• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBINAAN KEAGAMAAN DAN PENDIDIKAN KARAKTER BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI BALAI REHABILITASI SOSIAL “WIRA ADHI KARYA” UNGARAN TAHUN 2014/2015 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PEMBINAAN KEAGAMAAN DAN PENDIDIKAN KARAKTER BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI BALAI REHABILITASI SOSIAL “WIRA ADHI KARYA” UNGARAN TAHUN 2014/2015 - Test Repository"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

71

PEMBINAAN KEAGAMAAN DAN PENDIDIKAN KARAKTER

BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI BALAI REHABILITASI

SOSIAL “WIRA ADHI KARYA” UNGARAN

TAHUN 2014/2015

SKRIPSI

Disusun Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam

OLEH :

BASYIROH

111 10 029

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)

72

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.iainsalatiga.ac.id E-mail : administrasi@iainsalatiga.ac.id

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda-tangan, di bawah ini:

Nama : BASYIROH

NIM : 111 10 029

Jurusan : TARBIYAH

Program Studi : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri bukan jiplakan karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 14 Febuari 2015 Yang Menyatakan,

(3)

73

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.iainsalatiga.ac.id E-mail : administrasi@iainsalatiga.ac.id

MASLIKHAH, S.Ag, M. Si

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi mahasiswa :

Nama : BASYIROH

NIM : 111 10 029

Jurusan / Progdi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam (PAI)

Judul : PEMBINAAN KEAGAMAAN DAN

(4)

74

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.iainsalatiga.ac.id E-mail : administrasi@iainsalatiga.ac.id

S K R I P S I

PEMBINAAN KEAGAMAAN DAN PENDIDIKAN KARAKTER BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI BALAI REHABILITASI SOSIAL

“WIRA ADHI KARYA” UNGARAN

DISUSUN OLEH BASYIROH NIM :111 10 029

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) Salatiga, pada tanggal31 Maret 2015dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.

Susunan Panitia Ujian

Ketua Penguji : Drs. Abdul Syukur, M.Si. __________________

Sekretaris Penguji : Maslikhah, S.Ag., M.Si. __________________

Penguji I : Dr. Mukti Ali, M.Hum. __________________

Penguji II : Dra. Ulfah Susilawati, M.Si. __________________

Salatiga, 31 Maret2015 Dekan FTIK IAIN Salatiga

Suwardi, M.Pd

(5)

75 MOTTO

Berangkatdenganpenuhkeyakinan.Berjalandenganpenuhkeikhlasan.Istiqom

ahdalammenghadapicobaan. YAKIN, IKHLAS, danISTIQOMAH.

(6)

76

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

1. Orang tuaku tersayang Bapak BambangSrigati dan Ibu Sri Sutiyahyang sudah banyak pengorbanan tanpa letih maupun pamrihdemi kesuksesan putrinya.

Terimakasih atas cinta dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini, juga

setiap dukungan moral maupun spiritual serta restu yang tulus diberikan, semoga

selalu dalam limpahan kasih sayang Allah Swt dunia dan akhirat.

2. Kakak ku Alma Wiyarti danAdikku tersayang Chusnul Hadi yang selalu memberi semangat dan dukungan, serta Kakekku Djumadi dan Nenekku SutinidanMudrikah yang selalu memberiku semangat beserta do‟a, semoga sehat selalu dimudahkan rizkinya.

(7)

77

KATA PENGANTAR

ميحرلا نحمرلا الله مسب

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarata guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam. Adapun judul

skripsi ini adalah “PEMBINAAN KEAGAMAAN DAN PENDIDIKAN KARAKTER BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI BALAI REHABILITASI

SOSIAL “WIRA ADHI KARYA” UNGARAN. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Ketua IAIN

2. Bapak Rasimin. S.PdI, M.Pd selaku Ketua Progdi PAI IAIN Salatiga.

3. Ibu Maslikhah, S.Ag, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. 5. Karyawan-karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta

(8)

78

6. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik semoga amal kebaikannya diterima disisi Allah SWT.

Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah Swt serta mendapatkan balasan yang berlipat ganda amiin. Penulis sadar bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca pada umumnya dan memberikan sumbangan bagi pengetahuan dunia pendidikan. Aamiin ya robbal

„alamiin.

Salatiga, 6 April2015 Peneliti,

(9)

79 ABSTRAK

Basyiroh. 2015. Pembinaan keagamaan dan pendidikan karakter bagi Remaja

Putus Sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya”

Ungaran. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Maslikhah,S.Ag,M.Si

Kata Kunci: Pembinaan keagamaan dan Pendidikan Karakter

Penelitian ini merupakanupaya untuk mengetahui pelaksanaan

pembinaan keagamaan di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran.

Pertanyaanutama yang ingindijawab (1)Bagaimana pelaksanaan pembinaan

keagamaan di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran? (2)

Bagaimana fungsi pembinaan keagamaan bagi Remaja Putus Sekolah di Balai

Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran? (3) Bagaimana pembinaan

keagamaan dapat membangun motivasi untuk membentuk karakter unggul remaja

putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran?

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan subyek penelitian sebanyak 12 responden. Metode wawancara sebagai metode pokok dan metode dokumentasi sebagai pelengkap. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian berupa wawancara yaitu wawancara dengan pertanyaan mengenai pelaksanaan pembinaan keagamaan. Sedangkan metode dokumentasi digunakan untuk mengetahui lokasi dan subyek penelitian.

Hasil penelitian diperoleh menunjukkan bahwa Kegiatan pembinaan keagamaan meliputi: pengajian (kajian tentang Fiqh), mujahadah dan berzanji, pembelajaran tentang BTQ, yasinan dan tahlil pukul pengajian rutin, tadarus

Al-qur‟an. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pembinaan yaitu: metode

ceramah, tanya jawab, pembiasaan dan keteladanan dan setiap pembinaan selesai pembina selalu mengadakan evaluasi.Tujuan pelaksanaan pembinaan keagamaan agar penerima manfaat untuk mengarahkan remaja tentang arti pentingnya pengetahuan tentang agama dan mempunyai kesadaran untuk melaksanakannya. Supaya bermanfaat di dunia dan di akhirat kelak.

Pembinaan keagamaan dapat membangun motivasi dan membentuk karakter unggul Remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi

Karya” dengan adanya pembinaan keagamaan dapat meningkatkan keimanan

(10)

80 DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Kegunaan Penelitian ... 10

E. Penegasan Istilah ... 10

F. Metode Penelitian ... 14

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 14

2. Kehadiran Peneliti ... 14

(11)

81

4. Sumber Data ... 15

5. Prosedur Penelitian ... 15

6. Analisis Data ... 19

7. Pengecekan Keabsahan Data ... 19

8. Tahap-Tahap Penelitian ... 22

G. Sistematika Penulisan ... 23

BAB II LANDASAN TEORI A. Pembinaan Keagamaan dan Pendidikan Karakter ... 24

1. Pengertian Pembinaan ... 24

a. Fungsi Pembinaan... 26

b. Manfaat Pembinaan... 26

c. Macam-Macam Pembinaan... 27

2. Pengertian Keagamaan ... 30

a. Pengertian Keagamaan... 30

b. Faktor yang Mempengaruhi Keagamaan... 31

3. Pembinaan Keagamaan... 33

a. Aspek-Aspek Pembinaan Keagamaan... 34

b. Unsur-Unsur Pembinaan Keagamaan... 36

c. Tujuan Pembinaan Keagamaan... 37

d. Metode Pembinaan Keagamaan... 38

B. Pendidikan Karakter... ... 41

1. Pengertian Pendidikan... 41

(12)

