• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI Penyajian Hasil Penelitian dan Analisis Temuan

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 KOTA MEDAN

4.1.2 PENYEBAB ANAK BEKERJA DI JALANAN

Adanya peluang untuk mendapatkan uang di jalanan dikarenakan arus perputaran uang yang cukup tinggi terutama di sekitar terminal yang menjadi tempat berkumpulnya pengguna transportasi umum untuk berpergian. Setiap harinya orang yang berstatus sebagai pengguna transportasi umum akan mengeluarkan sebagian pendapatannya untuk pembayaran biaya transportasi. Demikian juga supir angkutan yang hilir mudik, mereka akan mengeluarkan sebagian penghasilannya untuk membeli rokok, minuman atau makanan.

Tujuan utama bekerja di jalanan adalah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Aktivitas yang dilakukan pekerja anak jalanan, yaitu mengamen, mengasong, mengemis, buruh pasar atau kuli, menyemir sepatu, parkir mobil, kernet, ojek payung, pekerja seks hingga berkeliaran tidak tentu. Aktivitas- aktivitas tersebut dilakukan di tempet-tempat atau pusat keramaian. Misalnya, terminal, stasiun, perempatan jalan, pelabuhan, tempet hiburan Plaza, dan sebagainya (Bagong Suyanto, 2003:185). Ada banyak faktor yang menjadi alasan kenapa mereka melakukan pekerjaan di jalanan, yaitu: kemiskinan, ketidakharmonisan keluarga, hingga pengaruh dari teman (Focused Group Discussion, 5 Maret 2014).

Gambar IV.3

Faktor Terbesar yang Mendorong Anak Menjadi Pekerja Anak Jalnan

Internal

Eksternal

Kondisi kehidupan keluarga yang tergolong miskin atau sangat miskin menjadikan alasan sehingga dengan mudah anak akan dimanfaatkan oleh keluarganya untuk ikut menanggung beban ekonomi keluarga. Kemiskinan menjadi faktor terbesar kenapa mereka menjadi pekerja anak jalanan. Penghasilan orang tua yang di bawah Upah Minimum Regional (UMR) jauh lebih kecil dibandingkan jumlah kebutuhan yang di perlukan secara tidak langsung memaksa anak untuk mencari penghasilan baik untuk diri mereka sendiri maupun untuk membantu orang tua.

Dari pengakuan Rizky (pekerja anak jalanan) yang berusia 15 tahun, ia melakukan pekerjaan sebagai pembersih bus pada siang hari setelah pulang dari sekolah, dan bekerja sebagai pengantar papan bunga pada malam hari yang biasanya dia lakukan setiap akhir pekan. Pekerjaan ini dia lakukan karena orang tuanya tidak mampu membiayai uang sekolah dan kehidupan sehari-hari.

Ibunya yang bekerja sebagai tukang cuci pakaian dengan penghasilan yang tidak tetap menjadikan dirinya sebagai tulang punggung ekonomi

- Kemiskinan - Ketidakharmonis

an Keluarga

- Ajakan Teman

keluarga bersama dengan saudaranya. Dalam sebulan Rizky hanya mampu mengumpulkan uang sebesar Rp 600.000,- yang dia gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dan membayar uang sekolahnya, penghasilan tersebut sangat kurang dari Upah Minimun Regional (UMR) yang ditetapkan oleh pemerintah kota Medan, apalagi tahun ini dirinya sedang menghadapi Ujian Nasional (UN), diakuinya Ujian Nasional memberikan beban biaya yang lebih baginya apalagi Rizky juga harus mengatur waktu bekerjanya untuk bisa memfokuskan persiapan menghadapi UN.

