• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. PEMBINAAN HIDUP RELIGIUS YUNIOR MENURUT

B. Tahap-tahap Pembinaan Hidup Religius

Dalam seluruh proses pembinaan bertujuan meningkatkan disposisi seorang yunior untuk menghayati bentuk hidup bakti yang dilaksanakan secara bertahap sehingga dapat menye ntuh dan menyapa setiap pribadi yang dibina. Untuk mengendapkan perjalanan pembinaan dalam konteks pengolahan hidup maka perlu adanya refleksi sejauhmana seorang yunior telah menjadi religius zaman ini.

Seluruh masa pembinaan menuju profesi kekal merupakan proses selektif dari pembinaan dasar. Proses ini tetap berlangsung terus- menerus yang mengandaikan adanya pertumbuhan dan perkembangan hidup rohani, bersama dan karya kerasulan serta penghayatan kaul kebiaraan. Proses ini memiliki tahapan dan gerak dinamis dalam pembinaan menuju kematangan dan kedewasaan manusiawi.

1. Tahap- tahap pembinaan hidup religius pada umumnya

Pembinaan sebagai proses kesinambungan yang dimulai dari masa aspirat, postulat, novisiat dan yuniorat, bahkan terus berlangsung melalui on going

formation (Mardi Prasetya, 2001b: 290). Untuk mencapai tujuan tertentu maka pembinaan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk membatinkan nilai- nilai hidup religius sehingga mampu mewujudkan dalam kesaksian hidup. Pembinaan memiliki tahap-tahap berdasarkan tujuan dan sasaran yang akan dicapai kongregasi.

a. Aspirat

Setiap usaha dalam pembinaan membantu orang bertumbuh menjadi pribadi yang dewasa sehingga dapat mengetahui arah dan tujuan pembinaan anggota muda dalam suatu kongregasi. Oleh karena itu dalam pembinaan dan perjalanan panggilan hidup seorang religius harus melewati masa pembinaan mulai aspirat sampai profesi kekal.

Tujuan umum dalam masa ini untuk menciptakan iklim dan fasilitas agar calon mampu menemukan arah hidup sebagai jawaban iman dalam mewujutkan cita-cita dan panggilan hidupnya.

Tujuan khusus dalam masa ini untuk menciptakan iklim dan fasilitas agar calon mengenali kemampuan dan hambatan bila ia bergabung dalam kongregasi untuk mewujudkan cita-cita dan panggilan Tuhan. Dalam terang iman dan hati yang bebas mampu mengambil keputusan untuk memilih salah satu kongregasi (Mardi Prasetya, 2001b: 291).

b. Postulat

Kata postulat berasal dari bahasa Latin “postulare” yang berarti mengajukan permohonan (Verhoeven, 1969: 720). Masa ini merupakan masa

peralihan dan perkenalan bagi calon agar dapat berorientasi dan mengenal kehidupan membiara.

Tujuan umum dalam masa ini untuk memperdalam manusia Kristiani yang integral dalam diri kandidat sebagai dasar untuk memperoleh kedewasaan dalam memilih panggilannya dan mulai memperkenalkan kepada mereka tentang kekhasan kongregasi yang akan dipilih.

Tujuan khusus dalam masa ini untuk menciptakan suasana dan fasilitas serta memberikan perhatian khusus pada pembinaan manusia. Memperkembangkan sikap yang mendalam tentang hidup sebagai orang Kristiani, serta secara efektif memperdalam pengetahuan dan pengertian tentang hidup bakti dan kongregasi ya ng (Mardi Prasetya, 2001b: 292).

c. Novisiat

Kata novis berasal dari bahasa Latin “Nocius” yang berarti orang baru yang belum berpengalaman. Baru dalam barisan kongregasi dan masa pembentukan anggota baru (Verhoeven, 1969: 724). Masa ini merupakan masa pembinaan untuk menjajaki kesungguhan sikap dan motivasi dasar panggilan calon, sehingga pihak kongregasi mempunyai bukti-bukti yang mendasar tentang pribadi calon. Para novis mampu mengubah diri dan hidup atas dasar kerohanian kongregasi beserta tuntutannya.

