• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. GAMBARAN UMUM PEMBINAAN HIDUP RELIGIUS PARA

B. Pembinaan Hidup Religius Yunior PRR dalam Tahun 2006 s/d 2007

1. Pembinaan yunior berkala tahun 2006

Pembahasan tentang pembinaan yuniorat berkala dalam kongregasi Puteri Reinha Rosari, penulis akan mendalami proses pembinaan yuniorat berkala yang dilaksanakan di wilayah Jawa, tahun 2006 s/d 2007. Topik dan kajian dalam penulisan ini, akan dipaparkan mengena i jumlah peserta pertemuan, latar belakang pendidikan, materi, pembina serta evaluasi.

a. Jumlah peserta pertemuan tahun 2006

Untuk mengetahui jumlah peserta pertemuan yuniorat tahun 2006 terlebih dahulu penulis memaparkan jumlah suster yunior dalam kongregasi PRR secara keseluruhan dan dinamika pembinaan yang selama ini dilaksanakan dalam kongregasi PRR. Jumlah suster yunior PRR tahun 2006 berjumlah seratus empat puluh sembilan orang (Kongregasi PRR, 2006: 3).

Pembinaan yuniorat berkala dilaksanakan di beberapa wilayah seperti Flores, Timor Leste, Papua, Jawa dan Kalimantan. Pembinaan yuniorat dalam kongregasi PRR tidak dapat dilaksanakan secara bersama karena jumlah para suster yunior dalam kongregasi PRR cukup banyak dan menyebar di banyak komunitas serta kesulitan transportasi. Oleh karena itu pihak kongregasi mengambil kebijakan agar pertemuan yuniorat dapat dilaksanakan di beberapa wilayah yang bertujuan agar pembinaan ini dapat menjangkau dan menyapa para suster yunior, namun tidak menutup kemungkinan para suster dari wilayah lain mengikuti pertemuan di wilayah tertentu seperti para suster yunior yang berkarya di Kalimantan Barat dan Bali dapat mengikuti pertemuan yuniorat di Jawa.

Untuk memudahkan penulisan lebih lanjut, penulis akan melihat dan mendalami proses pembinaan yuniorat yang berlangsung di wilayah Jawa.

Jumlah peserta pembinaan yuniorat berkala tahun 2006 berjumlah dua puluh sembilan orang yang terdiri dari tujuh angkatan yakni angkatan yang mengikrarkan kaul sementara tahun 1999 s/d 2005. Jumlah suster angkatan tahun 1999 berjumlah tiga orang, angkatan tahun 2000 berjumlah enam orang, angkatan tahun 2001 berjumlah empat orang, angkatan tahun 2002 berjumlah tiga orang, angkatan tahun 2003 berjumlah delapan orang, angkatan tahun 2004 berjumlah tiga orang, angkatan tahun 2005 berjumlah dua orang [Lampiran 3: (3)].

Para suster ini datang dari berbagai komunitas seperti komunitas Pontianak berjumlah dua orang, komunitas Balaikarangan berjumlah satu orang, komunitas Piling berjumlah satu orang, komunitas Tabanan berjumlah satu orang, komunitas Surabaya berjumlah tiga orang, komunitas Cimanggis berjumlah enam orang, komunitas Pademangan berjumlah dua orang, komunitas Cijant ung berjumlah satu orang, komunitas Utan Kayu berjumlah empat orang dan komunitas Magnificat berjumlah delapan orang [Lampiran 3: (3)].

Berdasarkan usia kelahiran setiap angkatan berbeda-beda. Suster yunior yang lahir antara tahun 1968 s/d 1972 berjumlah tiga orang, suster yang lahir antara tahun 1973 s/d 1977 berjumlah dua belas orang, suster yang lahir antara tahun 1978 s/d 1982 berjumlah empat belas orang.

