• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. PENUTUP

B. Saran

Demi mewujudkan cita-cita pembinaan di masa yang akan datang, baik sebagai yunior, pembina dan para pemimpin komunitas serta pimpinan umum dan dewan pimpinan umum kongregasi, maka penulis memberikan saran sebagai bentuk perhatian sekaligus sarana yang dapat dimanfaatkan dalam upaya meningkatkan pembinaan hidup religius para suster yunior PRR saat ini.

Pertama, suster yunior perlu menjernihkan kembali motivasi panggilan hidup sebagai religius PRR melalui pengolahan hidup, pendalaman konsititusi, spiritualitas dan kharisma, visi dan misi pendiri sehingga dapat menumbuhkan rasa kecintaan kepada kongregasi PRR. Suster yunior perlu membina sikap terbuka dan menaruh kepercayaan kepada pemimpin, baik pimpinan umum kongregasi maupun pimpinan komunitas melalui refleksi dan wawancara pribadi.

Kedua, generasi muda perlu mendapatkan pendidikan seksualitas sebagai bagian hidup yang perlu diolah dan dikembangk an secara utuh. Hal ini akan sangat berpengaruh pada penghayatan kaul kemurnian dalam hidup membiara zaman ini sehingga mereka memiliki kematangan dan kedewasaan dalam mengolah rasa sebagai persiapan dalam tugas perutusan ditengah masyarakat plural.

Ketiga, meningkatkan kembali semangat kerendaha n hati dan bermatiraga, meditasi dan kontemplasi, bacaan rohani, pemeriksaan batin yang terus-menerus sehingga memampukan seorang yunior membuat pembedaan Roh dan menumbuhkan kepekaan hati dalam mengkritisi penggunaan media komunikasi secara baik dan bertanggung jawab.

Keempat, pihak kongregasi perlu me mpersiapkan tenaga pembina dan staf pembina yang profesional sehingga adanya intensitas pembinaan yang berkesinambungan.

Keenam, katekese model Shared Christian Praxis sebagai salah satu usulan program yang ditawarkan dalam upaya meningkatkan pembinaan hidup religius bagi para suster yunior PRR saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

Bergant, Dianne & Karris, Robert J. (Ed.) (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1989). Biara Pusat PRR. (2006). Pedoman Tarekat PRR tentang Pembinaan. Manuskrip

hasil rapat, 17 Agustus 2006 dalam rangka pembentukan regio baru dalam kongregasi PRR di Larantuka.

Darminta, J. (1982a). Berbagai Segi Penghayatan Hidup Religius Sehari-hari. Yogyakarta: Kanisius.

_________. (1982b). Dasar-dasar Hidup Religius: Inti Hidup Religius. Yogyakarta: Kanisius.

. (1983). Religius dan Pembaharuan Rohani. Yogyakarta: Kanisius. Groome, Thomas H. (1997). Shared Christian Praxis: Suatu Model Berkatekese

(F.X. Heryatno Wono Wulung, Penyadur). Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat. (Buku asli diterbitkan 1991).

Harjawiyata, Frans. (1993). Arah Baru Hidup Religius. Yogyakarta: Kanisius. Jacobs, Tom. (1985). Sikap Dasar Kristiani. Yogyakarta. Kanisius.

_________. (1986). Hidup Membiara: Makna dan Tantangannya. Yogyakarta: Kanisius.

Komisi Teologi KWI. (2006). Dialog antar Iman dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Nusatama.

Kongregasi PRR. (2006). Laporan Keadaan Kongregasi PRR. Manuskrip yang dikeluarkan dari hasil evaluasi akhir tahun 2006 di Larantuka. _________. (2007). Laporan Keadaan Kongregasi PRR. Manuskrip yang

dikeluarkan dari hasil evaluasi akhir tahun 2007 di Larantuka. Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II (R. Hardawiryana,

Penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1966).

