• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemerataan Pendidikan

P. Suatu Model Teknologi Pendidikan Untuk Pemerataan Kesempatan Pendidikan di Indonesia

2) Pemerataan Pendidikan

Salah satu masalah belajar yang dimiliki manusia khususnya rakyat Indonesia adalah tidak seluruh anak bangsa ini dapat mengenyam pendidikan sebagaimana yang telah dicanangkan pemerintah yaitu wajib belajar 9 tahun. Pemerataan pendidikan menjadi tugas yang besar bagai dunia pendidikan dalam rangka untuk mewujudkan tujuan bangsa Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pemerataan pendidikan diartikan sebagai:a). Kesempatan untuk bersekolah yang merata, atau lazim disebut dengan istilah pendidikan semesta (universal education). b). Pemerataan mutu pendidikan, atau berarti menghilangkan kesen-jangan mutu karena faktor sosial-ekonomis dan geografis. c). Pemerataan kemungkinan memperoleh pendidikan dengan memberikan perlakuan yang berbeda termasuk subsidi atau beasiswa kepada mereka yang tidak mampu, meliputi pula untuk mereka yang menyandang kelainan d). Pemerataan hasil perolehan pendidikan, yang berarti para lulus-annya mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh penghasilan yang setaraf.

Dari pengertian pemerataan pendidikan di atas dapat kita ketahui bahwa pemerataan pendidikan tidak hanya terbatas hanya pada memberikan hak pendidikan seluruh warga Negara, namun pemerataan pendidikan juga terkait dengan mutu pendidikan, perlakuan yang berbeda karena perbedaan latar belakang, dan pemerataan hasil perolehan pendidikan sehingga memiliki kesempatan bersaing yang sama tanpa tebang pilih. Dari penjelasan di atas dapat kita lihat bahwa Teknologi Pendidikan

memiliki peran untuk memecahkan masalah pendidikan dalam Pemerataan Pendidikan.

Pemerataan pendidikan dalam arti pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan telah lama menjadi masalah yang mendapat perhatian, terutama di negara-negara sedang berkembang. Hal ini tidak terlepas dari makin tumbuhnya kesadaran bahwa pendidikan mempunyai peran penting dalam pembangunan bangsa, seiring juga dengan berkembangnya demokratisasi pendidikan dengan semboyan education for all.

Pemerataan pendidikan mencakup dua aspek penting yaitu equality dan equity. Equality atau persamaan mengandung arti persamaan kesempatan untuk memperoleh pendidikan, sedangkan equity bermakna keadilan dalam memperoleh kesempatan pendidikan yang sama diantara berbagai kelompok dalam masyarakat. Akses terhadap pendidikan yang merata berarti semua penduduk usia sekolah telah memperoleh kesempatan pendidikan, sementara itu akses terhadap pendidikan telah adil jika antar kelompok bisa menikmati pendidikan secara sama.

Dalam pemahaman seperti ini pemerataan pendidikan mempunyai makna yang luas tidak hanya persamaan dalam memperoleh kesempatan pendidikan, tapi juga setelah menjadi siswa harus diperlakukan sama, guna memperoleh pendidikan dan mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk dapat berwujud secara optimal.

Pemerataan pendidikan juga tidak hanya sebatas pada pelaksanaan pendidikan diseluruh daerah yang ada di Indonesia khususnya, namun pemerataan ini juga mencakup pada sistem, sarana prasarana, program study dan juga peningkatan kualitas pembelajaran. Adanya program wajib sekolah 9 tahun digratiskan oleh pemerintah inilah salah satu wujud dari hasil pemerataan. Namun meskipun demikian ada saja perbedaan antara siswa lulusan sekolahan favorit dengan sekolah swasta biasa, perbedaan ini terjadi karena kurangnya sarana dan prasarana

yang ada di sekolah suata biasa atau sekolah yang ada di desa. Oleh sebab itu perlu adanya campur tangan penmerintah dalam hal membantu memfasilitasi sekolahan yang belum lengkap tersebut.

Pemerataan pengajaran secara luas harus memperhatikan masalah-masalah seperti keluasaan geografis, pemerataan kualitas, cara penyajian yang serentak, dan sebagainya. Dengan demikian usaha pemeratan pendidikan merupakan hal yang perlu didukung tidak saja oleh suatu itikad baik, tetapi juga suatu penelitian yang intensif dan usaha- usaha yang nyata. Dalam rangka usaha pemeratan pengajaran diindonesia telah dilakukan usaha-usaha inovasi sejak awal pembagunan lima tahun, antara lain dalam bidang teknologi pendidikan.