Tujuan umum dalam masa ini untuk menyediakan pembinaan yang memungkinkan calon mulai mengintegrasikan nilai- nilai hidup religius dalam kehidupan sehari- hari, sehingga sampai kepada keputusan bebas untuk penyerahan

diri dalam kaul sementara dalam kongregasi. Para calon semakin mengikatkan diri pada Tuhan dan menemukan-Nya dalam setiap pengalaman hidup.

Tujuan khusus dalam masa ini untuk memperoleh kemajuan dalam hidup rohani dan melibatkan calon dalam hidup serta pengalaman akan Allah secara baru lewat proses latihan rohani dan refleksi, melalui pengalaman komunitas yang terpisah dari komunitas karya. Intensitas pengalaman akan Allah praksis terjadi pada masa tahun pertama yang disebut tahun kanonik dimana sungguh menekankan pengembangan hidup rohani dalam situasi dan kondisi melalui latihan rohani. Pada masa tahun kedua yang disebut tahun eksperimen, seorang calon masuk dalam proses inkorporasi ke dalam tubuh kongregasi apostolik. Masa ini bertujuan memiliki realitas hidup yang menjurus pada kesediaan untuk mengikatkan diri dalam cara hidup kongregasi serta memahami tuntutan perutusan terhadap Gereja dan masyarakat (Mardi Prasetya, 2001b: 294).

d. Yuniorat

Masa ini merupakan kelanjutan dari masa eksperimen dan pendalaman semangat dan cara hidup kongregasi yang bertujuan agar calon mempunyai sikap mencintai kongregasi secara mendalam sehingga mempunyai cukup alasan untuk menerimanya secara definitif sebagai anggota kongregasi dalam profesi kekal. Pihak anggota dituntut keaktivan dan kerelaan untuk membina diri agar semakin menjadi pribadi religius yang matang dan tangguh sesuai dengan kharisma dan spiritualitas kongregasi (Mardi Prasetya, 2001b: 298).

e. Bina lanjut (on going formation)

Pembaharuan diri terus- menerus berdasarkan tuntutan zaman dan spiritualitas kongregasi, pembinaan bertujuan memperkembangkan kemampuan dan ketrampilan dalam membatinkan nilai-nilai religius dan cita-cita kongregasi. Masa ini merupakan kesempatan mewujudkan pengabdian sebagai ungkapan iman sesuai dengan kharisma kongregasi serta memberikan kesaksian hidup bakti kongregasi dalam Gereja dan masyarakat (Mardi Prasetya, 2001b: 300).

2. Tahap- tahap pembinaan religius menurut konstitusi kongregasi PRR Seluruh perjalanan pembinaan dalam kongregasi PRR dijiwai oleh sentuhan gambaran Maria dalam misteri keselamatan. Para suster Puteri Reinha Rosari meneladani semangat Bunda Maria Ratu Rosari yang selalu mendekatkan diri pada Yesus melalui doa rosario, jalan salib, peresapan spiritualitas, Sabda dan Ekaristi yang menjadi pusat hidup PRR (Biara Pusat PRR, 2006: 12). Dengan semboyan “Da Mihi Virtutem” yang berarti “Tuhan berilah aku kekuatan”, memampukan para suster PRR percaya akan kekuatan Allah dalam perjalanan panggilan hidup. Kongregasi berusaha menanggapi kebutuhan Gereja dengan berupaya mencari dan menemukan anggota baru untuk meneruskan karya perutusan Yesus. Dalam mewujudkan cita-cita tersebut, para calon dilatih, dibina melalui tahap-tahap pembinaan.

a. Promosi panggilan PRR

Untuk memenuhi tugas perutusan dalam Gereja dan kongregasi PRR maka setiap anggota bertanggung jawab dan berusaha mengadakan kegiatan kerasulan

melalui promosi panggilan di setiap komunitas. Promosi panggilan merupakan kesempatan menemukan calon sekaligus panggilan pribadi untuk menjadi murid Kristus dangan kesungguhan hati. Oleh karena itu panggilan perlu dipromosikan kepada kaum muda secara lebih menarik dan kreatif.

