• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penanganan Pekerja Anak Jalanan Yang Dilakukan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak

BAB VI Penyajian Hasil Penelitian dan Analisis Temuan

ANAK DI KOTA MEDAN

6.3 Penanganan Pekerja Anak Jalanan Yang Dilakukan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak

Untuk melepaskan anak-anak dari jalanan dan mencegah anak-anak lain yang rentan turun kejalan maka pendekatan program yang digunakan PKPA dan yang dianggap strategis mencakup empat model, yaitu:

1. Street-Centered Intervention, Penanganan anak jalanan yang dipusatkan dijalan.

2. Fmily-Centered Intervention, Penanganan anak jalanan yang difokuskan pada pemberian bantuan sosial atau pemberdayaan keluarga

3. Institutional-Centered Intervention, Penanganan anak jalanan yang dipusatkan di lembaga (panti), baik secara sementara menyiapkan reunifikasi dengan keluarganya maupun permanen

4. Community-Centered Intervention, Penanganan anak jalanan yang dipusatkan di sebuah komunitas.

Tabel VI.1

Persebaran Wilayah Pekerja Anak Dampingan PKPA dan KNH (Kinder Not Hilfe) Germany

NO Wilayah Jumlah

1 Amplas 43 Pekerja Anak

2 Medan Barat 14 Anak

3 Medan Denai 7 Anak

4 Gg. Jonor 1 Anak

5 K. Lalang 1 Anak

6 Petisah 20 Anak

7 Selayang 6 Anak

8 Medan Sunggal 129 Anak

9 Medan Timur 1 Anak

10 Simpang Pos 17 Anak

11 Simp. Majestik 9 Anak

12 Paya Bakung 2 Anak

JUMLAH 250 Anak

Sumber: Database Anak Dampingan PKPA dan KNH, Desember 2013

Anak dampingan PKPA dan KNH merupakan anak yang berada di jalanan dan mereka yang rentan terhadap bentuk-bentuk pekerjaan terburuk bagi anak maupun lainnya. Dari data tersebut wilayah persebaran anak dampingan PKPA tertinggi terdapat di Kecamatan Medan Sunggal dan Medan amplas. Hal ini disebabkan tingginya pekerja anak di 2 wilayah tersebut. Adanya terminal terpadu Pinang Baris dan Amplas menjadi salah satu tempat

strategis di kota Medan sebagai tempat aktifitas pekerja anak jalanan, di wilayah ini jenis pekerjaan yang dilakukan adalah penyapu bus umum/angkutan kota, penyemir sepatu, pedagang asongan, pengamen, dan jenis pekerjaan lainnyua seperti penjual koran terbitan pagi dan sore.

Jumlah anak dampingan PKPA yang mencapai 250 merupakan kuota yang telah ditetapkan yang setiap saat akan dilakukan pendataan ulang. Anak yang telah melewati batas umur 18 tahun akan dikembalikan kepada keluarga namun tetap dalam bimbingan PKPA, dan dilakukan perekrutan kembali terhadap anak-anak jalanan lainnya (wawancara dengan Mhd. Mahlil Hamdani, 22 Maret 2014)

Tabel VI.2

Pekerjaan dan Umur Anak Dampingan PKPA dan KNH (Kinder Not Hilfe) Germany

NO TIPE PEKERJAAN JUMLAH UMUR JUMLAH

1 Buruh Bangunan 3 1 tahun 0

2 Buruh Pabrik Roti 1 2 tahun 0 3 Buruh Toko Prabot 1 3 tahun 0 4 Cleaning Service 1 4 tahun 0

5 DoorSmeer 18 5 tahun 0

6 Karyawan Toko 1 6 tahun 0

7 Pedagang Asongan 7 7 tahun 0 8 Pembersih Rumah 1 8 tahun 3 Anak

9 Pemulung 15 9 tahun 10 Anak

12 Pengantar Air Mineral 1 11 tahun 16 Anak

13 Pengemis 6 12 tahun 16 Anak

14 Pengepul Pelastik 2 13 tahun 31 Anak 15 Penjual Ikan 1 14 tahun 36 Anak 16 Penjual Kipang 2 15 Tahun 40 Anak

17 Penjual Mie 1 16 tahun 49 Anak

18 Penjual Pelastik 6 17 tahun 28 Anak

19 Pengambala 1 18 tahun 5 anak

20 Sapu Bus 18 19 tahun 1 Anak

21 Semir Sepatu 1 22 Narik Becak 1 23 Tidak Bekerja 130

Jumlah 250 Jumlah 250

Sumber: Database Anak Dampingan PKPA dan KNH, Desember 2013

Dari data anak jalanan diatas terdapat 120 anak yang bekerja dari 250 anak jalanan dampingan PKPA dan KNH. Pekerja anak jalanan adalah mereka yang melakukan kegiatan ekonomi di jalanan dimana tipe pekerja anak ini menjadi yang dominan di kota Medan adalah penyapu bus umum atau angkutan kota, penyemir sepatu, pedagang asongan, pengamen, dan pekerjaan lain yang sifatnya insidentil (calo bus, penjaka jakpot dan doorsmeer). Jenis lainnya adalah penjual koran terbitan pagi dan sore. Kelompok pekerja anak jalanan perempuan memiliki komunitas dan ciri sendiri yaitu terkonsentrasi di pasar tradisional kampung lalang. Pekerja yang sering mereka lakukan adfalah sebagai penjual plastik, garam dan peralatan dapur (SKA-PKPA Medan).