Konstitusi & Direktorium Tarekat PRR. (1987). Manuskrip yang dikeluarkan oleh kongregasi PRR sebagai hasil musyawarah umum I, 27 November s/d 16 Desember 1985 di Riangkemie, Larantuka. Ladjar, L. (1983). Dasar-dasar Hidup Religius. Yogyakarta: Kanisius.

Lalu, Yosef. (2005). Katekese Umat. Jakarta. Komisi Kateketik KWI.

Lembaga Alkitab Indonesia. (Ed.) (2002). Kitab Suci Komunitas Kristiani. Jakarta: Obor.

Manek, Gabriel. (2003). Memperkenalkan Tarekat Puteri Re inha Rosari. Manuskrip yang dikeluarkan oleh Yayasan Mgr. Gabriel Manek dalam rangka pembenahan kembali arsip Yayasan di Sarotari, Larantuka.

Mangunhardjana, A. (1986). Pembinaan: Arti dan Metodenya. Yogyakarta: Kanisius.

Mardiatmadja, B . S . (2000). Panggilan Hidup Manusia. Yogyakarta: Kanisius. Mardi Prasetyo, F. (2000a). Unsur-unsur Hakiki dalam Pembinaan. Jilid 1.

Mardi Prasetyo, F. (2000b). Unsur-unsur Hakiki dalam Pembinaan. Jilid 2. Yogyakarta: Kanisius.

_________. (2001a). Tugas Pembinaan Demi Mutu Hidup Bakti. Jilid 1. Yogyakarta: Kanisius.

_________. (2001b). Tugas Pembinaan Demi Mutu Hidup Bakti. Jilid 2. Yogyakarta: Kanisius.

Mintara, A. (2002). Tantangan Zaman dan Prioritas Membaca. Rohani, 6, 8-11. Primadiana, Afra & Samosir, Agnes. (2003). Hidup Religius di Tengah Perubahan

Zaman. Dalam A. Sudiarja & A. Bagus Laksana (Ed.). Berenang di Arus Zaman: Tantangan Hidup Religius di Indonesia Kini (hal. 274-285). Yogyakarta: Kanisius.

Soenarja, A. (1987). Inspirasi Hidup: Dari Hari ke Hari dalam Terang Iman. Yogyakarta: Kanisius.

Suharyadi, A. (2006). Keteladanan Kaum Agamawan. Rohani, 3, 2-5.

Sumarno Ds., M. (2005). Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik. Diktat Mata Kuliah PPL PAK Paroki untuk Mahasiswa Semester V, Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Suparno, P. (2002). Budaya Instan dalam Hidup Membiara. Rohani, 8, 31-34. _________. (2003). Pastor, I Love You: Kaul Kemurnian dalam Tantangan Zaman.

Dalam A. Sudiarja & A. Bagus Laksana (Ed.). Berenang di Arus Zaman: Tantangan Hidup Religius di Indonesia Kini (hal. 358-371). Yogyakarta: Kanisius.

_________. (2007a). Krisis Hidup Membiara. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

_________. (2007b). Saat Jubah Bikin Gerah. Jilid 1. Yogyakarta: Kanisius. _________. (2007c). Saat Jubah Bikin Gerah. Jilid 2. Yogyakarta: Kanisius. Tafaib, Gratiana. (2007). Biji Gandum Itu Harus Mati Menghasilkan Buah.

Malang: Dioma.

Verhoeven. (1969). Kamus Latin Indonesia. Ende: Arnoldus.

Yohanes Paulus II. (1992). Pastores Dabo Vobis (Gembala-gembala akan Kuangkat Bagimu) (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1992).

_________. (1996). Evangelium Vitae (Injil Kehidupan) (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1995).

_________. (2006). Vita Consecrata (Hidup Bakti) (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI. (Dokumen asli diterbitkan tahun 2006).