Tujuan dalam masa ini untuk memperoleh panggilan-panggilan baru bagi kongregasi PRR sehingga dapat meneruskan perutusan-Nya melalui kesaksian hidup PRR. Para anggota diharapkan untuk mendoakan panggilan, baik secara pribadi maupun bersama (Konst, art. 316).

Fokus utama dalam masa ini untuk mendapatkan panggilan-panggilan baru dalam mengikuti jejak Kristus yang penuh cinta kasih, lemah lembut serta mengutamakan kemuliaan Allah dan keselamatan manusia.

b. Postulat PRR

Memperkenalkan hidup dalam komunitas iman yang menyatukan para calon dari berbagai latar belakang, suku dan budaya merupakan cara baru untuk mengarahkan para calon dalam menjawab panggilan Tuhan melalui cara hidup sebagai religius PRR.

Tujuan dalam masa ini membantu para calon menjadi seorang yang beriman dewasa, masuk dalam komunitas iman, merasakan panggilan Tuhan dan mengenal kongregasi PRR dan kerasulannya serta berani menentukan pilihan. Para calon mampu mengenal dirinya dan berkembang menjadi pribadi ya ng dewasa. Tujuan masa ini untuk menumbuhkan sikap kritis yang memungkinkan seorang calon mencari dan menemukan kebenaran sehingga dapat menanggapi situasi yang terjadi di luar dirinya. Dalam membangun komunitas iman, seorang calon dibekali

dengan pengetahuan iman melalui sejarah Gereja dan kongregasi, spiritualitas dan kharisma, visi dan misi kongregasi PRR serta devosi, sekaligus membangun hubungan pribadi dengan Kristus melalui renungan misteri dalam doa rosario (Konst, art. 317).

Fokus utama dalam masa ini adalah pembentukan komunitas iman dengan menghayati nilai- nilai Kerajaan Allah dan hidup bersama sebagai saudara dalam komunitas pembinaan.

c. Novisiat PRR

Setelah menjalani tahap pertama dalam pembinaan di postulat, para calon memasuki tahap pembinaan yang kedua dimasa novisiat. Pada masa ini para novis dibantu untuk bertumbuh secara intelektual, afeksi dan rohani yang mengarah pada kedewasaan pribadi, pengetahuan dan penghayatan iman yang semakin mendalam.

Tujuan dalam masa ini untuk mematangkan panggilan dalam mengikuti jejak Yesus utusan Bapa sebagaimana terdapat dalam spiritualitas kongregasi PRR. Masa ini pula merupakan masa untuk mengembangkan hidup rohani, membangun identitas diri di hadapan Allah yang disertai dengan keseimbangan hidup emosional dan hidup komunitas (Konst, art. 324).

Fokus utama dalam masa ini agar para novis mengenal dan mencintai Kristus sebagai pokok hidup tertinggi dan berani menyerahkan diri kepada Tuhan melalui cara hidup sebagai PRR. Dalam masa ini, seorang calon belajar unt uk menghayati nasehat- nasehat Injil secara radikal menurut semangat Yesus hamba Yahwe dan bunda Maria Allah yang berani memperjuangkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah dunia ini.

d. Yuniorat PRR

Pada masa yuniorat, seorang yunior berpartisipasi dalam karya kerasulan kongregasi dan pembentukan jemaat serta melibatkan diri dalam pelayanan di berbagai bidang sesuai kebutuhan Gereja setempat dan situasi zaman. Seorang anggota mempertajam kepekaan terhadap suara panggilan Tuhan dan bertumbuh dalam keyakinan, kepercayaan serta kematangan pribadi yang utuh dalam panggilan hidupnya sebagai religius PRR yang merasul. Masa ini merupakan kesempatan untuk memperhatikan keselamatan orang miskin dan terlantar, sekaligus menolong anggota untuk mengambil sikap dalam menjawab rencana Allah sehingga memiliki kemampuan untuk hidup berkomunitas dan berkarya (Konst, art. 336).