Bidang karya yang ditangani oleh setiap suster yunior cukup bervariasi yang meliputi bidang pastoral, sosial, pendidikan dan studi lanjut [Lampiran 3: (3)].

b. Latar belakang pendidikan peserta tahun 2006

Tingkat pendidikan masing- masing peserta pertemuan antara lain berijazah SMA, SMEA, PGA. Suster yang menyelesaikan pendidikan SMA berjumlah dua puluh lima orang, sedangkan yang menyelesaikan pendidikan SMEA berjumlah tiga orang serta yang menyelesaikan pendidikan PGA berjumlah satu orang. Ada lima belas suster saat ini sedang menempuh perkuliahan di beberapa universitas yakni lima orang menempuh perkuliahan di Jakarta antara lain, tiga orang di fakultas Teologi, dua orang di fakultas kedokteran. Suster yang menempuh perkuliahan di Surabaya berjumlah satu orang jurusan PGTK, dan suster yang menempuh perkuliahan di Madiun berjumlah satu orang jurusan bahasa Inggris. Suster yang menempuh perkuliahan di Yogyakarta berjumlah delapan orang yakni tiga orang jurusan analis kesehatan, satu orang di fakultas Teologi, satu orang di jurusan Fisika serta tiga orang di prodi IPPAK. Suster yang telah berkarya sebanyak empat belas orang yakni lima orang berkarya di bidang pastoral, lima orang di bidang sosial, empat orang berkarya di bidang pendidikan [La mpiran 3: (3)].

c. Waktu pelaksanaan pembinaan tahun 2006

Selama masa yuniorat, tiga kali setahun diadakan pekan pembinaan atau penyegaran rohani dibawa bimbingan dan pengaturan seorang pemimpin yunior yang ditunjuk oleh pimpinan umum dan dewan pimpinan umum (Konst, art. 338). Kenyataan yang terjadi dalam pembinaan yuniorat di wilayah Jawa hanya dilaksanakan satu kali pada setiap akhir tahun. Situasi ini disebabkan banyak suster masih menempuh pendidikan lanjutan sehingga kesempatan untuk mengadakan pertemuan hanya bisa dilaksanakan pada akhir Desember yang mana banyak suster

yang sudah libur. Pertemuan ini dilaksanakan selama empat hari berturut-turut mulai tanggal 27 s/d 30 Desember 2006 bertempat di Wisma Magnificat, Yogyakarta.

d. Materi pembinaan tahun 2006

Tema pertemuan yuniorat berkala tahun 2006 adalah “Mencari Identitas Kerasulan PRR di Tengah Kerasulan Gereja dan Masyarakat dalam Zaman yang Berubah- ubah”. Dari tema umum dijabarkan lagi ke dalam beberapa sub tema yang akan dibahas dalam pertemuan [Lampiran 3: (4)].

Tema pertama disampaikan oleh Suster Maria Gratiana, PRR tentang jati diri seorang PRR di tengah perutusan Gereja zaman sekarang. Tema ini diangkat bertepatan dengan rencana pemulangan jasad Mgr. Gabriel Manek, SVD pendiri kongregasi PRR dari America Serikat ke tengah-tengah kongregasi PRR. Dikatakan bahwa pemulangan pendiri, pertama-tama bukan hanya mengenangkan sejarah masa lampau, bukan pula suatu kebanggaan akan dia sebagai pendiri kongregasi PRR tetapi yang terpenting adalah kehadirannya menghidupkan kembali spiritualitas dan kharisma, visi dan misi serta nilai- nilai yang pernah dihidupi sebagai seorang imam religius, uskup dan pendiri kongregasi PRR. Kehadiran pendiri di tengah kongregasi mengingatkan anggota dalam mengaktualkan cita-cita pendiri sesuai dengan tanda zaman yang terus berubah ini. Untuk membatinkan nilai dan keutamaan pendiri dibutuhkan latihan rohani yang terus- menerus serta belajar dari Yesus yang terus mencari waktu dan tempat untuk berdialog dengan Bapa-Nya (Kongregasi PRR, 2006: 2-3).

Tema kedua disampaikan oleh Suster Maria Felixia, PRR tentang nilai- nilai dan keutamaan pendiri dan rekan pendiri kongregasi PRR. Dikatakan bahwa setiap

anggota harus berjuang menghidupkan kembali apa yang menjadi warisan pendiri dan rekan pendiri yang saat ini mulai memudar dalam kongregasi seperti disiplin diri dan waktu, lemahnya ketahanan dalam menghadapi tantangan, kejujuran hati, mencintai ketrampilan, kepekaan hati mencintai dan keheningan (Kongregasi PRR, 2006: 4).