Membantu ekonomi keluarga juga dilakukan teman-teman Rizky yang juga sebagai pembarsih Angkutan Kota. Jika lagi beruntung dengan bekerja selama 7 (tujuh) jam setiap harinya mereka (pekerja anak jalanan) mampu memberikan penghasilannya kepada orang tua sebesar Rp. 20.000,- sampai dengan Rp.30.000,-. Jumlah uang tersebut mereka dapatkan dengan membersihkan sekitar 20 mini bus/angkutan kota setiap harinya dengan bayaran Rp. 2.000,- per angkutan kota. Kehidupan ekonomi keluarga yang kekurangan menyebabkan mereka tidak pernah diberikan uang jajan. Oleh karena itu, sisa uang yang mereka dapatkan dari hasil bekerja yang sebagian untuk orang tua menjadi uang jajan mereka sehari-hari, jika dalam sehari mereka tidak bekerja maka tidak ada uang jajan yang mereka dapatkan.

Dengan penghasilan tersebut tidak semua kebutuhan sehari-hari dapat dipenuhi, apalagi setiap harinya mereka tidak selalu beruntung mendapatkan banyak Angkutan Kota yang ingin dibersihkan. Masalah kemiskinan juga dalami Roni (pekerja anak jalanan), ia mengatakan:“ Saya tidak mau

bersekolah karena masih ingin membantu ibu bekerja” (Focused Group Discussion, 5 Maret 2014)

Roni adalah seorang anak berusia 12 tahun yang bekerja sebagai penyapu angkutan kota, dengan usianya yang masih anak-anak dia sudah harus memikirkan ekonomi keluarganya. Roni bersama ibunya yang telah bercerai dengan ayahnya hanya tinggal berdua dirumah kontrakkan yang kecil. Ibunya bekerja sebagai penjual pakaian bekas (monja) yang tidak mampu membiayai uang sekolah jika Roni bersekolah.

Salah satu bentuk eksploitasi yang dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya (bondage) adalah adanya paksaan dari orang tua kepada anaknya untuk mencari uang. Eksploitasi secara tidak langsung hampir dialami setiap anak, mereka tidak disuruh oleh orang tua bekerja tetapi orang tua selalu menerima jika anaknya memberikan sebagian hasil mereka dari bekerja sebagai pekerja anak jalanan.

Eksploitasi orang tua juga dapat dilakukan secara langsung seperti yang dialami Roni walaupun tidak adanya batasan terhadap jumlah uang yang harus diberikan tetapi ada keharusan, yang harus diserahkan kepada keluarga (sistem setoran). Sistem ini terbentuk karena kondisi ekonomi keluarga, kemiskinan menyebabkan anak-anak tersebut berada dijalanan hanya untuk sekedar mencari uang jajan maupun untuk hal yang lebih besar yaitu untuk membantu ekonomi keluaraga.

Keluarga miskin sering sekali tidak tahu kemana mereka harus mencari bantuan ketika mereka menghadapi kesulitan keuangan. Kondisi ini memaksa

mereka melakukan apa saja di sektor informal untuk bertahan hidup. Termasuk meminta, menyuruh, atupun memaksa anaknya untuk bekerja di sektor informal.

Sebagai seorang anak Roni lebih ingin membantu ibunya dari pada harus bersekolah, tetapi Roni juga mengaku mengalami sistem setoran yang diterapkan oleh ibunya, selama ini dia diharuskan untuk bekerja oleh ibunya, jika tidak bekerja dalam sehari saja atau pendapatan yang kurang dari biasanya ia akan dimarahi ibunya.

Keluarga menjadi lingkungan pertama yang mendidik anak sebelum mereka masuk ke bangku sekolah. Jumlah anak terlantar dan anak jalanan yang semakin banyak tidak terlepas dari masalah keluarga, selain masalah kemiskinan masalah ketidakharmonisan keluarga juga mengakibatkan kurangnya perhatian orang tua terhadap anak. Kondisi ini berakibat terhadap kondisi mental anak.

