengarahkan seorang menjadi pribadi yang baik dan dapat menempatkan diri pada kehidupan masyarakat.

b. Keagamaan

1) Pengertiam Keagamaan a) Menurut Bahasa

Pengertian keagamaan menurut bahasa adalah keagamaan berasal dari kata agama yang mendapat awalan

“ke” dan akhiran “an” sehingga menjadi kata baru yaitu

keagamaan. Keagamaan mempunyai arti “segenap kepercayaan (kepada Tuhan) serta dengan ajaran kebaikan dan kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan

kepercayaan itu” (Alwi, 2007: 12). b) Menurut Istilah

Rokeach dalam Sahlan (2011: 39) menjelaskan pengertian keagamaan adalah suatu sikap atau kesadaran

117

yang muncul yang didasarkan atas keyakinan atau kepercayaan seseorang terhadap suatu agama.

Hamka (1987: 365) memaparkan tentang pengertian keagamaan adalah hasil kepercayaan dalam hati

yaitu ibadah yang terbit lantaran sudah ada I‟tikad lebih

dahulu, menurut dan patuh karena iman.

Keagamann dalam pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keagamaan adalah hal sistem atau prinsip kepercayaan kepada Allah Swt dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi keagamaan seseorang Salah satu kelebihan manusia sebagai makhluk Allah Swt adalah dengan dianugerahinya fitrah untuk mengenal Allah Swt dan melakukan ajarannya. Adapun faktor yang mempengaruhi keagamaan seseorang antara lain:

a) Faktor internal/faktor pribadi

Secara hakiki setiap manusia memiliki pembawaan beragama. Secara alamiah, mereka mempercayai sesuatu dzat yang mempunyai kekuatan di luar dirinya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa memang secara pembawaan seseorang sudah memiliki naluri untuk mnegakui adannya nilai-nilai ketuhanan di dalam dirinya.

118

Pembawaan anak yang sudah ada secara alami, akan memiliki potensi untuk berkembang. Perkembangan keagamaan anak akan terjadi jika mendapatkan simulasi secara tepat yang memungkinkan fitrah itu berkembang sebaik-baiknya.

b) Faktor eksternal, yakni tempat anak di besarkan yang terdiri dari tiga macam sebagai berikut

(1) Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga merupakan factor eksternal utama yang ikut menentukan perkembangan keagamaan seseorang. Bagaimanapun, kedudukan keluarga dalam perkembangan kepribadian anak sangatlah dominan (Daryati: 2009).

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak. Bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga (Darajat, 2008: 35).

(2) Lingkungan sekolah

Sekolah adalah tempat anak belajar. Di sekolah anak berhadapan dengan guru yang selalu berganti-ganti (Darajat, 2008: 72).

Ajaran islam, terdapat penekanan bahwa tugas guru tidak hanya mengajar, tetapi juga

119

mendidik. Guru harus member contoh dan menjadi teladan bagi murid-muridnya dalam segala mata pelajaran dan dapat menanamkan rasa keimanan dan akhlak sesuai dengan ajaran Islam. Jelaslah bahwa kehidupan lingkungan sekolah merupakan factor penting yeng menentukan keagmaan seseorang. (3) Lingkungan Masyarakat

Keberadaan masyarakat besar pengaruhnya terhadap intensitas keagamaan anak, terutama di pengaruhi oleh para pemimpin masyarakat/penguasa yang ada di dalamnya. Pemimpin muslim tentu saja menghendaki agar setiap anak didik menjadi warga yang taat dan patuh menjalankan agamnya, baik dalam lingkungan keluarga, anggota sepermainan, kelompok kelas maupun sekolahnya (Darajat, 2008: 44).

Keberadaan pemimpin masyarakat memangku tanggungjawab besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, terutama dalam bidang keagamaan, sebab tanggungjawab mendidik agama pada hakikatnya merupakan tanggungjawab moral dari setiap orang dewasa,

120

perseorangan maupun sebagai kelompok sosial (Darajat, 2008: 45).

c. Pembinaan Keagamaan

Pembinaan keagamaan sebagai suatu usaha untuk membimbing dan mempertahankan serta mengembangkan dan menyempurnakan dalam berbagai segi, baik segi akidah, akhlak, dan ibadah. Segala usaha atau tindakan untuk membangun, memperbaiki dan memelihara jiwa atau mental agar seseorang mempunyai ketenangan hidup, bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan agama Islam.