(1)

Lampiran 1: Pedoman wawancara dengan suster yunior PRR 1. Kapan suster mengikrakan kaul pertama dalam kongregasi PRR! 2. Suster tinggal di komunitas mana saat ini!

3. Bidang karya apa yang suster jalankan saat ini! 4. Apa latar belakang pendidikan suster!

5. Sejak tahun berapa suster mengikuti pekan pembinaan yuniorat!

6. Bagaimana dengan materi yang disampaikan oleh pembina, apakah dapat tersampaikan dengan baik dan cocok dengan situasi!

7. Adakah metode lain yang digunakan dalam pembinaan, selain menggunakan metode yang sudah terlaksana !

8. Manfaat pembinaan yunior yang suster ikuti selama ini!

9. Bagaimana dengan pemilihan tempat dan waktu pelaksanaan pembinaan yunior berkala selama ini sudah cocok!

10.Apa saja yang menjadi tantangan dalam mengikuti pembinaan yunior! 11.Bagaimana suster menyikapi setiap tantangan yang dihadapi itu!

12.Adakah bentuk pembinaan lain yang suster ikuti selama masa yunior ini, selain mengikuti pertemuan yunior berkala dalam kongregasi PRR!

13.Sebagai suster yunior, dihadapkan dengan berbagai tantangan zaman. Apa saja yang menjadi tantangan zaman bagi kaum religius saat ini!

14.Apa pengaruhnya bagi suster yunior PRR dalam hid up rohani, hidup bersama dan hidup karya serta penghayatan kaul-kaul!

(2)

Lampiran 2: Pedoman wawancara dengan suster Maria Gabriela, PRR

1. Sebagai suster perdana dalam kongregasi PRR, suster banyak membantu anggota kongregasi PRR secara khusus suster yunior dalam pembinaan. Motivasi apa yang mendorong suster mendampingi para suster yunior ini!

2. Pengalaman apa yang paling berkesan bagi suster dalam mendampingi suster-suster muda!

3. Pengalaman apa yang mengecewakan, terlebih melihat kenyataan suster yunior dalam kurung waktu (5) tahun terakhir ini yang meninggalkan kongregasi PRR 4. Hambatan-hambatan apa yang suster hadapi dalam pembinaan yunior selama ini! 5. Realitas akhir-akhir ini bahwa banyak suster yunior bermasalah dan

meninggalkan biara. Faktor- faktor apa yang menyebabkan terjadinya permasalahan ini!

6. Apakah factor- faktor ini berkaitan erat dengan proses pembinaan awal (Postulat-Novisiat-Yuniorat) serta nilai- nilai kristiani yang diwariskan oleh pendiri dan rekan pendiri kongregasi!

7. Sebagai suster yunior selalu dihadapkan dengan berbagai tantangan zaman. Menurut Suster pemimpin, apa saja yang menjadi tantangan bagi hidup religius yunior PRR zaman ini!

8. Apa pengaruhnya bagi suster yunior PRR dalam menghayati hidup religiusnya, baik dalam hidup rohani, kebersamaan, karya dan penghayatan kaul-kaul.

9. Proses pembinaan yang macam manakah yang suster pemimpin cita-citakan yang sesuai dengan apiritualitas kongregasi dalam menghadapi perubahan zaman! 10.Saran apa yang dapat suster berikan demi meningkatkan mutu pembinaan hidup

(3)

Lampiran 3: Hasil wawancara dengan suster yunior PRR Pelaksanaan

1. Waktu pelaksanaan : Awal s/d akhir Mei 2008 2. Tempat : Jakarta dan Yogyakarta 3. Yang diwawancarai : Suster yunior, PRR 4. Jumlah Peserta : 15 orang

Pokok-pokok Pertanyaan dan Jawaban

1. Kapan suster mengikrakan kaul pertama dalam kongregasi PRR! • Tanggal 30 November, 2000 (5 orang)

• Tanggal 30 November, 2001 (1 orang) • Tanggal 30 November, 2002 (1 orang) • Tanggal 30 November, 2003 (4 orang) • Tanggal 30 November, 2004 (1 orang) • Tanggal 30 November, 2005 (3 orang) 2. Suster tinggal di komunitas mana saat ini!