82

b. Jenis-Jenis Pendidikan... 45

2. Karakter ... 46

a. Pengertian Karakter... 46

b. Pengertian Unggul... 48

c. Pengertian Karakter Unggul... 48

d. Metode Pembentukan Karakter... 48

e. Pendidikan Karakter Unggul... 50

C. Remaja Putus Sekolah... 56

1. Remaja... 56

a. Pengertian Remaja... 56

b. Karakteristik psikologis Remaja... 58

2. Pengertian Putus Sekolah... 59

a. Putus Sekolah... 59

b. Faktor Penyebab Putus Sekolah... 59

c. Dampak Putus Sekolah... 61

d. Karakteristik Putus Sekolah... 62

e. Upaya Mengatasi Putus Sekolah... 63

3. Remaja Putus Sekolah... 64

a. Pengertian Remaja Putus Sekolah... 64

b. Problematika Remaja Putus Sekolah... 66

(13)

83

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Paparan Data Penelitian ... 71

1. Sejarah Berdirinya ... 71

2. Ruang Lingkup ... 72

3. Letak Geografis ... 73

4. Sarana dan Prasarana ... 74

5. Visi dan Misi ... 74

6. Tujuan Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran ... 75

7. Sasaran yang Dituju... 75

8. Kebijakan... 76

9. Struktur, Tugas dan keadaan Pegawai... 76

10.Jadwal Kegiatan Keagamaan ... 83

B. Paparan Data Berdasarkan Hasil Penelitian ... 84

BAB IV PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pembinaan Keagamaan Remaja Putus Sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran... ... 96

(14)

84

untuk Membangun Karakter Unggul

Remaja Putus Sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi

Karya” Ungaran... 110 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 114 B. Saran ... 115 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(15)

85

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel 3.1 Letak Geografis ... 73

Tabel 3.2 Sarana dan Prasarana ... 74

Tabel 3.3 Sasaran yang Dituju ... 76

Tabel 3.4 Struktur Organisasi ... 77

Tabel 3.5 keadaan Pegawai Berdasrkan Pangkat dan Golongan... 81

Tabel 3.6 keadaan Pegawai Berdasarkan Jenjang Pendidikan... 82

Tabel 3.7 Keadaan Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin ... 83

(16)

86

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Daftar Riwayat Hidup Lampiran II : Surat Ijin Penelitian

Lampiran III : Surat Pernyataan Telah Meneliti Lampiran IV : Pedoman Wawancara

(17)

87 BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Anak sebagai generasi penerus dan pewaris cita-cita bangsa yang merupakan sumber daya manusia yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan. Seorang anak mempunyai kebutuhan hak dan hidup yaitu misalnya kebutuhan makanan, kesehatan, pengembangan spiritual dan moral, dan pendidikan yang sangat penting bagi anak. Pendidikan memerlukan lingkungan yang sangat baik, baik lingkungan keluarga dan lingkungan sosial yang mendukung bagi lingkungan hidup, tumbuh kembang dan perlindungannya.

(18)

88

Pandangan lain mengenai kondisi ekonomi masyarakat sangatlah berbeda, tidak semua keluarga mempunyai kemampuan ekonomi yang memadai dan dapat memenuhi semua kebutuhan anggota keluarga. Pengaruh yang timbul karena kondisi ekonomi adalah orangtua tidak sanggup menyekolahkan anaknya. Jelas kondisi ekonomi keluarga merupakan faktor pendukung yang paling besar kelanjutan pendidikan anak-anak, sebab pendidikan juga membutuhkan dana besar.

Hampir disetiap tempat banyak anak-anak yang tidak mampu melanjutkan pendidikan, atau pendidikan putus di tengah jalan, disebabkan karena kondisi ekonomi orang tua yang memprihatinkan.Kondisi ekonomi menjadi penghambat bagi seseorang dalam mewujudkan keinginanya dalam melanjutkan pendidikan. Kondisi ekonomi dapat disebabkan karena pekerjaan orang tua yang tidak tetap, tidak adanya keterampilan khusus dan keterbatasan kemampuanyang dimiliki.

Anak merupakan aset penting bagi mewujudkan masa depan, kegagalan dalam memahami kebutuhan anak akan berujung pada kegagalan membantu anak menjadi mandiri yang menentukan masa depanya sendiri, maka tidak heran kalau kurangnya perhatian terhadap kebutuhan anak ditambah dengan situasi krisis yang tak kunjung usai juga menambah deretan anak jalanan.

(19)

89

Selain itu akibat orang tua atau keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya sebagai alasan menjadikannya anak-anak terlantar. Putus sekolah menjadi masalah krusial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Putus sekolah dapat terjadi akibat dari berbagai persoalan aspek politik, ekonomi, hukum, budaya. Anak putus sekolah adalah anak yang tidak dapat melanjutkan atau berhenti sekolah sebelum tamat pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Hal tersebut disebabkan oleh kondisi-kondisi khusus yang dialami seorang anak seperti kurangnya perhatian sosial, kurangnya fasilitas fisik, dan kurangnya kesempatan berprestasi.

Arist Merdeka Sirait menyatakan bahwa: Kasus putus sekolah yang paling menonjol tahun ini terjadi di tingkat SMP, yaitu 48%. Adapun ditingkat SD tercatat 23% prosentase jumlah putus sekolah ditingkat SMA adalah 29% kalo digabungkan kelompok usia pubertas, yaitu anak SMP dan SMA, jumlahnya mencapai 77% .http://mustika.student.fkip.uns.ac.id Tingginya angka anak putus sekolah membawa dampak yang sangat besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada dasarnya, anak yang putus sekolah menjadi beban dalam berbagai aspek, seperti ekonomi, moral, intelektual, spiritual sosial, dan sebagainya.

(20)

90

perilaku dan minat jika tidak diarahkan dengan benar maka dikhawatirkan para remaja justru akan salah melangkah kearah yang negatif karena tidak semua remaja mampu menyesuaikan diri dengan perubahan dan lingkungannya. Adannya tanda-tanda kesalah penyesuaian diri seorang remaja tentu saja menuntut penangan yang cepat dan tepat mengingat masa ini merupakan masa penting yang menentukan seorang remaja pada masa berikutnya.

Para remaja memerlukan pembinaan keagamaan sedini mungkin. Pendidikan utama dan pertama terjadi di keluarga, akan tetapi karena berbagai sebab keluarga belum mampu melaksanakan secara optimal, salah satu penyebabnya kurangnya pengetahuan orang tua terhadap keagamaan. Tempat selanjutnya yang dapat memberikan pendidikan keagamaan yaitu di sekolah, akan tetapi remaja yang putus sekolah tidak dapat mengenyam pendidikan dan pembinaan keagamaan karena susatu hal mereka sudah tidak melaksanakan kegiatan pembelajaran disekolah.

Pemerintah melalui dinas sosial membentuk suatu lembaga sosial yang mampu menampung dan memberikan pembinaan moral, pembinaan keagamaan anak putus sekolah dalam bentuk pembinaan di balai Rehabilitasi Sosial khusus anak putus sekolah. Salah satu balai rehabilitasi sosial di bawah naungan dinas sosial Provinsi Jawa Tengah

ialah Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran yang

memberikan pelayanan, pembinaan, dan rehabilitasi bagi anak putus

(21)

91

Karya” Ungaran yang merupakan unit pelaksana teknis yang secara organisatoris di bawah kendali Dinas Sosial Jawa Tengah. Balai

Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran bertujuan memberikan

pelayanan dan rehabilitas bagi anak putus sekolah dengan pemenuhan kebutuhan fisik, psikologi, mental dan keterampilan.