Aspek-aspek dalam pembinaan keagamaan yaitu: 1) Aspek- aspek pembinaan keagamaan

a) Akidah

Akidah menurut bahasa adalah menghubungkan dua sudut, sehingga bertemu dan bersambung secara kokoh. Dalam hal lain para ulama menyebutkan akidah dengan term tauhid, yang berarti mengesakan Allah Swt. Akidah dalam syariat Islam meliputi keyakinan dalam hati tentang allah, Tuhan yang wajib disembah, ucapan dengan lisan dalam bentuk dua kalimat sahadat, yaitu menyatakan bahwa tiada Tuhan selain Allah Swt dan bahwa Nabi Muhammad Saw sebagai utusannya

121

dan perbuatan dengan amal saleh. Pendidikan akidah terdiri dari pengesaan Allah, tidak menyekutukan-Nya b) Akhlak

Akhlak berasal dari bahasa arab, bentuk jamak dari khuluk yang mengandung arti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat, watak.

Imam Ghazali dalam Muslih (2008: 56-60) mendefinisikan akhlak sebagai ungkapan suatu daya yang telah bersemi dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan penuh dan tidak memerlukan pertimbangan/pikiran terlebih dahulu. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa akhlak merupakan budi pekerti, tingkah laku atau tabiat, watak atau sering disebut dengan kesusilaan, sopan santun atau moral.

Zainuddin (1991: 97) menjelaskan Hakikat akhlak mencakup dua syarat yaitu perbuatan tetap (constatnt) dan berkelanjutan (continue). Perbutan tetap yaitu dilakukan berulangkali kontinu dalam bentuk yang sama, sehingga dapat menjadi kebiasaan (habit forming). Perbuatan yang berkelanjutan (continue) itu harus tumbuh dengan mudah sebagai wujud refleksif dari jiwanya tanpa pertimbangan dan pemikiran, yakni

122

bukan karena adanya tekanan-tekanan, paksaan-paksaan dari orang lain, atau pengaruh-pengaruh dan bujukan-bujukan yang indah dan sebagainya.

c) Ibadah

Ibadah secara harfiah berarti bukti manusia kepada Allah Swt, karena didorong dan dibangkitkan oleh akidah atas tauhid., ibadah adalah upaya mendekatkan diri kepada Allah dengan menaati segala perintahnya, menjauhi larangannya dan mengamalkan segala yang diizinkannya (Muslih, 2008: 53-60).

Ketiga aspek tersebut berkaitan bagi kehidupan manusia untuk kelangsungan hidup dalam masyarakat. 2) Unsur –unsur dalam pembinaan keagamaan

a) Subyek

Subyek adalah pelaku pekerjaan, dalam hal ini adalah orang yang melakukan pembinaan keagamaan atau orang yang mempunyai kemampuan dalam menyampaikan maksud dan tujuan pelaksanaan pembinaan keagamaan pada remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial

“Wira Adhi Karya” Ungaran.

Gunarsa (1992: 64) menjelaskan bahwa untuk Menjadi konselor, pembimbing atau pembina harus mempunyai syarat sebagai berikut:

123

(1)Menaruh minat terhadap orang lain dan penyebaran (2)Peka terhadap sikap dan tindakan orang lain

(3)Memiliki kehidupan emosi stabil dan obyektif (4)Memiliki kemampuan dan dipercaya orang lain (5)Menghargai fakta

b) Obyek

Obyek yaitu menjadi sasaran atau yang dibina (yang mendapatkan pembinan), dalam hal ini yaitu remaja putus

sekolah yang berada dalam Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran.

c) Materi

Materi adalah semua bahan yang akan disampaikan kepada seorang yang akan di bina. Maksudnya materi disini adalah semua bahan yang dapat di[akai untuk pembinaan keagamaan (Syihab, 2007: 303)

3) Tujuan Pembinaan Keagamaan

Tujuan pembinaan keagamaan dalam rangka mengarahkan seseorang agar mempunyai iman dan akhlak yang mulia, dan senantiasa memelihara dan mengamalkan apa yang telah diajarkan oleh agama.

Omar Mohammad Al-Toumy al-syaibani dalam Arif (2002: 25-26) menjelaskan tentang tujuan pembinaan

124

keagamaan mempunyai tahapan-tahapan individual, sosial, profesional.

a) Tujuan Individual

Tujuan individual berkaitan dengan masing-masing individu dalam mewujudkan perubahan yang diinginkan pada tingkah laku dan aktivitasnya, disamping untuk mempersiapkan mereka dapat hidup bahagia baik di dunia maupun di akhirat.

b) Tujuan Sosial

Tujuan sosial berkaitan dengan kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan dan tingkah laku mereka secara umum.

c) Tujuan Profesional

Tujuan profesional berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai sebuah ilmu, sebagai seni, dan sebagai profesi serta sebagai satu aktifitas diantara aktivitas masyarakat.