• Komunitas Utan kayu • Komunitas Cijantung • Komunitas Pademangan • Komunitas Cimanggis • Komunitas Magnificat

3. Bidang karya apa yang ditangani suster saat ini! • Studi jurusan boga

• Studi jurusan analis kesehatan • Studi di fakultas Teologi • Studi jurusan informatika • Studi jurusan sekretari • Pendidikan

• Pastoral • Sosial

4. Apa latar belakang pendidikan suster ! • SMA/ SMU dan SMEA.

5. Sejak tahun berapa suster mengikuti pekan pembinaan yuniorat! • Tahun 2000 • Tahun 2001 • Tahun 2002 • Tahun 2003 • Tahun 2004 • Tahun 2005

6. Bagaimana dengan materi yang disampaikan oleh pembina, apakah dapat tersampaikan dengan baik dan cocok dengan situasi?

(4)

• Materi yang disiapkan oleh pembina sudah cocok dengan situasi saat ini dan dapat tersampaikan dengan baik.

• Materinya cukup bagus, hanya terkadang saya kurang mengerti secara baik. • Cara penyajiannya terlalu cepat dan menggunakan istilah baru atau bahasa

yang terlalu tinggi sehingga kadang sulit bagi saya.

• Materi ini sangat cocok dengan bidang yang saya jalankan saat ini.

• Waktu sharing dan diskusi masih dirasa kurang sehingga ada materi atau pertanyaan kurang dijawab secara lebih mendalam.

7. Selain menggunakan metode yang sudah terlaksana, adakah metode lain yang digunakan dalam pembinaan tersebut!

• Selama ini saya biasa mengikuti metode diskusi, Tanya jawab, sharing.

• Beberapa kali pembinaan yang saya ikuti terkadang menggunakan metode, menonton film yang sesuai dengan tema pertemuan.

• Dalam tahun-tahun terakhir ini, pembina lebih memberikan kesempatan menggali pengalaman (metode penggalian pengalaman hidup). Bagi saya, itu cukup membantu dalam mendalami materi yang diberikan.

8. Manfaat pembinaan yunior yang suster ikuti selama ini?

• Manfaat pembinaan bagi saya adalah membantu saya untuk semakin mencintai panggilan hidup religius.

• Saya dapat mempersiapkan diri untuk menjadi anggota penuh dalam kongregasi PRR.

• Membuat saya menjadi lebih dewasa dan matang dalam panggilan.

• Menambah wawasan dan pengetahuan saya yang masih dirasa kurang selama ini, membuat saya lebih kritis dengan situasi zaman saat ini.

9. Bagaimana dengan pemilihan tempat dan waktu pelaksanaan pembinaan yunior berkala selama ini sudah cocok?

• Pemilihan tempat dan waktu bagi saya secara pribadi sudah cocok dengan situasi saya.

• Bagi saya cukup sulit menentukan waktu yang baik karena selalu bertabrakan dengan judual kuliah yang tidak dapat ditinggalkan.

• Waktunya kurang cocok dengan saya karena pada bulan Desember saya harus mengadakan pelayanan di stasi-stasi.

• Terkadang sulit mendapat ijinan dari lembaga tempat saya bekerja juga sulit mendapat ijinan dari kampus.

• Waktu pertemuan bagi saya sudah sangat cocok, hanya tempatnya yang terkadang membuat saya bosan. Setiap tahun hanya di Yogyakarta saja, alias jarang mencari tempat lain agar menemukan suasana baru.

10.Apa saja yang menjadi permasalahan dalam mengikuti pembinaan yunior baik dari dalam maupun dari luar diri?