Keadaan anak putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira

Adhi Karya” Ungaran memprihatinkan, seorang anak tidak dapat melanjutkan pendidikannya namun setelah anak di asramakan di dalam balai rehabilitasi tersebut anak mendapatkan pendidikan yang layak dan anak mendapatkan pelajaran dan berbagai macam keterampilan seperti menjahit, tata rias, las, otomotif.

Selain mendapatkan keterampilan seorang anak juga mendapatkan bimbingan yang berupa, bimbingan teori, bimbingan sosial, bimbingan keterampilan, bimbingan ekstra dan di balai rehabilitasi seorang anak juga mendapatkan pelayanan pendidikan agama Islam agar anak mempunyai kepribadian yang baik dan tingkah laku yang baik pula dapat membedakan mana yang baik dan benar.

(22)

92

pertahanan diri untuk menghindari pengaruh negatif kehidupan jalanan dan memiliki pemikiran positif tentang hidupnya. Kegiatan pendidikan lebih mengarah pada penanaman nilai, penambahan wawasan serta pembentukan sikap dan perilaku yang baik.

Rendahnya aktualisasi Pendidikan Agama Islam di kalangan keluarga anak sebagai akibat tingkat pengetahuan orang tua tentang pendidikan agama yang kurang dan pengaruh lingkungan yang bebas. Putus sekolah bukan merupakan persoalan baru dalam sejarah pendidikan, persoalan ini telah berakar dan sulit untuk dipecahkan, sebab ketika membicarakan solusi, maka tidak ada pilihan lain kecuali memperbaiki kondisi ekonomi keluarga.

Membicarakan peningkatan kondisi ekonomi keluarga terkait bagaimana meningkatkan sumber daya manusianya. Sementara semua solusi yang dinginkan tidak akan lepas dari kondisi ekonomi secara menyeluruh, sehingga kebijakan pemerintah berperan penting dalam mengatasi permasalahan termasuk perbaikan kondisi masyarakat.

Menurut Undang-Undang Dasar 1945 pasal 34 ayat (1) menyebutkan bahwa: Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Penerima manfaat Di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi

Karya” Ungaran periode ke tiga tahun 2014 berjumlah 100 orang anak

(23)

93

berbeda-beda. Di pilihnya Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran sebagai obyek penelitian karena balai rehabilitasi sosial salah satu dari dua balai rehabilitasi sosial yang berada di bawah naungan Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah yang di khususkan untuk anak putus sekolah di Provinsi Jawa Tengah.

Putus sekolah bukan berarti putus dalam pembinaan keagamaan, secara khusus pendidikan akhlak di balai rehabilitasi ini seorang anak meskipun putus pendidikan masih bisa mendapatkan pembinaan agama dan pembinaan kepribadian. Balai Rehabilitasi Sosial mempunyai tujuan yaitu: terbentuknya pribadi yang bermanfaat dan mandiri, terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas, dan penerima manfaat yang siap berkarya dan mampu berwirausaha. Namun, dari survey awal tentang pembinaan keagamaan pada remaja putus sekolah masih banyak kekurangan.

Adapun kegiatan keagamaan di Balai Rehabilitasi Sosial “ Wira

Adhi Karya” adalah sebagai berikut: Kegiatan keagamaan rutin tiap

(24)

94

Namun dalam kenyataanya masih terdapat anak yang tidak mengikuti pembinaan tersebut, berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data bahwa pada saat tiba waktu sholat anak-anak susah dikondisikan, dan pada saat kegiatan pembinaan, anak lebih mementingkan bermain handphone daripada memperhatikan apa yang telah disampaikan oleh pemateri, anak-anak malah ngobrol sendiri dengan teman-temannya, selain itu ada juga yang tidak mengikuti kegiatan tersebut dengan berbagai alasan. Dan masih banyak pelanggaran yang dilakukan pada saat pembinaan berlangsung. Pelanggaran ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang keagamaan dan selalu menyepelekannya.

Cara mengkondisikannya Pembina selalu mengadakan presensi kehadiran pada setiap kegiatan dan melakukan pengawasan ketika kegiatan berlangsung. Apabila ada seorang anak yang tidak mengikuti kegiatan tersebut dengan berbagai alasan akan mendapat sanksi yang telah disepakati yaitu berdiri di depan teman-teman ketika kegiatan itu berlangsung sampai kegiatan itu selesai, dan lari keliling lapangan, namun sudah berlakunya sanksi dan peraturan yang berlaku juga masih ada yang menyepelekan dan melanggarnya, bahkan tidak bosan untuk melanggarnya, pengasuh tidak dapat mengatasi hambatan tersebut.

(25)

95

harus tetap berjalan meskipun tidak di dampingi oleh Pembina, dan untuk anak perlu kesadaran dan minat dalam diri anak itu sendiri.

Berdasarkan fenomena tersebut peneliti berkeinginan untuk

menemukan jawaban dengan judul “ PEMBINAAN KEAGAMAAN DAN

PENDIDIKAN KARAKTER BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI BALAI REHABILITASI SOSIAL “WIRA ADHIKARYA” UNGARAN B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka peneliti merumuskan fokus penelitian mengenai pelayanan pembinaan keagamaan dan pendidikan karakter Di Balai Sosial Rehabilitas “Wira

Adhi Karya” Ungaran secara singkat sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan pembinaan keagamaan bagi remaja putus

sekolah di Balai Rehabilitas Sosial “Wira Adhi karya” Ungaran?

2. Bagaimana fungsi pembinaan keagamaan bagi remaja putus sekolah di Balai Rehabilitas Sosial “Wira Adhi karya” Ungaran? 3. Bagaimana pembinaan keagamaan dapat membangun motivasi dan

membangun karakter unggul bagi remaja putus sekolah di Balai

Rehabilitas Sosial “Wira Adhi karya” Ungaran?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui:

1. Pelaksanaan pembinaan keagamaan bagi remaja putus sekolah di

(26)

96

2. Fungsi pembinaan keagamaan bagi remaja putus sekolah di Balai

Rehabilitas Sosial “Wira Adhi karya” Ungaran;

3. Pembinaan keagamaan dapat membangun motivasi dan membentuk karakter unggul bagi remaja putus sekolah di Balai

Rehabilitas Sosial “Wira Adhi karya” Ungaran.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas tentang pembinaan pendidikan agama islam di balai rehabilitas sosial ungaran. Dari informasi tersebut diharapkan dapat memberikan manfaaat secara praktis maupun teoritik, yaitu:

1. Secara Teoretis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pendidikan agama Islam yang didalamnya memuat pembinaan keagamaan/pendidikan agama islam.

b. Menjadi referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang tertarik terutama pembinaan keagamaan/pembinaan pendidikan agama Islam pada anak putus sekolah.

2. Secara praktis

(27)

97 E. Penegasan Istilah

untuk menghindari kesalah pahaman dalam menginterpretasikan judul tersebut, maka penulis akan memberikan penegasan atau penjelasan demi adanya ketegasan istilah judul dan permasalahan yang akan di bahas, dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Pembinaan keagamaan

Pembinaan menurut kamus besar bahasa indonesia adalah usaha, tindakan ,dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

Sedangkan menurut Sudjana pembinaan adalah sebagai usaha memelihara atau, membawa , sesuatu keadaan yang seharusnya terjadi atau menjaga keadaan sebagaimana seharusnya terlaksana.

Menurut Mangun Hardjana (1996: 2), pembinaan adalah suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal yang dimilikinya dan mempelajari hal-hal yang belum dimilikinya, dengan tujuan membantu orang yang menjalaninya untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan yang baru untuk mencapai tujuan hidup dan kerja yang dijalani secara lebih efektif.

