• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan bibit

Dalam dokumen NYAMPLUNG TANAMAN MULTIFUNGSI (Halaman 59-65)

A. Tempat Tumbuh

3. Pembuatan bibit

Media untuk pembibitan adalah campuran topsoil dan kompos dengan perbandingan 1:1. Topsoil sebaiknya diayak dan dijemur terlebih dahulu sebelum dicampur dengan kompos, lalu dimasukkan ke dalam polybag. Jika memungkinkan, dianjurkan penggunaan media cocopeat untuk pembibitan nyamplung karena pertumbuhan bibit lebih baik daripada media topsoil (Suryawan, 2014). Kecambah benih nyamplung yang sudah berdaun ≥ 2 helai disapih ke dalam polybag, dan disusun secara rapat pada bedeng semai yang telah diberi naungan (paranet) dengan intensitas 50 – 60 % (Leksono, et al, 2014) (Gambar 24).

Selanjutnya, bibit dipelihara dengan disiram air hingga kapasitas lapang dan diberi fungisida untuk meminimalkan penyakit. Untuk memperoleh bibit yang berkualitas, pemeliharaan

50

bibit perlu dioptimalkan dengan memberikan perlakuan-perlakuan yang menunjang pertumbuhannya. Terkadang, perlu melakukan penyiraman menggunakan air laut dengan kadar 75 – 100 % yang dapat miningkatkan pertumbuhan bibit nyamplung (Hani, 2011). Sampai bibit berumur 4 bulan, penggunaan naungan dapat dikurangi secara bertahap dan dibuka penuh agar semai dapat mulai beradaptasi dengan kondisi lingkungan terbuka ketika ditanam di lapangan. Jarak antarpolybag juga mulai dijarangkan agar mendapatkan sinar matahari yang cukup dan merata untuk seluruh bibit. Umur bibit nyamplung di persemaian yang siap tanam kurang lebih 6 bulan.

(Surata, et al, 2012 dan http://tamanbibit.com)

Gambar 24. Pembibitan nyamplung

Untuk memacu pertumbuhan bibit nyamplung, dapat dilakukan dengan pemupukan pupuk anorganik (seperti NPK) ketika semai sudah kuat (berumur kurang lebih 4 bulan). Ada dua macam teknik pemberian pupuk, pertama dengan ditabur langsung di polybag dosis 6 butir/polybag. Kedua, dengan penyiraman setelah dilarutkan terlebih dahulu sebanyak 5 gram (1 sendok makan) dalam 1 liter air. Frekuensi pemupukan umumnya 2 minggu sekali, namun bila ingin bibit lebih cepat pertumbuhannya maka perlu dipacu dengan pemupukan 1 minggu sekali (Leksono, et al, 2014).

51

I Wayan Widhana Susila

Di samping itu, pada pemeliharaan bibit perlu juga dilakukan pengendalian terhadap hama, penyakit, dan gulma. Pengendalian dilakukan secara preventif (tindakan pencegahan), seperti pemberian fungisida pada media sebelum penyapihan kecambah untuk mencegah timbulnya jamur; dan tindakan kuratif dilakukan setelah timbul serangan hama serta penyakit dengan penyemprotan insektisida. Umur bibit nyamplung di persemaian yang siap tanam kurang lebih 6 bulan. Selanjutnya, kriteria bibit yang sudah siap tanam, sebagai berikut (Leksono, et al, 2014).

a. Akarnya kuat mengikat media. Jika bibit dicabut maka media dan akar akan membentuk gumpalan yang utuh.

b. Batang kokoh dan sudah berkayu, bibit tumbuh tegak, antara diameter dan tinggi tampak seimbang (biasanya dengan tinggi bibit 30-40 cm).

c. Pucuk sehat, daun segar, dan tidak terserang hama atau penyakit.

C. Penanaman dan Pemeliharaan Nyamplung

Jenis nyamplung sebaiknya ditanam dengan sistem agroforestry pada lahan masyarakat untuk kesinambungan produksi dan peningkatan hasil lahan. Di samping itu, karakter jenis nyamplung dalam pemanfaatannya dari segi ekonomis perlu waktu yang relatif lama (berdaur panjang). Untuk dapat menghasilkan buah nyamplung, butuh waktu (umur tanaman di lapangan) lebih dari 5 tahun, dan memerlukan tambahan waktu yang lebih lama untuk pemanfaatan hasil kayunya. Sebagai bahan baku untuk peralatan perahu di laut, umumnya memerlukan waktu lebih lama atau umur kayu yang lebih tua daripada untuk bahan baku kontruksi bangunan. Tanaman nyamplung yang berupa tegakan dalam pemanfaatan ruang dan unsur hara relatif tidak berkompetisi

52

dengan tanaman pangan. Itulah salah satu alasan, mengapa penanaman jenis nyamplung disarankan dengan sistem agroforestry.