Tema ketiga disampaikan oleh Suster Maria Gratiana, PRR tentang identitas kerasulan PRR di tengah zaman yang berubah- ubah ini. Dalam kenyataan banyak kaum religius ingin menampilkan diri, memperkenalkan kekhasannya baik melalui kehadiran maupun kerasulan. Situasi ini membawa persaingan antar kongregasi yang menangani karya yang semula dihayati sebagai misi, mulai berubah kepada kebutuhan yang bersifat finansial serta arus globalisasi yang semakin mempengaruhi kehidupan kaum religius. Ole h karena itu setiap anggota perlu merefleksikan dan menemukan identitas kerasulan PRR di tengah zaman yang terus berubah ini. Kerasulan kunjungan keluarga, mendengarkan apa yang menjadi pengalaman umat, mencintai orang kecil kiranya tetap menjadi cirikhas kerasulan kongregasi ini (Kongregasi PRR, 2006: 5-7).

Tema keempat disampaikan oleh Suster Maria Gratiana, PRR tentang panggilan perempuan sebagai PRR. Pemilihan tema dilatarbelakangi oleh budaya patriakal yang mana kedudukan kaum perempuan kurang mendapat tempat yang layak di wilayah Flores Timur pada masa itu. Situasi ini mendorong Mgr. Gabriel Manek, SVD dalam mendirikan kongregasi Puteri Reinha Rosari. Pengakuan pendiri tentang kekuatan-kekuatan yang dimiliki yakni kaum perempuan memiliki kepekaan menanggapi situasi. Kongregasi Puteri Reinha Rosari didirikan pertama-tama bukan karena umat Flores Timur memiliki devosi khusus kepada Bunda Maria, tetapi figur

Maria adalah perempuan perkasa yang membawa pemenuhan janji Allah kepada umat manusia. Oleh karena itu pendiri memilih Bunda Maria sebagai inspirator dalam mendirikan kongregasi ini (Kongregasi PRR, 2006: 8-11).

e. Pembina peserta tahun 2006

Pertemuan yuniorat berkala di wilayah Jawa dipercayakan kepada Sr. Maria. Gratiana, PRR sebagai pembina. Suster ini telah memiliki pengalaman dalam tugasnya seperti pernah bekerja di sekretariat keuskupan, pemimpin komunitas, dosen Kitab Suc i di Fakultas Teologi dan FKIP prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma dan saat ini sebagai wakil pimpinan umum kongregasi PRR. Dalam pertemuan yuniorat ini, Suster Maria Gratiana mengundang pula Suster Maria Felixia, PRR untuk memberikan materi kepada para peserta yuniorat. Hal ini dimaksud agar peserta pertemuan memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam dan memperoleh wawasan yang lebih luas (Kongregasi PRR, 2006: 13).

f. Evaluasi pembinaan tahun 2006

Perjuangan untuk mencapai kesempurnaan hidup selalu menjadi perhatian dalam pembinaan dan perkembangan hidup pribadi, komunitas maupun kongregasi. Sebagai permenungan, pembaharuan dan pembenahan diri maka suster yunior PRR perlu meninjau kembali hal- hal yang perlu dibaharui seperti kesetiaan dalam mengikuti perayaan Ekaristi, latihan rohani yang teratur, bacaan rohani, pendalaman konstitusi dan Kitab Suci, kedisiplinan diri dan waktu, keikhlasan dalam memaafkan dan mengampuni, semangat mendengarkan, kerendahan hati, bermatiraga, membuat pembedaan Roh dalam membaca tanda-tanda zaman, kekuatan untuk mengambil

resiko, membangun komunikasi yang terbuka dan jujur, penggunaan handphone dan alat komunikasi lainnya secara benar dan bertanggung jawab, meningkatkan prioritas kerja, membangun sikap konsekuen dengan keputusan bersama, kreativitas dalam bekerja dan tahu bersyukur atas kebaikan Tuhan [Lampiran 3: (6)].

Dokumen terkait