(28)

98

ajarannya berisi mengenai berbagai aspek yaitu akidah, akhlak, dan ibadah dari segi kehidupan manusia, sebagai sumber dari ajaran tersebut adalah Al-qur‟an dan Hadis. Sehingga dapat di simpulkan bahwa pembinaan keagamaan adalah segala aktifitas keagamaan, khususnya agama Islam yang dilakukan Di Balai Rehabilitasi Sosial

“Wira Adhi Karya” yang bertujuan untuk membina para remaja melalui pendekatan religius.

b. Pendidikan karakter

Pengertian pendidikan dalam Dictionary of education menyebutkan bahwa pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat dimana ia hidup proses sosial dimana orang di hadapkan pada pengaruh lingkungan yang dipilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum (Surakhmad, 2012:83).

(29)

99

Karakter dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah sifat atau ciri kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain; tabiat; watak. Dengan demikian karakter adalah cara berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat (Alwi, 2007:91)

Dalam pengertian di atas pendidikan karakter adalah gerakan nasional menciptakan sebuah sekolah yang membina etika, bertanggungjawab dan merawat orang-orang muda dengan pemodelan dan mengajarkan karakter baik melalui penekanan pada universal, nilai-nilai yang kita semua yakini. Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas

Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif (Araska, 2014: 11).

F. Metode penelitiaan

I. Pendekatan dan Jenis Penelitian

(30)

100

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh).

Jenis penelitian ini termasuk penelitian lapangan karena informasi dan data yang diperlukan, digali serta dikumpulkan dari lapangan adapun penelitian ini bersifat deskriptif (Moleong, 1989:4). 2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran Peneliti berperan sebagai pengamat penuh, hal-hal yang menyangkut pembinaan pendidikan Agama Islam di

BalaiRehabilitas Sosial “Wira Adhi Karya”Ungaran, sehingga peneliti

harus berusaha mengikuti aktivitas keagamaanya. 3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di Balai Rehabilitas Sosial “Wira Adhi Karya”Ungaran. Adapun alasan tempat penelitian adalah sebagai berikut:

Pertama, karena adannya pembinaan ke agamaan di balai

(31)

101 4. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data utama yang meliputi kata-kata dan tindakan melalui wawancara, atau pengamatan berperan serta merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat,mendengar, bertanya. Sumber data yang yang kedua yaitu sumber tertulis dari sumber tertulis dapat dibagi atas arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi. Sumber data yang bselanjutnya yaitu peneliti menggunakan foto sebagai sumber data karena foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi subyektif dan hasilnya sering dianalisis secara induktif.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam bagian ini untuk mendapatkan data atau memperoleh data, peneliti menggunakan beberapa metode yaitu:

a. Metode Observasi

(32)

102

Teknik observasi dalam penelitian ini yaitu dengan mengamati secara langsung pelaksanaan pembinaan pendidikan agama Islam pada anak putus sekolah di balai rehabilitasi sosial

“Wira Adhi Karya” ungaran. Dengan hal tersebut dapat

diketahui gambaran tentang pola pembinaan pendidikan agama

Islam pada anak putus sekolah di balai rehabilitasi sosial “Wira

Adhi Karya” ungaran. Hasil observasi kemudian dapat diambil kesimpulan atas apa yang telah diamati.

b. Metode Wawancara

Wawancara atau kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Wawancara digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data tentang variable, latar belakang murid, orangtua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu. Arikunto (2010: 270) secara garis besar mendefinisikan pedoman wawancara yaitu sebagai berikut: 1) Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman

(33)

103

2) Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga mneyerupai check-list pewawancara menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan- pertanyaan yang diajukan.

Pedoman wawancara yang digunakan adalah pedoman wawancara terstruktur. Sebelum melakukan wawancara peneliti telah mempersiapkan Instrumen pertanyaan tentang pembinaan keagamaan dan pendidikan karakter bagi remaja putus sekolah dibalai rehabilitasi sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran. Untuk memperoleh data mengenai pembinaan keagamaan dan pendidikan karakter remaja serta kegiatan pembinaan keagamaa, waktu, metode, dan tujuan pada putus sekolah, maka pewanwancara akan melakukan wawancara dengan petugas yang bertanggungjawab dan pekerja sosial dibalai rehabilitasi

sosial “Wira Adhi Karya” ungaran dan anak putus sekolah

dibalai rehabilits sosial “Wira kdhi Karya” ungaran sebagai

respondennya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara terbuka sehingga subjek tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula maksud dan tujuan wawancara itu (Moleong, 1989: 189).

c. Metode Dokumentasi

(34)

104

dokumentasi,peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,majalah, dokumen,peraturan-peraturan dan sebagainya. Arikunto (1989: 131). Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan (Moleong, 2006: 217)

Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi, yaitu dengan mencari data-data mengenai hal-hal atau variabel berupa arsip-arsip, dokumen-dokumen, maupun rekaman kegiatan atau aktifitas pembinaan keagamaan pada remaja putus sekolah di

Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran.

6. Analisis Data

(35)

105

hubungan diantara dimensi-dimensi uraian. Berdasarkan uraian tersebut dapat menarik garis bawah bahwa analisis data bermaksud mengorganisasikan data. Data yang terkumpul dari catatan lapangan peneliti serta arsip di panti rehabilitas sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam hal pengecekan keabsahan data peneliti terdapat beberapa kriteria keabsahan data yang nantinya akan dirumuskan secara tepat, teknik pemeriksaannya yaitu dalam penelitian ini harus terdapat adanya kredibilitas yang dibuktikan dengan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan, pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat, kecukupan referensi, adanya kriteria kepastian dengan teknik uraian rinci dan audit kepastian.

Untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan dalam penelitian memiliki tingkat kebenaran atau tidak, maka dilakukan pengecekan data yang disebut validitas data. Untuk menjamin validitas data maka dilakukan triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data ini (Moleong, 2006: 330).

(36)

106

tersebut. Pada triangulasi dengan metode, menurut Patton (1987: 329), terdapat dua strategi, yaitu: (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa tehnik pengumpulan data dan. (2) penegecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Menurut pendapat Denzin (1978: 330) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. Triangulasi dalam penelitian ini menggunakan adalah triangulasi sumber.

Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton dalam Moleong 1987: 331). Dalam hal ini dapat dicapai dengan jalan:

(37)

107

orang pemerintahan, Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Teknik triangulasi dengan teori menurut pendapat Lincoln dan Guba (1981: 307) berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaanya dengan satu atau lebih teori. (Moleong, 1989: 330)

Penelitian ini menggunakan cara membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan dengan demikian akan menghasilkan data yang valid.

8. Tahap-tahap penelitian

Adapun tahap-tahap penelitian dan penyusunan laporan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan Administrasi meliputi beberapa hal di bawah ini: 1) Pengajuan permohonan izin operasional untuk melakukan

penelitian dari ketua STAIN salatiga ke pengurus Balai

Rehabilitas Sosial ”Wira Adhi Karya” Ungaran.

2) Mengkonfirmasi permohonan izin penelitian dengan

menemui ketua pengurus Balai Rehabilitas Sosial “Wira

(38)

108

b. Kegiatan Lapangan meliputi beberapa hal di bawah ini:

1) Survai awal untuk mengetahui gambaran kegiatan pembinaan agama islam di Balai Rehabilitas Sosial “Wira

Adhi Karya” Ungaran.

2) Melakukan observasi ke lapangan dengan mengamati langsung dan mengikuti kegiatan yang ada, dan melakukan wawancara kepada para responden untuk mengumpulkan data dan menganalisis data.

