• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan PD & PRT dan Pendaftaran PSW Pusat ke Pemerintah

Dalam dokumen TASAWUF KULTURAL Fenomena Shalawat Wahidiyah (Halaman 136-140)

Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

B. Organisasi Penyiar Shalawat Wahidiyah

4. Pembuatan PD & PRT dan Pendaftaran PSW Pusat ke Pemerintah

Pada 16 Juni 1987, muallif mengamanatkan kepada ketua PSW Pusat supaya minta penjelasan kepada Dirjen Sospol Depdagri di Jakarta mengenai UU Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Ke- masyarakatan. Setelah ketua PSW meminta penjelasan kepada Dirjen Sospol Depdagri didapatlah kesimpulan bahwa PSW perlu didaftar- kan. Dalam menyikapi hal ini, muallif menjelaskan bahwa di dalam ajaran Wahidiyah terdapat ungkapan yu’thî kulla dzî haqqin haqqah. Oleh karena itu, jika memang ada manfaatnya dan membawa ke- lancaran perjuangan Wahidiyah maka ada baiknya PSW ini didaftar- kan. “Coba musyawarhkan”, tegas muallif.

Pada 1 Juli 1987, diadakan musyawarah para ketua PSW Pusat dan pimpinan MPW, serta 4 orang undangan, yaitu KH. Ihsan Mahin (Jombang), KH. Ahmad Zainuddin (Ngawi), H. Mohammad Syifa (Jombang), dan H. Affandi AB (Jombang), yang khusus membahas hal teknis tentang pendaftaran PSW ke pemerintah seperti yang diamanatkan oleh muallif.

Di sisi lain, pihak pimpinan MPW dengan Agus Abdul Latif Madjid sebagai ketuanya, tidak menyetujui PSW didaftarkan ke pemerintah, dengan alasan PSW menjadi tidak bebas. Perdebatan ketika itu cukup tegang sehingga musyawarah mengalami jalan buntu, tidak menghasilkan suatu keputusan. Setelah itu, para peserta sepakat bahwa masalah tersebut harus dimohonkan petunjuk kepada muallif. Adapun yang bertugas menghadap muallif adalah ketua I dan sekre- taris I PSW Pusat, ketua I dan ketua II MPW, ditambah KH. Ihsan Mahin.

Pada 3 Juli 1987, (Jum’at Pagi, Pukul 08.30 WIB), kelima orang tersebut menghadap muallif untuk melaporkan kebuntuan dalam musyawarah pada 2 Juli 1987. Muallif kemudian mengamanatkan agar diadakan istikharah. Semua peserta musyawarah diamanati supaya Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

ikut istikharah, ditambah para unsur pembantu pimpinan PSW Pusat dan para ahli istikharah.6

Pada 12 Juli 1987 (Hari Minggu Pagi), hasil istikharah di- laporkan kepada muallif oleh 4 orang: Agus Abdul Latif Madjid, AF Badri, Mohammad Ruhan Sanusi, dan H. Oemar Badjuri (Kediri). Meskipun Agus Latif sendiri ikut dalam shalat istikharah dan bahkan juga ikut melaporkan hasilnya, ia justru mempersoalkan banyaknya peserta istikharah yang tidak mendapat alamat (petun- juk), yaitu tujuh orang. Atas protes Agus Latif tersebut, muallif kemu- dian mengamanatkan supaya diadakan istikharah ulang. “Yang tidak memeroleh alamat (petunjuk) tidak usah dihitung”, tegasnya.

Pada 18 Juli 1987, (Hari Minggu Pagi) diperoleh hasil istikharah tahap kedua, yakni 4 orang mendapat petunjuk agar PSW didaftarkan ke Depdagri, sementara dua yang lainnya mendapat alamat agar PSW tidak didaftarkan. Berdasarkah hasil istikharah tersebut, PSW akhir- nya didaftarkan ke pemerintah guna memenuhi UU Nomor 8 tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan.

Dalam kaitan ini, muallif kemudian menunjuk PSW Pusat supaya menangani pendaftaran dan mempersiapkan penyusunan PD 6 Yang dimohon dalam istikharah tersebut adalah petunjuk tentang perlu atau tidaknya PSW “didaftarkan” ke pemerintah. Adapun yang dipakai sebagai dasar keputusan adalah jumlah terbanyak dari hasil istikharah. Hasil istikharah dari masing-masing peserta kemudian dimasukkan ke dalam amplop tertutup dan dimasukkan ke dalam kotak terkunciData lengkap tentang hal ini terekam dalam dokumen “Risalah transkrip dan kaset rekaman Wasiat Muallif Shalawat Wahidiyah, tanggal 7 dan 9 Mei 1986”.

Pada 10 Juli 1987 (hari Jum’at), kotak hasil istikharah dibuka secara bersama- sama oleh Agus Abdul Latif Madjid, A.F. Badri, Drs. Syamsul Huda, Kiai Baidlowi, Mohammad Ruhan Sanusi, dan H. Oemar Badjuri. Dari 31 orang yang mengikuti shalat istikharah, hanya ada 19 orang yang memasukkan amplop hasil istikharah ke dalam kotak. Hasilnya adalah:

(a) 1 amplop menyatakan “tidak dapat ditakwilkan” – dinyatakan batal, (b) 1 amplop merupakan hasil undian sendiri – dinyatakan batal, (c) 4 amplop menyatakan “PSW tidak didaftarkan”,

(d) 6 amplop menyatakan “PSW didaftarkan”, dan (e) 7 amplop kosong, tidak memeroleh petunjuk.

& PRT PSW dan program kerja. Untuk hal ini, tanggung jawab diserahkan kepada ketiga ketua PSW Pusat.

Pada 21 Juli 1987, ketua PSW Pusat mengeluarkan SK Nomor 04/SW-XXIV/A/SK/1987 tentang Pengangkatan Tim Penyusun Ran- cangan PD & PRT PSW, yang terdiri dari 3 (tiga) orang. Mereka adalah H. Mohammad Syifa (Jombang), H.A. Affandi AB (Jombang), dan H. Oemar Badjuri (Kediri). Kemudian, pada 28 Juli 1987, tim penyusun rancangan PD & PRT PSW menyampaikan hasil kerjanya kepada ketua PSW Pusat.

Pada 1 Agustus 1987, naskah Rancangan PD & PRT PSW yang sudah diteliti oleh ketiga ketua PSW Pusat disampaikan kepada muallif untuk dikoreksi dan memohon restunya. Kemudian, pada 6 Agustus 1987, ketiga Ketua PSW Pusat dipanggil oleh muallif. Muallif langsung memberikan koreksi (ralat) terhadap hal-hal yang dipandang perlu. Muallif menetapkan supaya PD & PRT PSW ditetapkan dengan surat keputusan PSW Pusat dan berlaku surut mulai 1 Agustus 1987. “Saya insya Allah ikut tanda tangan menge- tahui”, demikian ungkapnya.

Pada 14 Agustus 1987, naskah PD & PRT PSW ditetapkan dengan SK PSW Pusat Nomor: 05/SW-XXIV/A/SK/1987 tanggal 1 Agustus 1987 dengan dibubuhi tapak asto (tanda tangan) muallif. Kemudian pada 22 Agustus 1987, SK PSW Pusat dengan lampiran PD & PRT PSW tersebut diperbanyak dan dibagikan kepada seluruh Personel PSW Pusat, termasuk semua anggota MPW.

Dari sini mulai muncul lagi pro dan kontra mengenai pen- daftaran PSW kepada pemerintah. Ketua MPW Agus Abdul Latif melancarkan kritik di luar jalur konstitusi untuk tidak mengakui PD & PRT PSW yang sudah ditandatangani (direstui) oleh muallif dan menolak pendaftaran PSW ke pemerintah. Selain itu, muncul juga isu bahwa muallif sudah diplekoto (dipaksa) oleh ketua I PSW Pusat (Mohammad Ruhan Sanusi) untuk menandatangani PD & PRT PSW. Para pengamal Shalawat Wahidiyah dari DKI Jakarta dan Bogor ternyata terhasut oleh isu tersebut. Sebagai akibatnya, para Wahidiyah dan Fenomena Tasawuf Kultural

pengamal tersebut satu per satu menandatangani selebaran semacam mosi tidak setuju PSW didaftarkan kepada pemerintah. Selebaran tersebut dibendel dan dikirimkan kepada muallif dan kepada ketua I PSW Pusat dengan disertai surat pengantar dari Bagian Penyiaran Shalawat Wahidiyah DKI Jakarta No. 036/BPSW DKI/IX/1987.

Atas beredarnya isu dan surat tersebut, ketua PSW Pusat akhir- nya memohon petunjuk kepada muallif. Dalam menyikapi hal ter- sebut, muallif berkata singkat: Tidak usah ditanggapi.

Pada 8 September 1987, PSW Pusat secara resmi didaftarkan kepada Ditsospol Jawa Timur dengan surat pengantar No. 292/SW- XXIX/A/Um/1987 tanggal 7 September 1987. Kemudian, pada 13 September 1987, saat dilakukan Mujahadah Kubro, muallif meminta supaya diumumkan bahwa PSW Pusat sudah resmi didaftarkan ke pemerintah. Pengumuman tersebut dilaksanakan oleh Kiai Moham- mad Jazuli Yusuf, ketua II PSW Pusat waktu itu.

5 . Pembubaran MPW oleh Muallif Shalawat Wahidiyah

Usaha Majelis Penyiar Wahidiyah (MPW) pimpinan Agus Abdul Latif Madjid untuk menggagalkan pendaftaran PSW ke pemerintah dan menolak PD & PRT PSW terus dilancarkan dengan berbagai cara yang bukan saja tidak konstitusional dan melanggar etika organisasi, melainkan MPW juga mengirim surat edaran kepada PSW-PSW daerah propinsi dan kodya/kabupaten seluruh Indonesia bernomor 15/MPW/P& H/9/1987, tanggal 27 September 1987. Isinya adalah menghimbau seluruh jajaran PSW di daerah agar tidak membicarakan masalah pendaftaran PSW dan PD & PRT PSW sebab menurut Gus Latif, panggilan Agus Abdul Latif Madjid, hal itu masih belum tuntas dibicarakan di pusat. Akibatnya, timbul keguncangan dan disharmoni sosial di kalangan masyarakat pengamal Wahidiyah sehingga mengganggu stabilitas perjuangan Wahidiyah.

Sikap Abdul Latif yang coba memengaruhi para pengamal Shalawat Wahidiyah di daerah agar tidak menerima pendaftaran PSW dan PD & PRT PSW ke Depdagri ditanggapi secara seius oleh KH.

Ma'roef (muallif Shalawat Wahidiyah). Dalam ahl ini, muallif akhir- nya mengeluarkan Surat Keputusan Nomor: MSW/003/1987, tang- gal 27 September 1987, tentang Pembubaran MPW.

Diktum keputusan dalam SK muallif tersebut adalah: a. Membubarkan MPW.

b. PSW Pusat dinyatakan demisioner.

c. Mantan pimpinan MPW dan mantan ketua PSW Pusat supaya mengadakan musyawarah bersama menyusun personalia pengurus PSW Pusat baru.

Kemudian, pada 24 Oktober 1987 diterbitkan SK muallif No. MSW/004/1987, yang isinya mengesahkan terbentuknya PSW Pusat masa bakti 1987–1992, dengan struktur organisasi sebagai berikut:

Ketua I : AF Badri

Ketau II : Drs. Syamsul Huda (Kediri)

Ketua III : Agus Abdul Hamid Madjid (Kediri) Ketua IV : Agus Abdul Latif Madjid (Kediri)

Ketau V : Kiai Ihsan Mahin (Jombang)

Ketua VI : Kiai Mahfudz Siddiq (Ngawi)

Dalam struktur PSW Pusat yang baru, Mohammad Ruhan Sanusi, KH. Zaenal Fanani, dan Kiai Mohammad Jazuli Yusuf tidak lagi masuk dalam jajaran pengurus. Hal itu karena dalam musyawarah penyusunannya, mereka memang tidak terpilih.

6. Langkah-Langkah Strategis PSW Pusat Pascapembubaran

Dalam dokumen TASAWUF KULTURAL Fenomena Shalawat Wahidiyah (Halaman 136-140)