Pada tahun 1974 setelah ada serentetan seminar tentang cara menyampaikan pengajaran untuk kepentingan orang banyak yang di adakan bersama “Innotech Center” (Innovation and Educational Teachnology), maka diadakan suatu eksperimen tentang suatu sistem penyajian pendidikan yang dilaksanakan oleh masyarakat, orang tua, dan guru secara sekailigus. Inilah wujud penelitian tentang teknologi pendidikan yang relevan dengan kebutuhan akan pemerataan pendidikan tersebut. Secara resmi proyek ini disebut Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orang tua, dan Guru yang disingkat menjadi proyek Pamong.

Teknologi pemprograman tampak makin menjadi alternatif yang popular dalam Negara yang penduduknya begitu cepat berkembang, dan terpencar didaerah- daerah luas seperti diindonesia ini. Masalahnya jika kita hanya menggantungkan upaya- upaya pembangunan dalam sector pendidikan dengan mencetak dan menyebarkan tenaga Guru sera membangun gedung sekolah mungkin sulit untuk dapat meliput jumlah anak-anak pelajar yang tersebar dan terus menerus berkembang. Perlu adanya tugas dari para ahli untuk segera berfikir dan bertindak mengatasi meledaknya calon pengajar pada berbagai tingkat

pendidikan di Indonesia ini. Dengan demikian usaha pemerataan pendidikan di Indonesia ini dapat berjalan dengan lancar.

Hasil dari penelitian mengenai pemerataan kesempatan pendidikan adalah memasukkannya teknologi pendidikan kedalam pemerataan tersebut. Teknologi pendidikan dalam pemertaan ini disusun menjadi model teknologi pendidikan yang dikhususkan untuk pemerataan kesempatan pendidikan. Model yang dihasilkan adalah model naratif yang bersifat preskriptif. Arti naratif sendiri adalah menguraikan, sedangkan preskriptif adalah petunjuk atau ketentuan. jadi merupakan sebuah uraian-uraian yang berisi tentang petunjuk-petunjuk atau ketentuan-ketentuan.

Model teknologi pendidikan ini merupakan model pendidikan kompensantoris bagi anak-anak yang mengalami hambatan sosial-ekonomis dan geografis- demografis, agar mereka dengan sumber yang berbeda dapat mencapai tujuan pemerataan kesempatan pendidikan yang sama dengan anak-anak yang tidak mengalami hambatan. Model ini mengandung aspek kuantitatif, kualitatif, dan keserasian yang terjalin menjadi satu.

Model ini secara ringkas dapat ditunjukkan dengan unsur-unsur yang membentuknya sebagai berikut:

1. Sumber belajar sebagai produk yang memungkinkan terjadinya tindakan belajar. Sumber belajar terpenting adalah guru, dengan pengertian guru yang berkembang, yaitu mereka yang bertanggung jawab dalam pembelajaran. Media pendidikan merupakan suatu dimensi baru dalam kegiatan belajar. Isi pesan mengandung standar nasional minimum dan diperkarya sesuai dengan kebutuhan lingkungan. Gedung sekolah tidak merupakan sumber belajar yang esensial.

2. Proses belajar mengajar berlangsung dengan memperhatikan kondisi dan kebutuhan anak didik. Disiplin untuk belajar merupakan kunci berhasilnya proses ini dapat berlangsung dengan adanya interaksi antara anak didik

dengan sumber belajar yang tidak selalu berupa guru. Penilaian proses belajar- mengajar dilakukan terus menerus untuk memungkinkan bimbingan dan pembinaan yang lebih efektif.

3. Struktur organisasi lembaga pendidikan mengalami perubahan, dimana tumbuh pola instruksional yang bervariasi, berbagai bentuk lembaga pendidik, dan tingkat pengambilan keputusan dalam proses intruksional.

4. Kewenangan dan tanggung jawab guru kelas mengalami perkembangan, karena adanya tim pembelajaran yang memilih dan menyusun bahan belajar. Peranan guru kelas berkembang dan dituntut lebih banyak peranannya sebagai pengelola kegiatan belajar.

5. Fungsi pengembangan dilaksanakan dengan sistemik untuk menghasilkan sumber belajar serta untuk berlangsungnya sistem instruksional yang efektif.

6. Pengelolaan model ini dilakukan secara luwes dengan berorientasikan tujuan. Kerjasama lintas sektoral dan koordinat antarunitas ditingkatkan. Diperlukan biaya khusus untuk penyelengaraan dengan menekankan pada pertimbangan efektifitas dan efisien. Diperlukan pengelolaan personalia dan organisasi secara khusus.

Model teknologi pendidikan merupakan model yang dibuat untuk pemerataan pendidikan yang memfokuskan pada masalah hambatan yang terjadi dalam dunia pendidikan, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang sama dengan yang tidak mengalami hambatan. Hambatan yang ada di Indonesia sendiri yang pertama adalah keadaan social yang berbeda-beda dan yang kedua adalah tempat atau wilayah. solusi dari keadaan itu tidak serta merta difokuskan pada model teknologi saja, namun juga peranan guru yang paling utama dan harus menjadi unsur yang pertama yang dibangun di dalam model teknologi pendidikan.