3) Menyajikan data dengan susunan yang memungkinkan untuk mempermudah pemaknaan.

4) Melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan saran-saran demi kesempurnaan dan ditindak lanjuti hasil bimbingan tersebut dan disempurnakan

5) Menyusun laporan akhir penelitian. G. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini penulis mengajukan pembahasan beberapa bab yang berisi keterkaitan tentang studi kasus yang penulis teliti. Penulis memberikan gambaran sebagai berikut:

(39)

109

pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, tahap-tahap penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II Berisi tentang kajian teori yang meliputi: pengertian pembinaan, pengertian keagamaan, pembinaan keagamaan, pengertian pendidikan karakter, pengertian remaja, pengertian putus sekolah di balai rehabilitasi

sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran.

BAB III berisi paparan data dan temuan penelitian menjelaskan tentang: Gambaran umum objek penelitian, terdiri dari: Sejarah singkat, Visi dan misi, Struktur organisasi, Keadaan lingkungan sosial sekitar, Deskripsi data hasil penelitian.

BAB IV berisi pembahasan memuat tentang: Pembahasan pokok permasalahan dari data hasil temuan-temuan mengenai pembinaan keagamaan yang dilaksanakan, pada masing-masing objek penelitian dan pola umum pembinaan keagamaan yang dilaksanakan.

(40)

110 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembinaan Keagamaan dan Pendidikan Karakter

1. Pembinaan Keagamaan a. Pembinaan

1) Pengertian Pembinaan a) Menurut Bahasa

Pembinaan menurut bahasa pembinaan berasal dari

kata dasar “bina” yang mendapat awalan “pe” dan akhiran

“an” yang mempunyai arti perbuatan, cara. Pembinaan

berarti “kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif

untuk memperoleh hasil yang lebih baik (Poerwodarminto, 2003:79).

b) Menurut Istilah

Soetopo dan Soemanto dalam Muslih (2008: 153) menadefinisikan pembinaan sebagai suatu kegiatan yang

mempertahankan dan menyempurnakan apa yang telah ada. Mangunhardjana (1986: 11) memberikan pernyataan

(41)

111

Natawidjaja dalam Sukardi (1995: 2) mengartikan pembinaan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya.

Mangunhardjana (1986: 12) mendefinisikan tentang pembinaan adalah suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal sudah dimiliki dan mempelajari hal-hal baru yang belum dimiliki, dengan tujuan membantu orang yang menjalaninya untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan yang sudah ada serta mendapatkan pengetahuan dan kecakapan baru untuk mencapai tujuab hidup dan kerja yang sedang dijalani, serta lebih efektif.

(42)

112 2) Fungsi Pembinaan

Fungsi pokok pembinaan menurut Mangunhardjana (1986: 14) mencakup tiga hal, yaitu:

a) Penyampaian informasi dan pengetahuan b) Perubahan dan pengembangan sikap

c) Latihan dan pengembangan kecakapan serta keterampilan Pembinaan ketiga hal tersebut dapat diberi tekanan berbeda dengan mengutamakan salah satu hal (Mangunhardjana, 1996: 53).

(43)

113 3) Manfaat Pembinaan

Menurut Mangunhardjana (1986: 13), pembinaan jika dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan dapat berjalan dengan baik, memiliki manfaat dapat membantu orang yang menjalaninya untuk:

a) Melihat diri dan pelaksanaan hidup serta kerjanya. b) Menganalisis situasi hidup dan kerjanya dari segala segi

positif dan negatifnya.

c) Menemukan masalah hidup dan masalah dalam kerjanya.

d) Menemukan hal atau bidang hidup dan kerja yang sebaiknya diubah atau diperbaiki.

e) Merencanakan sasaran dan program di bidang hidup dan kerjanya, sesudah mengikuti pembinaan.

4) Macam-macam pembinaan

Beberapa macam pembinaan menurut Mangunhardjana (1986: 21), diantaranya adalah sebagi berikut:

a) Pembinaan orientasi (orientation training program), ditujukan untuk sekelompok orang yang baru masuk dalam suatu bidang hidup dan bidang kerja.

(44)

114

yang sudah dimiliki atau mendapatkan kecakapan baru yang diperlukan untuk pelaksanaan tugasnya.

c) Pembinaan pengembangan kepribadian (personality development training), pembinaan ini disebut juga sebagai

pembinaan pengembangan sikap yang menekankan pada pengembangan kepribadian dan sikap agar mengenal dan mengembangkan diri menurut gambaran atau cita-cita hidup yang sehat dan benar.

d) Pembinaan kerja (In-service training), tujuan pembinaan kerja adalah agar dapat menganalisis kerja mereka dan membuat rencana peningkatan untuk masa depan. Pembinaan ini akan dadapatkan penambahan pandangan dan kecakapan serta diperkenalkan pada bidang-bidang yang sama sekali baru.

e) Pembinaan lapangan (Field training), tujuanya untuk menempatkan peserta dalam situasi nyata agar mendapatkan pengetahuan dan memperoleh pengalaman langsung.

(45)

115

melakukan pembinaan melalui tatap muka dengan pihak yang dibina atau dengan pelaksana program. Pendekatan langsung ini dapat dilakukan melalui kegiatan diskusi, rapat, tanya jawab, kunjungan lapangan, kunjungan rumah. Pendekatan tidak langsung terjadi apabila pihak yang membina melakukan upaya pembinaan kepada pihak yang dibina melalui media massa seperti melalui petunjuk tertulis, korespondensi, penyebaran bulletin, dan media elektronik seperti radio dan kaset.

Fungsi pembinaan baik pengawasan maupun supervisi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan langsung (direct contact) dan pendekatan tidak langsung (indirect contact) pendekatan yang disebut pertama terjadi apabila pihak

Pembina (pimpinan, pengelola, pengawas, supervisor) melalui pembinaan tatap muka dengan pihak yang dibina atau dengan pelaksana program.

(46)

116

individual dan peragaan. Kedua, pembinaan kelompok (Sudjana, 2010: 230-232).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa adanya pelaksanaan pembinaan memiliki tujuan yaitu membantu anak untuk mengembangkan diri sehingga menjadi anak yang berguna dalam kehidupannya. Pembinaan keagamaan memiliki tujuan untuk mengarahkan seorang menjadi pribadi yang baik dan dapat menempatkan diri pada kehidupan masyarakat.

b. Keagamaan

1) Pengertiam Keagamaan a) Menurut Bahasa

Pengertian keagamaan menurut bahasa adalah keagamaan berasal dari kata agama yang mendapat awalan

“ke” dan akhiran “an” sehingga menjadi kata baru yaitu

keagamaan. Keagamaan mempunyai arti “segenap kepercayaan (kepada Tuhan) serta dengan ajaran kebaikan dan kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan

kepercayaan itu” (Alwi, 2007: 12). b) Menurut Istilah

(47)

117

yang muncul yang didasarkan atas keyakinan atau kepercayaan seseorang terhadap suatu agama.

Hamka (1987: 365) memaparkan tentang pengertian keagamaan adalah hasil kepercayaan dalam hati

yaitu ibadah yang terbit lantaran sudah ada I‟tikad lebih

dahulu, menurut dan patuh karena iman.