Pembinaan keagamaan memiliki tujuan yaitu menumbuhkan kesadaran dan memelihara norma agama secara terus menerus agar perilaku hidup manusia senantiasa berada pada tatanan yang baik.

125

Metode yang digunakan dalam pembinaan keagamaan dalam pembinaan keagamaan menurut Harsono (1995:342-377) adalah sebagai berikut:

a) Metode pembinaan perorangan (individual treatment) Metode ini diberikan kepada remaja putus sekolah secara perorangan oleh petugas.

b) Metode pembinaan berdasarkan situasi

Metode ini digunakan untuk mengubah cara berfikir remaja putus sekolah untuk tidak bergantung pada situasi yang menyertai, tetapi menguasai situasi tersebut.

c) Metode pembinaan kelompok

Pembinaan secara kelompok dapat dilakukan dengan metode ceramah, peragaan/demonstrasi, tanya jawab, diskusi, dan pemberian tugas.

Adapun metode tersebut adalah sebagai berikut: (1) Metode ceramah

Metode ceramah adalah penerangan dan penuturan secara lisan oleh pembina keagamaan dari dalam lembaga maupun di luar lembaga. Metode ceramah merupakan metode yang sudah lama dipakai dalam proses pembelajaran.

126

Metode tanya jawab adalah cara penyajian pembinaan dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab. Cara yang ditempuh biasanya pembina keagamaan mengajukan pertanyaan kepada penerima manfaat tentang materi yang telah diajarkan.

(3) Metode demonstrasi

Metode demonstrasi yaitu metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana suatu proses pembentukan tertentu kepada penerima manfaat. Biasanya pembina keagamaan memperagakan terlebih dahulu, kemudian penerima manfaat mengikutinya.

(4) Metode diskusi

Metode diskusi adalah cara mengajar atau menyajikan materi melalui pengajuan masalah yang pemecahanya dilakukan secara terbuka. (5) Metode pemberian tugas

Metode pemberian tugas diterapkan dalam materi tertentu setelah di sampaikan oleh pembina keagamaan kemudian penerima

127

manfaat diminta untuk meringkas kembali di dalam blok sel masing-masing.

(6) Metode belajar dari pengalaman

Metode ini, penerima manfaat diminta untuk mengajar berdasarkan pengalaman mereka. Metode tersebut digunakan pada waktu pembina menyampaikan materi berupa keterampilan menjahit, tata cara sholat, pengajaran iqro dan al-quran dan keterampilan yang lain.

Metode yang digunakan dalam pembinaan keagamaaan

dibalai rehabilitasi sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran tidak jauh

berbeda dengan metode pendidikan secara umum, hanya saja perlu ada perbedaan tekanan variasi dan teknik yang di sesuaikan dengan kondisi.

2. Pembinaan Keagamaan dan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter merupakan komponen penting dan mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan pembinaan kegiatan keagamaan. Karena dengan adanya pendidikan karakter dalam pembinaan kegiatan keagamaan selain untuk memaksimalkan dan memudahkan proses pembinaan keagamaan anak, juga bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan agama islam. Pendidikan karakter dalam islam harus dapat diwujudkan melalui kegiatan keagamaan yang nantinya dapat mewujudkan peserta didik yang berakhlakul karimah.

128 B. Pendidikan Karakter

1. Pendidikan

a. Pengertian Pendidikan 1) Menurut Bahasa

Pendidikan menurut bahasa, pendidikan berasal dari

kata didik, dengan diberi awalan “pe” dan akhiran “an”, yang berarti “proses pengubahan sikap dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.

2) Menurut Istilah

John Dewey (1950: 371) dalam Suwarno (2006: 20) mengartikan pendidikan sebagai sebuah rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman agar lebih bermakna, sehingga pengalaman tersebut dapat mengarahkan pengalaman yang akan di dapat berikutnya.

John S.Brubacher (1987: 371) berpendapat pendidikan adalah proses pengembangan potensi kemampuan, dan kapasitas manusia yang mudah di pengaruhi oleh kebiasaan, kemudian disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, didukung dengan alat (media) yang disusun sedemikian rupa sehingga pendidikan dapat digunakan untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan (Suwarno, 2006: 20)

129

Pendidikan sebagaimana diteorikan oleh Kurniawan (2013: 27) pendidikan merupakan seluruh aktivitas atau upaya sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik terhadap semua aspek perkembangan kepribadian, baik jasmani dan rohani, secara formal, informal dan nonformal yang berjalan terus-menerus untuk mencapai kebahagiaan dan nilai yang tinggi baik nilai insaniah maupun ilahiyah.