Dari informasi yang dikumpulkan melalui focused group discussion (FGD) terhadap pekerja anak jalanan menunjukkan tidak adanya lagi keutuhan keluarga di rumah mereka. Seperti yang dialami Dicky (pekerja anak jalanan) berusia 13 (tiga belas) tahun ini ayah dan ibunya telah lama bercerai. Ia tinggal bersama ayahnya yang juga bekerja sebagai penyapu angkutan kota di sekitar terminal Pinang Baris. Kondisi Dicky yang telah ditinggal ibunya dari kecil mengakibatkan kurangnya perhatian orang tua terhadap dirinya, walaupun sama-sama bekerja sebagai penyapu angkutan kota, Dicky tidak bersama

dengan ayahnya bekerja di terminal. Ia selalu bekerja dengan teman-teman se- usianya sesama penyapu angkutan kota lainnya.

Keadaan yang sama dialami Roni dan Rizky. Kedua pekerja anak jalanan tersebut hanya tinggal bersama dengan ibunya yang telah bercerai dengan ayah mereka. Namun dari kondisi keluarga yang mereka hadapi mereka adalah anak-anak yang sangat mencintai ibunya bahkan menjadi tulang punggung ekonomi keluarga.

Permasalahan yang dihadapi orang tua mereka tidak menghilangkan rasa sayang mereka kepada orang tuanya, mereka mempunyai harapan yang sama ketika ditunjukkan foto tentang pemerintahan, keinginan mereka adalah pemerintah membantu ekonomi keluarga mereka sehingga ibunya tidak harus bekerja keras lagi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (Focused Group Discussion, 5 Maret 2014).

Kemiskinan dan Ketidakharmonisan keluarga menjadi faktor yang dominan membentuk adanya pekerja anak. selain itu faktor lingkungan juga sangat berpengaruh, seorang anak masih sangat mudah dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang mereka dapatkan. Dalam hal ini, untuk menjadi pekerja anak jalanan dapat disebabkan oleh adanya pengaruh lingkungan dan ajakan dari teman bermain.

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui Focused Group Discussion (FGD) dengan memberikan pertanyaan yang sama kepada setiap anak mengenai penyebab pekerja anak turun kejalan sebagai pekerja anak jalanan, diskusi dengan seorang supir angkutan di terminal Amplas, dan staf

Sanggar Kreatifitas Anak (SKA) Pusat Kajian dan Perlindungan Anak serta Observasi di terminal Pinang Baris dan terminal Amplas kota Medan, berikut adalah skema proses masuknya anak sebagai pekerja anak jalanan akibat pengaruh teman.

Gambar IV.4

Skema Proses Seorang Anak Menjadi Pekerja Anak Jalanan Yang Dipengaruhi oleh Teman (Lingkungan eksternal)

Sumber: Hasil Penelitian, 2014

Pada tahap I, sedikitnya ketersediaan fasilitas untuk anak bermain di wilayah perkotaan memaksa mereka melakukan kegiatan bermain di keramaian kota yang menjadi pusat kegiatan ekonomi. Pinggiran jalan atau bahkan lahan parkir menjadi tempat yang cocok untuk sekedar berlari-lari, bermain bola, atau sebagai tempat bersepeda. Disinilah mereka mendapatkan pengetahuan terhadap pekerjaan yang biasanya dilakukan pekerja anak jalanan. Mereka melihat sekelompok anak yang se-usianya yang mendagangkan barang dagangannya, membawa gitar untuk mengamen, membawa sapu kecil, dan lainnya.

Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV

Sedikitnya fasilitas untuk anak bermain Ajakan Teman Pelaksanaan (turun ke jalan) Membentuk Komunitas (Pekerja Anak Jalanan)

Seringnya anak-anak bermain di pusat keramaian yang menjadi pusat kegiatan ekonomi dan melihat anak-anak seusianya yang telah memiliki uang dari hasil kerja, kemudian menimbulkan ketertarikan anak untuk melakukan kegiatan yang sama sehingga memasuki tahap berikutnya yaitu ketertarikan. Pada tahap II, muncul ketertarikan mereka terhadap pekerjaan yang dilakukan teman-teman se-usianya. Mereka membayangkan dengan membawa sapu kecil, gitar, barang dagangan dan lainnya, dan melakukan pekerjaan bersama teman- teman sambil sesekali bermain, mereka bisa mendapat uang yang cukup besar untuk menambah uang jajan. Ketertarikan mereka juga muncul karena kemiskinan dan masalah keluarga ditambah adanya ajakan teman atau hanya dari mendengar cerita teman-teman yang melakukan kegiatan pekerja anak jalanan.