Keagamann dalam pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keagamaan adalah hal sistem atau prinsip kepercayaan kepada Allah Swt dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi keagamaan seseorang Salah satu kelebihan manusia sebagai makhluk Allah Swt adalah dengan dianugerahinya fitrah untuk mengenal Allah Swt dan melakukan ajarannya. Adapun faktor yang mempengaruhi keagamaan seseorang antara lain:

a) Faktor internal/faktor pribadi

(48)

118

Pembawaan anak yang sudah ada secara alami, akan memiliki potensi untuk berkembang. Perkembangan keagamaan anak akan terjadi jika mendapatkan simulasi secara tepat yang memungkinkan fitrah itu berkembang sebaik-baiknya.

b) Faktor eksternal, yakni tempat anak di besarkan yang terdiri dari tiga macam sebagai berikut

(1) Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga merupakan factor eksternal utama yang ikut menentukan perkembangan keagamaan seseorang. Bagaimanapun, kedudukan keluarga dalam perkembangan kepribadian anak sangatlah dominan (Daryati: 2009).

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak. Bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga (Darajat, 2008: 35).

(2) Lingkungan sekolah

Sekolah adalah tempat anak belajar. Di sekolah anak berhadapan dengan guru yang selalu berganti-ganti (Darajat, 2008: 72).

(49)

119

mendidik. Guru harus member contoh dan menjadi teladan bagi murid-muridnya dalam segala mata pelajaran dan dapat menanamkan rasa keimanan dan akhlak sesuai dengan ajaran Islam. Jelaslah bahwa kehidupan lingkungan sekolah merupakan factor penting yeng menentukan keagmaan seseorang. (3) Lingkungan Masyarakat

Keberadaan masyarakat besar pengaruhnya terhadap intensitas keagamaan anak, terutama di pengaruhi oleh para pemimpin masyarakat/penguasa yang ada di dalamnya. Pemimpin muslim tentu saja menghendaki agar setiap anak didik menjadi warga yang taat dan patuh menjalankan agamnya, baik dalam lingkungan keluarga, anggota sepermainan, kelompok kelas maupun sekolahnya (Darajat, 2008: 44).

(50)

120

perseorangan maupun sebagai kelompok sosial (Darajat, 2008: 45).

c. Pembinaan Keagamaan

Pembinaan keagamaan sebagai suatu usaha untuk membimbing dan mempertahankan serta mengembangkan dan menyempurnakan dalam berbagai segi, baik segi akidah, akhlak, dan ibadah. Segala usaha atau tindakan untuk membangun, memperbaiki dan memelihara jiwa atau mental agar seseorang mempunyai ketenangan hidup, bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan agama Islam.

Aspek-aspek dalam pembinaan keagamaan yaitu: 1) Aspek- aspek pembinaan keagamaan

a) Akidah

(51)

121

dan perbuatan dengan amal saleh. Pendidikan akidah terdiri dari pengesaan Allah, tidak menyekutukan-Nya b) Akhlak

Akhlak berasal dari bahasa arab, bentuk jamak dari khuluk yang mengandung arti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat, watak.

Imam Ghazali dalam Muslih (2008: 56-60) mendefinisikan akhlak sebagai ungkapan suatu daya yang telah bersemi dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan penuh dan tidak memerlukan pertimbangan/pikiran terlebih dahulu. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa akhlak merupakan budi pekerti, tingkah laku atau tabiat, watak atau sering disebut dengan kesusilaan, sopan santun atau moral.

Zainuddin (1991: 97) menjelaskan Hakikat akhlak mencakup dua syarat yaitu perbuatan tetap (constatnt) dan berkelanjutan (continue). Perbutan tetap yaitu dilakukan berulangkali kontinu dalam bentuk yang sama, sehingga dapat menjadi kebiasaan (habit forming). Perbuatan yang berkelanjutan (continue) itu

(52)

122

bukan karena adanya tekanan-tekanan, paksaan-paksaan dari orang lain, atau pengaruh-pengaruh dan bujukan-bujukan yang indah dan sebagainya.

c) Ibadah

Ibadah secara harfiah berarti bukti manusia kepada Allah Swt, karena didorong dan dibangkitkan oleh akidah atas tauhid., ibadah adalah upaya mendekatkan diri kepada Allah dengan menaati segala perintahnya, menjauhi larangannya dan mengamalkan segala yang diizinkannya (Muslih, 2008: 53-60).

Ketiga aspek tersebut berkaitan bagi kehidupan manusia untuk kelangsungan hidup dalam masyarakat. 2) Unsur –unsur dalam pembinaan keagamaan

a) Subyek

Subyek adalah pelaku pekerjaan, dalam hal ini adalah orang yang melakukan pembinaan keagamaan atau orang yang mempunyai kemampuan dalam menyampaikan maksud dan tujuan pelaksanaan pembinaan keagamaan pada remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial

“Wira Adhi Karya” Ungaran.

(53)

123

(1)Menaruh minat terhadap orang lain dan penyebaran (2)Peka terhadap sikap dan tindakan orang lain

(3)Memiliki kehidupan emosi stabil dan obyektif (4)Memiliki kemampuan dan dipercaya orang lain (5)Menghargai fakta

b) Obyek

Obyek yaitu menjadi sasaran atau yang dibina (yang mendapatkan pembinan), dalam hal ini yaitu remaja putus

sekolah yang berada dalam Balai Rehabilitasi Sosial “Wira

Adhi Karya” Ungaran.

c) Materi

Materi adalah semua bahan yang akan disampaikan kepada seorang yang akan di bina. Maksudnya materi disini adalah semua bahan yang dapat di[akai untuk pembinaan keagamaan (Syihab, 2007: 303)

3) Tujuan Pembinaan Keagamaan

Tujuan pembinaan keagamaan dalam rangka mengarahkan seseorang agar mempunyai iman dan akhlak yang mulia, dan senantiasa memelihara dan mengamalkan apa yang telah diajarkan oleh agama.

(54)

124

keagamaan mempunyai tahapan-tahapan individual, sosial, profesional.

a) Tujuan Individual

Tujuan individual berkaitan dengan masing-masing individu dalam mewujudkan perubahan yang diinginkan pada tingkah laku dan aktivitasnya, disamping untuk mempersiapkan mereka dapat hidup bahagia baik di dunia maupun di akhirat.

b) Tujuan Sosial

Tujuan sosial berkaitan dengan kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan dan tingkah laku mereka secara umum.

c) Tujuan Profesional

Tujuan profesional berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai sebuah ilmu, sebagai seni, dan sebagai profesi serta sebagai satu aktifitas diantara aktivitas masyarakat.

Pembinaan keagamaan memiliki tujuan yaitu menumbuhkan kesadaran dan memelihara norma agama secara terus menerus agar perilaku hidup manusia senantiasa berada pada tatanan yang baik.

(55)

125

Metode yang digunakan dalam pembinaan keagamaan dalam pembinaan keagamaan menurut Harsono (1995:342-377) adalah sebagai berikut:

a) Metode pembinaan perorangan (individual treatment) Metode ini diberikan kepada remaja putus sekolah secara perorangan oleh petugas.

b) Metode pembinaan berdasarkan situasi

Metode ini digunakan untuk mengubah cara berfikir remaja putus sekolah untuk tidak bergantung pada situasi yang menyertai, tetapi menguasai situasi tersebut.

c) Metode pembinaan kelompok

Pembinaan secara kelompok dapat dilakukan dengan metode ceramah, peragaan/demonstrasi, tanya jawab, diskusi, dan pemberian tugas.

Adapun metode tersebut adalah sebagai berikut: (1) Metode ceramah

Metode ceramah adalah penerangan dan penuturan secara lisan oleh pembina keagamaan dari dalam lembaga maupun di luar lembaga. Metode ceramah merupakan metode yang sudah lama dipakai dalam proses pembelajaran.