• Tantangan dari saya seperti kurang menjaga keheningan batin, kurang disiplin diri dan waktu, lemahnya daya refleksi, kurang mendalami bacaan rohani, membaca kitab suci dan konstitus i, malas berdoa.

• Hidup rohani dan jasmani saya terkadang lemah, kurang bersemangat dan mudah mengeluh dan berputus asa, saya me nggunakan handphone secara sembunyi dan tidak menyampaikan kepada pimpinan umum dan komunitas.

(5)

• Tantangan lain seperti tidak betah tinggal di komunitas, saling mencurigai, cemburu, tuntutan kerja yang terlalu berat, kesibukan dalam studi, menonton acara televisi berjam-jam, semangat bermeditasi, berkontemplasi, bacaan rohani, belajar mulai melemah dalam diri saya, menunda-nunda tugas-tugas kampus dan tugas di komunitas.

• Belum ada pembina yang dipersiapkan secara khusus untuk membina generasi muda dalam kongregasi. Dalam konsititusi menyatakan bahwa pekan pembinaan yuniorat dilaksanakan tiga kali dalam setahun, namun yang terjadi selama ini hanya satu kali dalam setahun.

• Saya kurang melakukan wawancara dengan pemimpin komunitas yang mana adanya sikap saling menunggu, seorang pemimpin komunitas menunggu jika diperlukan sedangkan seorang yunior menunggu panggilan dari pemimpin. • Saya sangat sulit menentukan waktu yang baik dan kondusif secara khusus

masih kuliah dan bekerja pada lembaga lain.

• Terkadang kami kurang mendapatkan perhatian dan perlakuan yang sama dari suster senior, apalagi dalam pertemuan komunitas, suara kami kurang didengarkan komunitas, suster senior kurang memberikan teladan bagi kami yunior.

11.Bagaimana suster menyikapi setiap tantangan yang dihadapi itu?

• Saya selalu membuat refleksi dan wawancara dengan pemimpin komunitas. • Saya menerima, setelah itu mengolah pengalaman dan menyelesaikannya,

baik itu tantangan pribadi maupun tantangan dalam kebersamaan dan karya yang saya tangani.

• Saya mudah terbawa emosi yang meledak- ledak namun saya berusaha untuk menerima dan menyelesaikannya.

• Segala permasalahan yang dihadapi, saya bawakan dalam doa dan tapa saya setiap hari.

• Saya belajar dari penga laman itu sendiri maupun pengalaman orang lain, sebab bagiku pengalaman adalah guru yang baik bagi perjalanan hidup selanjutnya.

12.Selain mengikuti pertemuan yunior berkala, adakah bentuk pembinaan lain yang suster dapatkan selama masa yuniorat ini ?

• Rekoleksi bulanan, retret tahunan, membaca bacaan rohani, pendalaman konstitusidan Kitab Suci.

• Membuat latihan- latihan rohani seperti meditasi, kontemplasi, refleksi.

• Mengikuti seminar-seminar, pertemuan biarawan/wati dari berbagai kongregasi, lokakarya bersama dengan biarawan/wati lain, kegiatan dan doa bersama di lingkungan, stasi dan paroki juga di kampus.

13.Sebagai suster yunior, dihadapkan dengan berbagai tantangan zaman. Apa saja yang menjadi tantangan zaman bagi kaum religius saat ini?

• Etika dalam pergaulan mulai menurun, kurang menjaga jarak dalam pergaulan dengan lawan jenis.

• Budaya instan dan perkembangan teknologi yang canggih, penggunaan handphone secara sembunyi-sembunyi. Lebih senang menikmati acara televis i berjam-jam daripada berdoa dan bekerja.

(6)

• Paham demokrasi terlalu meluas sehingga membuat orang tidak lagi saling menghormati serta menuntut haknya secara berlebihan dan saling menghagai satu sama lain.

• Budaya hedonisme yang mana orang hanya ingin menikmati daripada berjuang.