Ketertarikan yang muncul mendorong anak memasuki tahap III yaitu melakukan kegiatan sebagai pekerja anak jalanan. Pada tahap III, mereka mulai melakukan kegiatan sebagai pekerja anak jalanan bersama dengan teman- teman se-usianya yang lain. Pada tahap ini anak akan menghabiskan waktu lebih banyak dijalanan yang mengakibatkan sedikitnya waktu anak berada dirumah (dalam pengawasan orang tua). Sehingga kontrol dari orang tua terhadap kegiatan anak sangat kecil.

Sedikitnya waktu anak berada dirumah (dalam kontrol orang tua) dibandingkan anak berada di jalanan menghasilkan ikatan kekeluargaan yang lebih besar diantara pekerja anak jalanan sehingga si anak telah memasuki tahap IV. Pada tahap IV, mereka mulai memasuki komunitas anak jalanan yang

berpengaruh terhadap perkembangan moral anak. Mereka mulai meninggalkan norma agama dan kemasyarakatan dan cenderung berprilaku menyimpang seperti bermain judi, seks bebas, atau tindakan kriminal lainnya.

Selain ketiga faktor diatas ada faktor lainnya yang mendorong anak melakukan pekerjaan dijalan antara lain adalah karena rasa tanggung jawab untuk membantu usaha orang tua, keinginan untuk memiliki uang sendiri dan juga karena bekerja dijalanan dapat dijadikan waktu untuk berkumpul dengan teman-teman sebaya (Focused Group Discussion, 5 Maret 2014)

4.1.3Pengembangan Kota “Layak Anak” Medan

Kabupaten atau Kota Layak Anak yang selanjutnya disingkat KLA adalah kabupaten/kota yang mempunyai sistem pembangunan berbasis hak anak melalui pengintegrasian komitmen dan sumberdaya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha yang terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam kebijakan, program dan kegiatan untuk menjamin terpenuhinya hak anak (Salinan Peraturan Menteri Nomor 14 Tahun 2011)

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara melalui Biro Pemberdayaan Perempuan sejak tahun 2009 telah mendorong dan mencanangkan 8 kabupaten dan kota di Sumatera sebagai pilot proyek pengembangan kabupaten dan kota layak anak. Daerah yang dijadikan pilot proyek adalah kota Medan, kota Tebing Tinggi, kabupaten Serdang Berdagai, kabupaten Deli Serdang,

kabupaten Langkat, kota Pematang Siantar, kabupaten Simalungun, dan kabupaten Batu Bara (Misran Lubis dkk, 2011:62).

4.2 DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA KOTA MEDAN

Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tatakerja Perangkat Daerah Kota Medan yang merupakan tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Dinas Sosial dan Tenaga Kerja sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota (SKPD) Medan yang melaksanakan kewenangan pemerintahan di bidang sosial dan ketenagakerjaan di kota Medan sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2009 tentang Urusan Pemerintahan Kota Medan.

Pelaksanaan kewenangan pemerintahan di bidang sosial dan ketenagakerjaan sebelumnya ditangani oleh 2 (dua) Satuan Kerja Perangkat Daerah, yaitu Kantor Sosial Kota Medan merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang melaksanakan tugas dan kewenangan pemerintah di bidang sosial, dan Dinas Tenaga Kerja Kota Medan merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang melaksanakan tugas dan kewenangan pemerintah di bidang ketenagakerjaan

Sebagaimana tugas Dinas Sosial dan Tenaga Kerja yang melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah di bidang sosial dan ketenagakerjaan dalam

rangka kewenangan desentralisasi dan dekonsentrasi, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja mempunyai fungsi SKPD yang melakukan Perencanaan, Pelaksanaan, Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan yang berkaitan dengan urusan sosial dan urusan ketenagakerjaan di Kota Medan.