Jika tanaman nyamplung ditanam di dalam kawasan hutan maka disebut sistem/pola hutan kemasyarakatan. Namun, bila di luar kawasan hutan dikenal dengan sistem tumpangsari (disebut juga hutan rakyat). Rencana pola penanaman nyamplung disesuaikan dengan tujuan dari penanaman jenis nyamplung tersebut. Tujuan penanaman akan berpengaruh pada pola/jarak tanam dan proses/tahapan pemeliharaannya. Misalnya, untuk tujuan menghasilkan kayu pertukangan (produk kayu), akan berbeda penanganannya/pengelolaannya dengan hasil untuk bahan baku energi/biofuel (produk buah) dalam hal pola tanam, jarak tanam, dan pemeliharaan. Standar kayu pertukangan berhubungan dengan kualitas batang pohon yang dihasilkan seperti tingkat kelurusan batang, tinggi bebas cabang, mata kayu, dan tingkat cacat kayu. Untuk itu, pemeliharaan yang diperlukan terhadap tegakan pohon kayu pertukangan adalah pemangkasan cabang/ ranting tajuk, serta penjarangan dan perlindungan terhadap hama dan penyakit.

Sementara itu, standar hasil buah nyamplung untuk bahan biofuel adalah tegakan nyamplung dapat menghasilkan buah sebanyak-banyaknya dengan buah yang berkualitas (tingkat rendemen minyak yang relatif tinggi). Dalam hal ini kualitas batang kayu kurang begitu diperhatikan, yang penting kondisi tegakan tanaman nyamplung sehat, terhindar dari serangan hama dan penyakit (Gambar 25). Oleh karena itu, untuk menghasilkan buah yang banyak maka dibutuhkan penampilan tegakan tanaman nyamplung yang mempunyai pertajukan yang besar (lebar dan tinggi tajuk yang besar). Jarak tanam nyamplung sebagai penghasil buah seyogianya lebih lebar daripada sebagai penghasil kayu pertukangan untuk mendapatkan percabangan lebih banyak dan

53

I Wayan Widhana Susila

luas. Tidak ada rencana tahapan-tahapan pemeliharaan tegakan seperti tegakan penghasil kayu pertukangan (pemangkasan cabang/ ranting dan penjarangan), kecuali pengendalian terhadap hama dan penyakit.

Teknik penanaman bibit nyamplung adalah cara penanaman nyamplung dengan tepat dan benar, sesuai dengan karakteristik jenis nyamplung. Tahapan kegiatannya, antara lain: persiapan calon lokasi tanaman, persiapan lahan, penanaman, dan pemeliharaan. Uraian dari masing-masing tahapan kegiatan itu, antara lain sebagai berikut (Leksono et al, 2014).

1. Persiapan calon lokasi dilakukan untuk memastikan calon areal penanaman, seperti: luas, bentuk, dan kondisi lahan sebagai dasar dalam pembuatan desain penanaman dan kebutuhan bibit nyamplung.

2. Persiapan lahan umumnya dilakukan pada akhir musim kemarau dengan kegiatan pengukuran lahan, pengolahan tanah dan pemasangan ajir, serta pembuatan lubang tanam dan pemberian pupuk organik. Kegiatan pengolahan tanah dilakukan secara manual, yaitu dengan mencangkul tanah dan membuang semak belukar atau gulma. Sementara itu, pemasangan ajir tanaman diperlukan untuk memberikan tanda tempat lubang tanam sesuai dengan jarak tanam. Jarak tanam dengan tujuan untuk memproduksi buah dengan pola tanam agroforestry, yaitu 5 x 5 m. Pola agroforestry dipilih karena nyamplung pada awal pertumbuhannya sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan sehingga membutuhkan pemeliharaan yang cukup intensif. Kemudian, pupuk organiknya dapat menggunakan pupuk kandang yang sudah matang dengan dosis minimal 2 kg/lubang tanam, tergantung kondisi dan tingkat kesuburan tanahnya. Pemberian pupuk ini

54

bertujuan selain untuk menambah hara juga untuk membantu menggemburkan tanah sehingga porositas tanah lebih baik. 3. Waktu penanaman disesuaikan dengan musim tanam yang

tepat (curah hujan > 100 mm/hari hujan), di mana kelem-baban tanah telah mencapai kapasitas lapang. Untuk menjaga media bibit tidak pecah dan bibit tidak rusak, sebaiknya bibit disiram terlebih dahulu sampai betul-betul basah. Pada saat pengangkutan bibit dari persemaian ke lokasi penanaman harus dilakukan secara hati-hati.

4. Pemeliharaan tanaman secara intensif terutama dilakukan pada umur di bawah 2 tahun. Setelah itu, dilakukan pemeliharaan rutin 2 (dua) kali setahun. Kemudian, pemasangan pelindung dari terpaan angin laut bila areal penanaman berada di tepi pantai. Pemasangan ini sebaiknya dilakukan pada tahun pertama sebelum memasuki musim kemarau/musim kering. Selain itu, juga harus dilakukan penyulaman untuk mengganti tanaman yang mati, dengan waktu penyulaman saat musim penghujan. Penyiangan dilakukan untuk mengurangi persaingan terhadap penyerapan hara dengan membersihkan gulma di sekitar tanaman (radius 1 m).

55

I Wayan Widhana Susila

Dalam dokumen NYAMPLUNG TANAMAN MULTIFUNGSI (Halaman 59-65)

Dokumen terkait