Berdasarkan data tersebut maka pekerja anak yang digolongkan sebagai pekerja anak jalanan memiliki jumlah yang tertinggi yaitu sebanyak 105 pekerja anak jalanan yang mendapatkan dampingan dari PKPA dan KNH (Kinder Not Hilfe) Germany

a. Sanggar Kreativitas Anak Jalanan

Sanggar Kreativitas Anak Jalanan (SKA) didirikan oleh yayasan PKPA sebagai salah satu unit pelaksanaan teknis untuk memberikan layanan dan pendampingan anak jalanan. Hal ini sesuai dengan visi dan misi yayasan PKPA, yakni terwujudnya kepentingan terbaik bagi anak dan perempuan.

Sanggar Kreativitas Anak (SKA) didirikan untuk melakukan pendampingan anak jalanan dalam rangka penguatan dan pemberdayaan melalui pendidikan tambahan, pelatihan seni musik, layanan pustaka anak dan pengembangan kreativitas anak, pendampingan hukum terhadap anak yang berkonflik dengan hukum atau menjadi korban kekerasan, layanan kesehatan darurat dan rujukan ke piuskesmas atau rumah sakit, mengembalikan anak yang sudah dibina ke keluarga atau mencarikan orang tua asuh, pelatihan dan diskusi dengan orang tua anak, kelompok masyarakat, pemerintah, kepolisian untuk penyadaran hak-hak anak, pengembangan bakat anak melalui olahraga, dan pemberian modal usaha bagi anak yang memasuki usia dewasa. Tujuan tersebut direalisasikan dengan adanya PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini,

sekolah sepak bola Scorpions, dan pengembangan seni Musik (SKA PKPA, Medan).

1. Pendidikan Anak Usia Dini

Sekolah non formal PAUD di SKA PKPA Pinang Baris terbentuk pada 7 Januari 2007. Pembentukan PAUD dilatar belakangi kehadiran anak- anak dibawah 5 tahun setiap harinya di SKA-PKPA, pagi-pagi mereka datang dengan kondisi kumal, muka comeng-comeng, dan pastinya mereka belum mandi dengan tujuan untuk bermain atau membongkar-bongkar buku yang ada di perpustakaan, seolah-olah mereka belajar. Karena jumlah mereka terus bertambah dan adanya dukungan dari orang tua untuk membentuk sekolah, maka SKA –PKPA memfasilitasi berdirinya sekolah non formal PAUD-SKA (Miisran Lubis dkk, 2011: 49)

2. Sekolah Sepak Bola Anak Jalanan “SSB Scorpions”

Untuk mendukung berdirinya sekolah sepak bola Scorpions, SKA- PKPA bekerja sama dengan SSB Sinar Sakti Medan untuk meningkatkan kemampuan anak-anak dalam bermain sepak bola. Pada tahun 2004 sekolah sepak bola Scorpions memiliki manajemen yang akhirnya telah disahkan sebagai penyelenggara sekolah sepak bola sesuai surat keputusan dari pengurus daerah Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) kota Medan, dengan surat keputusan nomor : 015/SSB-PGDSU-B/XII/05 dan ditetapkan di Medan tanggal 23 desember 2005. Selama berdirinya SSB Scorpions telah

melakukan berbagai pertandingan baik yang sifatnya sebagai persahabatan, kompetisi loka, kompetisi resmi dari pemerintah dan PSSI Sumatera Utara. Dari banyaknya pertandingan hasil terbaik yang diraih SSB Scorpions adalah juara 1 Turnamen Sepak Bola antar SSB se-Sumatera Utara (Misran Lubis dkk, 2011:46).

3. Bidang Seni dan Musik

Banyak sekali kegiatan yang dilakukan di bidang ini seperti membentuk grup musik anak jalanan yang diberi nama Komic Blue, Komic Radja, dan Komic Gelang. Melakukan pementasan, membangun kerjasama dengan pihak-pihak terkait (Radio, Televisi, dan Instansi pemerintahan dan swasta) hingga melakukan rekaman lagu-lagu karya anak jalanan (SKA- PKPA, Medan).

115 BAB VI

Dokumen terkait