(56)

126

Metode tanya jawab adalah cara penyajian pembinaan dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab. Cara yang ditempuh biasanya pembina keagamaan mengajukan pertanyaan kepada penerima manfaat tentang materi yang telah diajarkan.

(3) Metode demonstrasi

Metode demonstrasi yaitu metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana suatu proses pembentukan tertentu kepada penerima manfaat. Biasanya pembina keagamaan memperagakan terlebih dahulu, kemudian penerima manfaat mengikutinya.

(4) Metode diskusi

Metode diskusi adalah cara mengajar atau menyajikan materi melalui pengajuan masalah yang pemecahanya dilakukan secara terbuka. (5) Metode pemberian tugas

(57)

127

manfaat diminta untuk meringkas kembali di dalam blok sel masing-masing.

(6) Metode belajar dari pengalaman

Metode ini, penerima manfaat diminta untuk mengajar berdasarkan pengalaman mereka. Metode tersebut digunakan pada waktu pembina menyampaikan materi berupa keterampilan menjahit, tata cara sholat, pengajaran iqro dan al-quran dan keterampilan yang lain.

Metode yang digunakan dalam pembinaan keagamaaan

dibalai rehabilitasi sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran tidak jauh

berbeda dengan metode pendidikan secara umum, hanya saja perlu ada perbedaan tekanan variasi dan teknik yang di sesuaikan dengan kondisi.

2. Pembinaan Keagamaan dan Pendidikan Karakter

(58)

128 B. Pendidikan Karakter

1. Pendidikan

a. Pengertian Pendidikan 1) Menurut Bahasa

Pendidikan menurut bahasa, pendidikan berasal dari

kata didik, dengan diberi awalan “pe” dan akhiran “an”, yang

berarti “proses pengubahan sikap dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.

2) Menurut Istilah

John Dewey (1950: 371) dalam Suwarno (2006: 20) mengartikan pendidikan sebagai sebuah rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman agar lebih bermakna, sehingga pengalaman tersebut dapat mengarahkan pengalaman yang akan di dapat berikutnya.

(59)

129

Pendidikan sebagaimana diteorikan oleh Kurniawan (2013: 27) pendidikan merupakan seluruh aktivitas atau upaya sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik terhadap semua aspek perkembangan kepribadian, baik jasmani dan rohani, secara formal, informal dan nonformal yang berjalan terus-menerus untuk mencapai kebahagiaan dan nilai yang tinggi baik nilai insaniah maupun ilahiyah.

Muhaimin (2004: 19) menjelaskan tentang pengertian pendidikan bahwa pendidikan ialah tindakan yang sadar dan bertujuan untuk memelihara dan mengembangkan fitrah serta potensi (sumber daya insani) menuju kesempurnaan insani (insan kamil).

Pendidikan menurut Undang-Undang (UU Nomor 20

Tahun 2003) pasal 3 menyebutkan “Pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan mengembangkan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demikratis serta

(60)

130

Pendidikan dalam pengertian di atas dapat dipahami bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan terkonsep serta terencana untuk memberikan pembinaan dan bimbingan pada peserta didik (anak-anak). Bimbingan dan pembinaan tersebut tidak hanya berorientasi pada daya pikir (intelektual) saja, akan tetapi juga pada segi emosional karena dengan pembinaan dan bimbingan dapat membawa perubahan pada arah yang lebih positif. b. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Sebagai suatu komponen pendidikan, tujuan pendidikan menduduki posisi penting diantara komponen-komponen pendidikan lainnya (Tirtarahardja, 2008: 36).

(61)

131

1) Pendidikan mengandung tujuan yang ingin dicapai, yaitu individu yang kemampun-kemampuan dirinya berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidupnya sebagai seorang individu.

2) Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan perlu melakukan usaha-usaha yang disengaja dan berencana dalam memilih isi (materi), strategi kegiatan, dan teknik penilaian yang sesuai. 3) Kegiatan tersebut dapat diberikan dalam lingkungan keluarga,

sekolah dan masyarakat,pendidikan formal dan pendidikan non formal.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk menanamkan nilai kebaikan dan membentuk manusia serta keseluruhan serta mengembangkan potensi yang dimilikinya. Tidak hanya memiliki kepandaian dalam berfikir tetapi juga respek terhadap lingkungan, dan juga melatih setiap potensi diri anak agar dapat berkembang ke arah yang lebih baik.

c. Jenis-Jenis Pendidikan

Jenis pendidikan yaitu meliputi pendidikan informal, formal, dan non formal:

1) Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seorang dirumah dalam lingkungan keluarga.

(62)

132

3) Pendidikan non formal adalah usaha khusus yang di selenggarakan secara terorganisasi agar terutama generasi muda dan juga dewasa yang tidak dapat sepenuhnya atau sama sekali tidak berkesempatan mengikuti pendidikan sekolah dapat memiliki pengetahuan praktis dan keterampilan dasar yang mereka perlukan.

2. Karakter

a. Pengertian Karakter 1) Menurut Bahasa

Pengertian karakter menurut bahasa kata karakter (inggris:character) berasal dari bahasa yunani, eharassein yang

berarti “ to engrave” (Ryan and Bohlin, 1999: 5) dapat diterjemahkan menjadi, mengukir, melukis, memahatkan, atau menggoreskan. Berbeda dengan bahasa inggris, dalam bahasa

(63)

133

perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat (Suyadi, 2013: 5).

2) Menurut Istilah

Pengertian karakter menurut istilah Karakter adalah cara berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang telahdilakukannya (Damayanti, 2014: 11)

Philips sebagaimana dikutip Muslich (2011: 70) berpendapat bahwa karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi bahwa, sikap dan perilaku yang ditampilkan.

Kahn (2010: 1), menyatakan karakter (character) adalah attitude pribadi yang stabil hasil proses konsolidasi secara

(64)

134

Karakter dalam pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerja sama baik, dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun Negara.

b. Unggul

Unggul adalah lebih tinggi (luhur, pandai, cakap) dari yang lain, terbaik dan berkelebihan diantara yang lain. (http://www.organisasi.org/1970/01) arti unggul kamus nama-kata, individu yang berkarakter unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan, dirinya, sesama, lingkungan, dan bangsa dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (Susilo, 2013: 27).

c. Karakter Unggul

Berdasarkan definisi di atas, maka karakter unggul adalah sebuah bentuk kepribadian khusus yang melekat pada diri pribadi seseorang yang membedakan antara satu orang dengan yang lainya.

d. Metode pembentukan karakter unggul

(65)

135 1) Metode Pengajaran

Mengajarkan pendidikan karakter dalam rangka memperkenalkan pengetahuan teoritis tentang konsep-konsep nilai. Anak-anak akan banyak belajar dari pemahaman dan pengertian tentang nilai-nilai yang dipahami oleh para pendididk dalam setiap perjumpaan mereka.

2) Metode keteladanan

Metode ketelanan adalah memberikan teladan atau contoh yang baik kepada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Metode ini merupakan pedoman untuk bertindak dalam merealisasikan tujuan pendidik.

3) Metode pembiasaan

Metode pembiasaan atau dalam istilah psikologi pendidikan dikenal dengan istilah operan conditioning. Siswa diajarkan untuk membiasakan berperilaku terpuji, giat belajar, bekerja keras, bertanggung jawab atas setiap tugas yang telah diberikan.

4) Metode hukuman dan ganjaran

(66)

136

melihat mata membelalak, ada yang bisa berubah dengan bentakan dan ancaman ada yang baru berubah dengan hukuman yang menyakitkan pada fisiknya.