Muhaimin (2004: 19) menjelaskan tentang pengertian pendidikan bahwa pendidikan ialah tindakan yang sadar dan bertujuan untuk memelihara dan mengembangkan fitrah serta potensi (sumber daya insani) menuju kesempurnaan insani (insan kamil).

Pendidikan menurut Undang-Undang (UU Nomor 20

Tahun 2003) pasal 3 menyebutkan “Pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan mengembangkan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demikratis serta

130

Pendidikan dalam pengertian di atas dapat dipahami bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan terkonsep serta terencana untuk memberikan pembinaan dan bimbingan pada peserta didik (anak-anak). Bimbingan dan pembinaan tersebut tidak hanya berorientasi pada daya pikir (intelektual) saja, akan tetapi juga pada segi emosional karena dengan pembinaan dan bimbingan dapat membawa perubahan pada arah yang lebih positif. b. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Sebagai suatu komponen pendidikan, tujuan pendidikan menduduki posisi penting diantara komponen-komponen pendidikan lainnya (Tirtarahardja, 2008: 36).

Pendidikan menurut Richey dalam Baharuddin (2007: 138) bahwa istilah pendidikan itu berkenaan dengan fungsi luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat yang masih baru (generasi muda) bagi penuaian kewajiban dan tanggungjawab di dalam masyarakat. Berdasarkan pengertian tersebut adapun ciri-ciri atau unsur dalam pendidikan yaitu:

131

1) Pendidikan mengandung tujuan yang ingin dicapai, yaitu individu yang kemampun-kemampuan dirinya berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidupnya sebagai seorang individu.

2) Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan perlu melakukan usaha-usaha yang disengaja dan berencana dalam memilih isi (materi), strategi kegiatan, dan teknik penilaian yang sesuai. 3) Kegiatan tersebut dapat diberikan dalam lingkungan keluarga,

sekolah dan masyarakat,pendidikan formal dan pendidikan non formal.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk menanamkan nilai kebaikan dan membentuk manusia serta keseluruhan serta mengembangkan potensi yang dimilikinya. Tidak hanya memiliki kepandaian dalam berfikir tetapi juga respek terhadap lingkungan, dan juga melatih setiap potensi diri anak agar dapat berkembang ke arah yang lebih baik.

c. Jenis-Jenis Pendidikan

Jenis pendidikan yaitu meliputi pendidikan informal, formal, dan non formal:

1) Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seorang dirumah dalam lingkungan keluarga.

2) Sedangkan pendidikan formal adalah pendidikan yang mempunyai bentuk atau organisasi tertentu, seperti di sekolah.

132

3) Pendidikan non formal adalah usaha khusus yang di selenggarakan secara terorganisasi agar terutama generasi muda dan juga dewasa yang tidak dapat sepenuhnya atau sama sekali tidak berkesempatan mengikuti pendidikan sekolah dapat memiliki pengetahuan praktis dan keterampilan dasar yang mereka perlukan.

2. Karakter

a. Pengertian Karakter 1) Menurut Bahasa

Pengertian karakter menurut bahasa kata karakter (inggris:character) berasal dari bahasa yunani, eharassein yang

berarti “ to engrave” (Ryan and Bohlin, 1999: 5) dapat diterjemahkan menjadi, mengukir, melukis, memahatkan, atau menggoreskan. Berbeda dengan bahasa inggris, dalam bahasa

Indonesia “karakter” diartikan sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Dari pengertian secara etimologis maupun terminologis diatas dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan nilai-nilai universal perilaku manusia yang meliputi seluruh aktivitas kehidupan, baik yang berhubungan dengan tuhan, diri sendiri, sesama manusia,maupun dengan lingkungan yang terwujud dalam fikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan

133

perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat (Suyadi, 2013: 5).

2) Menurut Istilah

Pengertian karakter menurut istilah Karakter adalah cara berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang telahdilakukannya (Damayanti, 2014: 11)

Philips sebagaimana dikutip Muslich (2011: 70) berpendapat bahwa karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi bahwa, sikap dan perilaku yang ditampilkan.

Kahn (2010: 1), menyatakan karakter (character) adalah attitude pribadi yang stabil hasil proses konsolidasi secara progresif dan dinamis, integrasi pernyataan dan tindakan.

Kertajaya dalam Asmani (2012: 28) mengemukakan bahwa karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, dan merupakan mesin yang mendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berujar, dan merespons sesuatu.

134

Karakter dalam pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerja sama baik, dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun