• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku ini merupakan hasil penelitian lapangan ( field research ) yang menggunakan pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian

untuk menghasilkan data deskriptif-holistik dari fenomena yang diamati.37 Alasan dipilihnya metode kualitatif ini adalah karena

penelitian ini bertujuan memeroleh deskripsi komprehensif yang terkait dengan ungkapan, persepsi, tindakan, norma dasar, dan kondisi sosial yang mengitari fenomena Shalawat Wahidiyah sebagai produk tasawuf Indonesia.

Ontologi penelitian ini adalah realisme historis. Sedangkan epis-temologinya, yakni hakikat hubungan antara peneliti dengan informan dan lingkungannya, adalah model naturalistik. Model ini memiliki karakteristik konteks natural, yaitu suatu konteks kebulatan menyeluruh, yang tidak akan dipahami dengan membuat isolasi atau eliminasi sehingga terlepas dari konteksnya. Suatu fenomena hanya dapat ditangkap maknanya dalam keseluruhan dan merupakan suatu bentukan hasil peran timbal-balik, bukan sekadar hubungan kausal linier.38

Pada semua edisi terbitan tersebut tertulis di sampul depannya kata-kata “Dikeluarkan oleh: …”, dan tidak ada tulisan kata-kata “untuk kalangan sendiri”. 37 R. Bogdan dan Steven Taylor, Introduction to Qualitativee Research Methods,

(John Wiley & Sons, 1984), hlm. 42.

38 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, cet. I, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000), hlm. 148. Penjelasan tentang konteks natural ini merupakan pendapat Egon G. Guba sebagaimana dikutip oleh Muhadjir.

Menurut Noeng Muhadjir, model naturalistik merupakan salah satu model paradigma dalam perkembangan penelitian kualitatif, dan merupakan model yang menemukan karakteristik kualitatif yang sempurna. Hal ini disebabkan oleh karena kerangka pemikiran, filsafat yang mendasari, ataupun operasionalisasi metodologinya tidak bersifat reaktif atau sekadar merespons dan bukan pula sekadar menggugat metodologi kuantitatif, melainkan membangun sendiri kerangka pemikiran, filsafat, dan operasionalisasi metodologinya.39

Perspektif naturalistik dipilih dalam penelitian ini karena alasan sifat dan karakteristik masalah yang diteliti. Perspektif naturalistik ini merupakan perspektif filosofis dan teoretis utama penelitian, sebagai pengarah bagi gerak analisis data.

Sedangkan metodologi atau hakikat tentang cara mencari kebenaran dalam penelitian ini bersifat: (1) netral, dalam arti tidak berpihak terhadap individu/kelompok sosial tertentu, (2) objektif, yakni objektivitas yang sesuai dengan prosedur ilmiah yang melandasi penelitian ini; (3) tidak memisahkan antara teori dan praktik sebab suatu teori dibangun dengan maksud praksis dalam rangka melakukan kritik dan mendorong transformasi sosial.40 Sedangkan

penjelasannya bersifat holistik, yakni berusaha menghindari sifat deterministik dan reduksionis, serta melihat realitas sebagai proses kesejarahan.41

Adapun metode (corak) penelitian ini adalah deskriptif-analitis. Metode deskriptif42 digunakan untuk menggambarkan holistisitas

Shalawat Wahidiyah sebagai fenomena kultural dan sosial Geertz, (2) grounded research, (3) etnografis-etnometodologis, (4) naturalistik, dan (5) interaksi simbolik.

40 Lihat F. Budi Hardiman, Kritik Ideologi, (Yogyakarta: Kanisius, 1990), hlm. 56-58. 41 Mansur Faqih, Sesat Teori Pembangunan dan Demokrasi, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2001), hlm. 25.

42 Metode Deskriptif adalah penelitian dengan melukiskan keadaan subjek (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana apa adanya. Melalui sifat itu, metode deskriptif bersifat menemukan fakta-fakta (fact-finding), kemudian memberikan penafsiran Pendahuluan

ketasawufan. Sedangkan metode analitis digunakan untuk melacak lebih jauh hal-hal yang melatarbelakangi dan mengitari fenomena tersebut, khususnya dalam statusnya sebagai produk tasawuf Indonesia dan kaitannya dengan sejumlah faktor yang mengiringi dinamika kesejarahannya.

Penelitian ini pada dasarnya adalah penelitian sosial-keagamaan yang melibatkan teori-teori secara inter-disipliner karena realitas tasawuf dalam sistem realitas sosial bersifat kompleks. Oleh karena itu, di sini paneliti menggunakan beberapa rumpun teori: pertama, rumpun teori tasawuf yang meluputi sistem ajaran, maqamat dan martabat, tipologi tasawuf, dan tarekat. Kedua, rumpun teori sosiologi yang meliputi teori sistem sosial dalam kaitannya dengan tasawuf sebagai sistem nilai ajaran dan sarana sosial, teori sosiologi agama, dan teori kritik sosial. Ketiga, rumpun teori psikologi yang mencakup teori-teori psikologi umum (khususnya tentang introspeksi, retros-peksi, persepsi, dan konsep diri), psikologi sosial (khusunya untuk makna-makna psikologis dalam relasi sosial), dan psikologi agama untuk makna penjiwaan agama dalam tradisi sosial ketasawufan. Keempat, rumpun teori antropologi dalam kaitannya dengan asal-usul serta latar dan konstruksi budaya Shalawat Wahidiyah. Kelima, rumpun teori filosofis keilmuan yang meliputi fenomenologi, naturalistik, history of science, dan development of science. Rumpun teori ini berkaitan dengan pengarah utama perspektif penelitian dan manfaat penelitian sebagai sumbangan, atau minimal bahan mentah, bagi pengkajian dan pengembangan ilmu pengetahuan ketasawufan dalam konteks studi interdisipliner. Penerapan teori-teori tersebut dalam analisis data penelitian lebih menampakkan nuansa deskripsi pemaknaannya daripada diskusi referensi. Hal ini penulis maksudkan agar hasil penelitian dalam buku ini lebih mudah diserap oleh masyarakat secara umum. Meskipun penulis menyadari bahwa hal tersebut kurang tajam bagi para ilmuwan.

Penelitian ini mengambil fokus pengamal Wahidiyah dalam aliran organisasi PSW (Penyiar Shalawat Wahidiyah). Alasan penentuan fokus ini adalah bahwa PSW merupakan organisasi yang dibentuk sendiri oleh muallif-nya. D ari sini peneliti berusaha melacak substansi, ajaran, organisasi, dan pola-pola perilaku ketasawufan Shalawat Wahidiyah dari bentuk-bentuknya yang paling awal atau asli. D ari pelacakan ini kemungkinan dapat diketahui secara lebih detil mengenai bentuk-bentuk pengalaman ketasawufan dan pengembangan ijtihadiah yang terjadi dalam dialektika historis Shalawat Wahidiyah, baik secara internal maupun eksternal.

D ari situ kemudian fokus penelitian dikembangkan oleh peneliti kepada fenomena internal dan eksternal. Fenomena internalnya adalah aliran-aliran Shalawat Wahidiyah selain PSW, yakni (1) aliran Perjuangan Wahidiyah yang pada dekade awal dikenal dengan istilah aliran Pimpinan Umum Perjuangan Wahidiyah (PUPW), kemudian menempuh jalur legalitas hukum dengan nama “Yayasan Perjuangan Wahidiyah Pondok Pesantren Kedunglo” (YPW PPK) dan (2 ) aliran “Jama’ah Perjuangan Wahidiyah Miladiyah Muallif Shalawat Wahidiyah” (JPWMMSW). Sedangkan fenomena eksternalnya adalah respons-respons para tokoh agama dan organisasi sosial keagamaan, pemerintah, masyarakat, serta pihak-pihak lain terhadap Shalawat Wahidiyah. Fenomena eksternal ini tidak terbatas di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri, seiring dengan perkembangan Shalawat Wahidiyah ke manca negara. Sedangkan pengambilan informan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan purposive sampling (penentuan sampel/ informan sesuai dengan kebutuhan data penelitian), untuk dapat memilah dan memilih sejumlah informan yang dipandang memiliki kapasitas mumpuni dalam mengetahui, memahami, menyaksikan, atau turut terlibat dalam suatu fenomena Shalawat Wahidiyah sehingga dapat diperoleh informasi untuk memperkaya data sekaligus mencapai validitasnya. Penulis telah mewawancarai beberapa pengamal dan aktivis organisasi Shalawat Wahidiyah dari Pendahuluan

berbagai aliran dengan pengendalian fokus penelitian dan pengembangannya sebagaimana penjelasan di muka.

D alam pengumpulan data, penulis menggunakan empat teknik. Pertama, teknik wawancara. Dengan teknik ini peneliti mewawancarai beberapa informan pengamal dan aktivis organisasi Shalawat Wahidiyah dari berbagai aliran yang kompeten untuk memberikan informasi tentang Shalawat Wahidiyah. Wawancara ini menggunakan teknik snowball (bola salju), dari seorang informan yang satu menuju informan yang lain sampai ditemukan key informan (informan kunci). Informasi yang penulis dapatkan bersifat pengalaman ketasawufan, keterlibatan atau kesaksian historis, pengalaman organisasi, dan respons-respons sosial maupun yuridis. Kedua, teknik observasi par-tisipan. D engan teknik ini peneliti terlibat sebagai observer parti-sipan—dalam kapasitas sebagai outsider —dalam beberapa kegiatan Shalawat Wahidiyah, seperti mujahadah, ritual keagamaan, dan tradisi para pengamalnya.

Ketiga, teknik dokumenter. Teknik ini penulis gunakan untuk memeroleh data-data dokumenter terkait dengan Shalawat Wahidiyah, baik data-data historis, keorganisasian, referensi, jurnal dan majalah, e-mail dan website, kaset, CD, stiker, maupun dokumen bentuk lainnya. Keempat, teknik Focus Group Discussion (FGD) secara informal bersama para pelaku sejarah dan aktivis organisasi Shalawat Wahidiyah dan dalam kapasitas yang relatif terbatas. Metode ini dapat dimanfaat-kan sebagai media pendalaman informasi maupun cross check data dari hasil interviu dan triangulasi yang telah dilakukan sebelumnya sehingga semakin memudahkan penulis dalam usaha

terhadapnya. Lihat Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial,

(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1991), hlm. 73-76 dan 81. 43 Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bogdan dan Taylor (1975:79), analisis data

yang dimaksud di sini adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam satu pola, kategori, dan satuan uraian dasar yang merinci usaha secara formal untuk merumuskan hipotesis atas pembacaan terhadap data. Lihat Lexy J. Molrnng,

Metodologi Penelitian Kualitatif, cet. VI, (Bandung: Rosda Karya, 1995), hlm. 103. 44 W. Lawrence Newman, Social Research Methods, Qualitative and Quantitative

menginter-pretasi realitas makna yang terdapat di balik fenomena. Melalui teknik ini, data yang kurang lengkap dapat langsung dilengkapi. Sedangkan data yang kiranya kurang valid dapat dilakukan checking hingga dicapai validitasnya.

Untuk keperluan analisis data,43 penulis menggunakan descrip-

tive-analytic method.44 Secara garis besar, proses pengolahan dan

analisis data meliputi tiga tahap, yakni (1) deskripsi, (2) formulasi, dan (3) interpretasi. Deskripsi diawali dengan menggambarkan realitas Shalawat Wahidiyah sebagai produk tasawuf dalam realitas sosial masyarakat. Kemudian data dan informasi yang diperoleh diproses dalam sistem kategorisasi untuk memilah-milah data sesuai dengan substansi temuan, yang pada saat yang sama juga dilakukan proses reduksi data melalui pembuangan data dan informasi yang tidak layak dan tidak sesuai untuk dimasukkan ke dalam sistem data penelitian. Proses selanjutnya berupa formulasi, yakni dengan cara mengamati kecenderungan, mencari hubungan asosional untuk selanjutnya data tersebut diinterpretasikan secara rasional dan sis- tematis. Seluruh proses penelitian mulai dari pengumpulan data, pengolahan data, hingga analisis diimplementasikan dalam siklus interaktif. Bila saat dilakukan analisis terdapat data yang dipandang masih kurang maka pengumpulan data dapat kembali dilakukan. Siklus ini akan berakhir ketika data dirasa cukup lengkap untuk menjawab pertanyaan pokok dalam penelitian ini.

Peneliti juga memasukkan unsur telaah kritis terhadap data-data yang ada serta berusaha memberikan penilaian secara jujur (objektif ) terhadapnya yang sesekali diperkaya oleh pendekatan social critic tanpa usaha mereduksi fakta lapangan dengan subjektivitas penulis. Bahan yang telah terkumpul kemudian penulis bahas dengan

Approaches (Needham Heights USA: Allyn & Bacon, 4th edition, 2000), hlm. 292-298.

45 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Tekhnik, (Bandung: Tarsito, 1994).

46 Tentang cara analisis ini, lihat Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial

Dasar-Dasar dan Aplikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), hlm. 5. Lihat Pendahuluan

menggunakan kerangka berpikir induktif.45 Sedangkan dalam usaha

menganalisis gagasan tersebut dan relevansinya dengan realitas sosial, penulis menggunakan metode deduktif yang menggunakan kesimpulan khusus lewat dalil-dalil atau pengetahuan umum yang menjadi sandaran atau dasar pijakannya.46

D alam kaitannya dengan data-data historis penulis memasukkan telaah kritis terhadap fakta-fakta sejarah dengan pendekatan sejarah kritis (critical history). Pendekatan tersebut menerapkan penalaran epistemologis dan konseptual. Analisis difokuskan pada dua hal, yaitu: (1) logisitas eksplanasi historisitas dan (2) status epistemologis narasinya.47 Prioritasnya adalah

fenomena objek studi yang dipahami dalam konteks latarnya. Oleh karena itu, pembahasannya sengaja tidak direpotkan oleh pemilihan terhadap tawaran pola-pola linier, siklus, atau spiral sejarah. Pola- pola itu dipandang sebagai kooptasi terhadap daya kritis sejarah dan ekspansi pemaknaannya.

Dalam upaya mencapai validitas dan kredibilitas data, peneliti menggunakan empat teknik. Pertama, memperkaya referensi. Peneliti memperkaya informasi tentang Shalawat Wahidiyah dari sejumlah referensi berupa buku-buku wawasan, hasil-hasil penelitian, e-mail dan website, buku-buku yang memberikan respons pro dan kontra

pula Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri,

(Jakarta: Yudhistira, 1990), hlm. 35.

47 Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1996), hlm. 84-85. Sebagai perbandingan, satu pendekatan lainnya adalah pendekatan sejarah spekulatif yang menekankan pada keseluruhan proses, makna, dan tujuan sejarah menurut pola tertentu, untuk memaknai fenomena objeknya. Pendekatan ini mempunyai referensi pola garis lurus tunggal oleh Marx dan pola siklus Oleh Toynbee. 48 Metode Triangulasi pertama kali dikemukakan oleh Patton dalam Qualitative

Evaluation Method, yang kemudian banyak digunakan dalam uji validitas dalam

penelitian kualitatif. Metode triangulasi ini didasarkan pada filsafat fenomenologi sebuah aliran filsafat yang mengatakan bahwa kebenaran tidak terletak pada pra konsepsi peneliti (subjek), melainkan pada realitas objek itu sendiri. Oleh

terhadap Shalawat Wahidiyah, serta data-data dokumenter dalam dan luar negeri.

Kedua, diskusi dengan teman sejawat. Teknik ini penulis gunakan untuk mempertimbangkan dan mempertajam data penelitian dengan beberapa ahli di bidangnya. Meskipun tidak sedalam FGD (Focus Group Discussion), teknik ini cukup membantu dalam pemeriksaan kebsahan data. Teknik ini penulis gunakan juga terhadap beberapa informan lintas aliran Shalawat Wahidiyah, agar perolehan data lebih kredibel.

Ketiga, metode triangulasi data48 yang penulis terapkan untuk

memeroleh keterangan tentang sikap, perilaku keseharian, dan tradisi ketasawufan muallif dan pengamal Shalawat Wahidiyah. Keterangan para informan amat membantu untuk memahami dan mengamati setiap fenomena ketasawufan dan keagamaan secara umum yang berkembang di kalangan masyarakat Wahidiyah. Dalam hal ini, data primer yang diperoleh ditopang oleh data sekunder yang kiranya mendukung.49

Keempat, memperpanjang masa observasi. Teknik ini digunakan ketika peneliti memandang adanya kebutuhan untuk memperdalam informasi guna mancapai validitas dan kredibilitasnya. Semula peneliti merencanakan penelitiannya selama enam bulan atau maksimal sembilan bulan. Akan tetapi peneliti memperpanjang masa observasi penelitian sampai sekitar setahun.

karenanya, untuk memperoleh kebenaran hendaknya digunakan multiperspektif. Lihat Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, (Bandung: Pendahuluan

2