Fokus utama dalam masa ini untuk memperjuangkan nilai Kerajaan Allah dan perutusan-Nya dalam visi dan misi kongregasi serta meneladani pola hidup Maria ya ng mengikuti jejak Yesus. Masa yuniorat juga merupakan kesempatan pengkaderan diri terus- menerus menuju jati diri religius PRR yang dewasa seturut pola hidup Bunda Maria. Masa ini merupakan kesempatan untuk berusaha mengenal diri dan kemampuan hidup berkomunitas dan berkarya sekaligus merupakan kesempatan untuk semakin menghayati hidup menur ut ketiga kaul.

e. Tahap terakhir dari yuniorat PRR

Pada tahap terakhir masa yuniorat, seorang yunior diberi kesempatan untuk menjalani masa probasi. Masa ini merupakan kesempatan pemantapan terakhir dari masa yunioratnya. Oleh karena itu masa ini diperlukan masukan- masukan tertentu melalui koreksi persaudaraan yang bertujuan untuk melihat lebih jelas panggilan hidup sebagai PRR sekaligus mematangkan sikap hidup seorang religius.

Tujuan dari masa ini untuk merefleksikan pengalaman hidup religius dalam doa, kebersamaan, karya dan kaul-kaul seturut visi dan misi kongregasi PRR serta menyiapkan diri untuk menyerahkan diri seumur hidup dan melatih diri untuk semakin peka terhadap tuntutan panggilan sebagai PRR (Konst, art. 345).

Fokus utama dalam masa ini untuk mengarahkan diri menuju kematangan dan komitmen hidup menjadi manusia bijaksana dalam menilai dan menentukan pilihan hidup serta nilai-nilai yang ditawarkan sekaligus terlibat dalam aturan hidup harian komunitas.

f. Bina lanjut PRR

Pada masa ini diharapkan setiap anggota telah memiliki arah hidup dan ketetapan pengabdian secara penuh dalam kongregasi. Seorang anggota telah memiliki dasar dan kepenuha n hidup yang memampukan ia memikul salib sekaligus menjadi cahaya bagi orang lain sebagai perwujudan kasih Allah.

Tujuan dalam masa ini untuk mengarahkan seluruh kemampuan anggota demi perkembangan panggilan, kesuburan hidup rohani, pencapaian kematangan afektif, kognitif dan psikomotorik (Konst, art. 348).

Fokus utama dalam masa ini untuk mewujudkan hidup sebagai religius PRR sejati yang mengutamakan nilai Kerajaan Allah dan kesaksian hidup serta menjadi teladan dalam mewujudkan kerohanian kongregasi.

g. Usia senja PRR

Masa ini ditandai dengan penurunan produktivitas kerja dan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Masa lanjut usia

menjadi masa untuk membangun komunio, persaudaraan yang sejati dengan semua orang, terutama dengan saudari sekomunitas dan sekongregasi. Kenyataan ini hendaklah diterima dengan rela sehingga membuka kesempatan bagi anggota untuk memurnikan diri dan kerelaan untuk melaksanakan kehendak Allah (Konst, art. 358). Oleh karena itu kongregasi perlu memikirkan kehidupan para anggota yang telah lanjut usia yang mana mereka harus mendapatkan perhatian ya ng lebih baik dari para anggota lain.

C. Pembinaan Hidup Religius Para Suster Yunior PRR dalam

Dokumen terkait