Akan tetapi, hukuman secara fisik atau setiap hukuman yang menyebabkan anak mengalami trauma mental harus dihindari dan dipilih metode-metode yang edukatif (Mursidin, 2011: 71).

e. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter dalam pengertian diatas adalah pendidikan untuk membentuk pola sifat atau karakter baik mulai dari usia dini, agar karakter baik tersebut tertanam dan mengakar pada jiwa anak.

Pendidikan karakter adalah pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada aspek kognitif saja, akan tetapi lebih berorientasi pada proses pembinaan potensi yang ada dalam diri anak, dikembangkan melalui pembiasaan sifat-sifat baik yaitu berupa pengajaran nilai-nilai karakter yang baik. Setiap individu dilatih agar dapat memelihara sifat baik dalam diri (fitrah) sehingga karakter tersebut akan melekat kuat dengan latihan melalui pendidikan sehingga akan terbentuk akhlakul karimah.

(67)

137

titian ilmu pengetahuan dan keterampilan. Karakter akan membentuk motivasi, dan pada saat yang sama dibentuk dengan metode dan proses yang bermartabat.

Karakter yang baik mencakup pengertian, kepedulian, dan tindakan berdasarkan nilai-nilai, etika, meliputi aspek kognitif, emosional, dan perilaku dari kehidupan moral (Damayanti, 2014: 12). Namun pendekatan yang dipakai hanya mengandalkan kemampuan kognitif anak saja (menghafal, pasal, ayat, dan isi) dalam pembelajaran moral pancasila dan agama, sehingga semua anak hanya mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk pada tingkat kognisi.

Al Qairawani dalam Megawangi (2004: 7) memaparkan bahwa begitu banyak manusia yang tahu perilakunya yang buruk tetapi tidak mampu mengubahnya. Diperlukan suatu pendekatan pendidikan karakter yang eksplisit, yang mencakup bukan saja kesadaran atau pengetahuan tentang baik dan buruk, tetapi juga mencakup bagaimana menumbuhkan cinta kepada kebajikan, dan melatih secara terus menerus perbuatan baik dalam tindakan nyata, sehingga sifat-sifat baik menjadi ciri khas manusia Indonesia

(68)

138

dasarnya. Jika manusia dapat mengendalikan karakter, misalnya watak, amarah, tentu dalam pendidikan akan berjalan baik.

Landasan dasar pendidikan karakter, pendidikan karakter berorientasi pada pembentukan manusia yang berakhlak mulia dan berkepribadian luhur. Maka dalam hal ini, landasan dasar daripada pendidikan karakter adalah sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003, yaitu

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.”

D.Yahya Khan, pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berfikir dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja sama sebagai keluarga, masyarakat, dan bangsa. Serta membantu orang lain untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan (Asmani, 2012: 31)

(69)

139 a. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran,bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai dengan iman dan taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa (Asmani, 2012: 42).

b. Fungsi pendidikan karakter

Fungsi pendidikan karakter antara lain dapat dipaparkan di bawah ini:

1) Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berfikir baik, dan berperilaku baik.

2) Memperkuat membangun perilaku bangsa yang multi kultur. 3) Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam

pergaulan dunia.

(70)

140

Suyanto dalam Asmani (2012: 51) menyebutkan Sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal manusia, Sembilan pilar karakter itu adalah sebagai berikut:

1) Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya 2) Kemandirian dan tanggungjawab 3) Kejujuran atau amanah

4) Hormat dan santun

5) Dermawan, suka menolong, dan gotong royong 6) Percaya diri dan pekerja keras

7) Kepemimpinan dan keadilan 8) Baik, dan rendah diri

9) Toleransi, kedamaian, dan kesatuan

(71)

141

keterampilan (skills) yang meliputi keinginan untuk melakukan hal yang terbaik.

Lickona (Wahab, 2011: 69) dalam Endraswara (2013: 3) pendidikan karakter akan meningkatkan kognitif, afektif, dan perilaku manusia yang lebih bermoral. Pendidikan karakter yaitu perilaku, perbuatan, sikap yang lahir yang didasari oleh nalar dan pemikiran (yang tepat). Pendidikan karakter yang baik, ideal, disebut sebagai pendidikan karakter luhur. Konsep ini mencakup makna etik dan etiket sekaligus. Artinya, pendidikan karakter adalah nilai, aturan baik, buruk yang harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konsep spiritualisme Islam makna ini disebut dengan konsep akhlaqul karimah.

Pendidikan karakter mempunyai tujuan jangka panjang yang mendasarkan diri pada tanggapan aktif konstektual individu atas impuls natural social yang diterimanya yang pada gilirannya semakin

(72)

142

Hal tersebut bermaksud bahwa pendidikan karakter berperan dalam mengembangkan manusia secara individu, yang mana keluarga dan sekolah mendukungnya dengan bekerjasama memberikan pendidikan secara praktek sebagai kelanjutan dari proses pengajaran. f. Motivasi

Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu

tujuan. Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat

diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.

Mc. Donald mengartikan motivasi adalah sebuah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya

“feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adannya tujuan (Sardiman,1994:73).

Atkinson (1997) mengartikan motivasi adalah sebuah istilah yang mengarah kepada adannya kecenderungan bertindak untuk menghasilkan satu atau lebih pengaruh-pengaruh.

Freud (1966) menyatakan bahwa motivasi adalah energi phisik yang memberi kekuatan kepada manusia untuk melakukan tindakan tertentu.

(73)

143

yang mengarahkan aktivitas individu menjcapai tujuan yang perlu didorong dan di jaga (Wahyudi, 2010:13).

Pengertian motivasi diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah proses agar selalu melakukan tindakan yang mengarah kepada tercapainya tujuan juga tujuan hal yang sangat penting.

C. Remaja putus sekolah

1. Remaja

a. Pengertian Remaja

Gambar

Tabel 3.1 letak geografis Balai Rehabilitasi sosial “Wira Adhi
Tabel 3.2 sarana dan pra sarana Balai Rehabilitasi Sosial “Wira
Tabel 3.3 sasaran yang dituju Balai rehabilitasi Sosial “Wira
Tabel 3.5  Keadaan Pegawai Balai Rehabilitasi Sosial
+3

Referensi

Dokumen terkait

Također Gantterova osnovna verzija prostorom je ograničena na manji broj dostupnih GB, nego što je to slučaj u Gantterovoj verziji za Google disk, pa samim time veliki

Mengingat melihat bahwa menopause bukanlah suatu penyakit dan secara alamiah akan dialami semua wanita secara alamiah biasanya terjadi bertahap mulai usia 45

Berdasarkan hasil penelitian kelas yang dilakukan pada kelas V SD 2 Kandangmas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri berbantuan media gambar fotografi

DALAM USAHA MENGATISIPASI TERJADINYAKREDIT BERMASALAH (Studi Pada PT.. Bank Tabungan Negara(Persero) Tbk. Kantor

INPUT DATA GURU INPUT DATA SISWA LOGIN ADMINADMIN GURU SISWA 1 LOGIN ADMIN + 2 SISTEM ADMINISTRATOR SISWAA TOPIK KELASS GURU MATERI 3 LIHAT SISWA 4 REGISTRASI SISWA 5 LOGIN SISWA

Dalam perhitungan yang dilakukan oleh perusahaan dan penulis ada perbedaan hal ini disebabkan karena biaya depresiasi, biaya listrik dan telpon, biaya asuransi dan biaya reparasi

Dalam menganalisis kinerja Reksa Dana, penulis melakukan pengukuran dengan menggunakan metode time-weighted rate of return, dengan menggunakan formula pendekatan dietz, hasil

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa peningkatan hara nitrogen pada akhir penelitian pembibitan berpengaruh nyata terhadap peningkatan Petiole Cross Section (PCS),