• Perkembangan teknologi juga mempengaruhi hidup religius saat ini.

14.Apa pengaruhnya bagi suster yunior PRR dalam hidup rohani, hidup bersama dan hidup karya serta penghayatan kaul-kaul.

• Semangat doa melemah, bekerja kalau ada pemimpin, kegiatan meditasi dan kontemplasi menurun.

• Hilangnya nilai- nilai dalam hidup religius, askese dan mataraga melemah, kurang menjaga keheningan dan refleksi, suka membantah pimpinan dan tidak saling mendengarkan, lemahnya daya juang dan mudah terpengaruh.

• Penghayatan tiga nasehat Injil melemah Memiliki barang-barang secara berlebihan, kurang menjaga fasilitas milik bersama.

15.Bagaimana upaya suster mengatasi kesulitan dalam penghayatan kaul? • Membuat latihan rohani dan banyak membaca bacaan rohani

• Menjaga jarak dalam pergaulan dengan lawan jenis dan membuat pembedaan Roh.

• Bersikap kritis dengan situasi yang sedang dihadapi dan situasi yang terjadi disekitarnya.

(7)

Lampiran 4: Hasil wawancara dengan sus ter Maria Gabriela, PRR Pelaksanaan

1. Waktu pelaksanaan : Tanggal 19 Mei 2008

2. Tempat : Komunitas Cimanggis-Jakarta 3. Yang diwawancarai : Suster Maria Gabriela, PRR Pokok-pokok Pertanyaan dan Jawaban

1. Sebagai pendamping suster pemimpin banyak membantu anggota kongregasi PRR secara khusus suster yunior dalam pembinaan. Motivasi apa yang mendorong sr pemimpin untuk mendampingi kami para Yunior!

• Saya bercita-cita agar generasi muda memiliki semangat kongregasi PRR sehingga mampu mengkaji setiap pristiwa hidup harian menuju kematangan hidup sebagai religius PRR.

• Saya mengasihi pribadi dan panggilan suster sebagai penerus kongregasi ini. 2. Pengalaman apa yang paling berkesan bagi suster dalam mendampingi

suster-suster muda!

• Yang berkesan bagi bagi saya adalah kemauan suster yunior untuk dibina, kerinduan untuk selalu membaharui diri dan bersemangat dalam mengikuti pembinaan yunior.

• Kegembiraan yang dirasakan suster yunior dalam kebersamaan menjadi kegembiraan saya sebagai suster senior ( mereka rindu bertemu).

3. Pengalaman apa yang mengecewakan, terlebih dengan melihat kenyataan suster yunior dalam kurung waktu (5) tahun terakhir ini!

• Dengan melihat sit uasi akhir-akhir ini, saya merasa prihatin dengan suster-suster muda. Banyak hal yang mulai melemah seperti daya refleksi, kurang mendalami bacaan rohani, membaca kitab suci dan konstitusi, manajemen hidup rohani dan jasmani yang lemah, tidak tahan uji dan berputus asa, keterbukaan hati dengan pimpinan komunitas masih lemah dalam diri kaum muda, kurang kritis menggunaan media komunikasi.

4. Hambatan-hambatan apa saja dalam pembinaan yuniorat selama ini!

• Intensitas pendampingan masih dirasa kurang karena perhatian dialihkan ke tugas-tugas lain (tidak full time).

• Wawancara pribadi kurang berjalan dengan lancar, pemimpin komunitas terlalu sibuk dengan tugas harian, manajemen hidup rohani lemah.

• Suster yunior kurang mencintai konstitusi kongregasi secara pribadi.

5. Realitas akhir-akhir ini bahwa banyak suster yunior bermasalah dan meninggalkan biara. Faktor- faktor apa yang menyebabkan terjadinya permasalahan ini!

• Saya melihat bahwa generasi muda kurang mendalami hidup rohani. • Tidak berani hidup melawan arus zaman.

• Pembedaan Roh masih lemah dan penggunaan handphone yang kurang terkontrol.

(8)

6. Apakah hal ini berkaitan erat dengan proses pembinaan awal (Postulat-Noviciat-yuniorat di komunitas) serta nilai- nilai kristiani yang diwariskan pendiri dan rekan pendiri kongregasi!

• Menurut saya, hal ini sangat berkaitan erat dengan proses pembinaan, baik di postulat, novisiat maupun yuniorat. Sebagaimana yang di ungkapkan oleh pendiri; novisiat yang setengah-setengah akan menghasilkan suster yang setengah-setengah. Kekaguman akan Tuhan kurang tumbuh dalam pembinaan dasar sehingga kurang mampu mengkaji pengalaman secara sungguh.

7. Sebagai suster yunior selalu dihadapkan dengan berbagai tantangan zaman. Menurut Suster pemimpin, apa saja yang menjadi tantangan bagi hidup religius zaman sekarang!

• Budaya instant yang sudah masuk dalam diri para religius khusunya dalam diri para suster PRR.

• Kemampuan membuat pembedaan Roh masih lemah sehingga mudah terpengaruh oleh situasi zaman.

• Rasa kehadiran Allah dalam diri religius mulai melemah dan tidak tahan uji apabila menghadapi tantangan hidup.

• Memahami paham demokrasi secara bebas sehingga kurang adanya penghargaan antara manusia.

8. Apa pengaruhnya bagi suster yunior PRR dalam menghayati hidup religiusnya, baik dalam hidup rohani, kebersamaan, karya dan penghayatan kaul-kaul!

• Pengaruhnya bagi suster-suster adalah lemahnya gaya hidup asketis dan kurang bermatiraga.

• Kurang memiliki semangat berkorban dan penghayatan tiga nasehat Injil. • Kurang mendalami hidup secara sungguh-sungguh dan kurang memiliki

komitmen hidup.

9. Proses pembinaan yang macam manakah yang suster pemimpin cita-citakan yang sesuai dengan spiritualitas kongregasi dalam menghadapi perubahan zaman! • Harus kembali ke sema ngat awal kongregasi dan pendalaman konstitusi dan

spiritualitas pendiri dan rekan pendiri perlu ditanam dalam diri kaum muda. • Selalu terbuka mencari kehendak Allah dan pembinaan diri yang

terus-menerus melalui latihan- latihan rohani.

• Meningkatkan kerjasama antara Pembina, pemimpin komunitas dan yunior bersangkutan.

10.Usul saran apa yang dapat suster berikan demi meningkatkan mutu pembinaan hidup religius yunior PRR selanjutnya!

• Pihak kongregasi perlu me mpersiapkan tenaga pembina dan staf pembina yang profesional sehingga adanya intensitas pembinaan yunior.

• Menggali kembali spiritulaitas dan kharisma kongregasi PRR.

(9) Lampiran 5: Teks Lagu

Oh Tuhan, pandanglah dunia ini. Dunia ya ng penuh dengan kerinduan hampa

Yang penuh dengan kebencian, yang penuh dengan penindasan. Yang penuh dengan kepalsuan nilai hidup ini.

Oh Tuhan dalam dunia masa ini, masihkah terang bersinar. Masihkah cinta membias. Masihkah hidup-Mu berarti.

Adakah seorang Nabi yang relakan bersaksi.

Tentang cinta dan damai-Mu Tuhan. Biarkanlah kami menjadi saksi-Mu. Bagai dian di persada-Mu indah. Pembawa kasih-Mu abadi. Cinta-Mu paling lestari tiada bertepi. Betapa rindunya hatiku bernyanyi.

Dalam ziarah hidupku yang bahari.

Di atas pucuk idamanku terhembus nafas hidupku. Bersemi dunia citra-Mu indah.

Dokumen terkait