Visi Dinas Sosial dan Tenaga Kerja adalah Perluasan, Perlindungan Kerja, dan Pengentasan Kemiskinan Menuju Medan Kota. Berdasarkan visi tersebut maka yang menjadi misi Dinas Sosial dan Tenaga Kerja kota Medan adalah,

1. Meningkatkan hubungan industrial yang standard dan ideal.

2. Meningkatkan penempatan tenaga kerja dan memperluas kesempatan kerja. 3. Meningkatkan pengawasan dan perlindungan ketenagakerjaan.

4. Meningkatkan dan mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia, guna meningkatkan perekonomian keluarga.

5. Meningkatkan penanganan masalah-masalah kesejahteraan sosial

Dinas Sosial dan Tenaga Kerja merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah, yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada walikota melalui sekretaris daerah. Dinas Sosial dan Tenaga Kerja mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang sosial dan ketenagakerjaan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Dalam melaksanakan tugas, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja menyelenggarakan fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang sosial dan ketenagakerjaan.

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang sosial dan ketenagakerjaan.

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang sosial dan ketenagakerjaan. d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

Struktur organisasi pada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tatakerja Perangkat Daerah Kota Medan junto Peraturan Walikota Medan Nomor 12 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan. Sesuai dengan struktur organisasinya, unsur-unsur yang melaksanakan penyelenggaraan pelayanan bidang sosial dan ketenagakerjaan beserta rincian tugas pokok dan fungsi masing- masing, sebagai berikut :

Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang Sosial dan Tenaga Kerja berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Dinas menyelenggarakan fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang sosial dan ketenagakerjaan

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang sosial dan ketenagakerjaan

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang sosial dan ketenagakerjaan dan d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas

dan fungsinya

Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup kesekretariatan meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan dan penyusunan program. Sekretariat menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas

c. Pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan Dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan kerumahtanggaan Dinas

d. Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan organisasi, dan ketatalaksanaan

e. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas Dinas f. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kesekretariatan

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya

Dinas Sosial dan Tenaga Kerja terdiri dari 6 (enam) bidang, Bidang yang melakukan pengawasan terhadap pekerja anak adalah bidang pengawasan ketenagakerjaan. mempunyai tugas pokok lainnya yaitu melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup pengawasan norma kerja, pengawasan, keselamatan, dan

kesehatan kerja serta pengawasan JAMSOSTEK. Selain itu terdapat bidang Bina Sosial. Bidang Bina Sosial mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup bantuan sosial, bimbingan sosial, dan kepahlawanan, keperintisan dan kesetiakawanan sosial. Bidang Pelayanan Sosial, bidang ini mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup undian dan pengumpulan uang, rehabilitasi, pembinaan daerah kumuh dan penanggulangan bencana. Bidang Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja, bidang ini mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup penempatan tenaga kerja dalam negeri, penempatan tenaga kerja luar negeri, dan informasi pasar kerja.

Selain tiga bidang diatas bidang lainnya adalah Bidang Hubungan Industrial, Syarat-Syarat Kerja dan Purna Kerja, Bidang ini mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup organisasi pekerja, pengusaha pendidikan, dan purna kerja, persyaratan kerja dan pengupahan serta perselisihan hubungan industrial/PHK, yang terakhir adalah Bidang Pelatihan dan Produktivitas, bidang ini mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup instruktur dan lembaga, sertifikasi, bimbingan produktivitas tenaga

kerja, dan pemagangan

Gambar IV.5 Bagan Organisasi Dinas Tenaga Kerja Kota Medan

Sumber: dinsosnaker-pemkomedan.info diakses 27 April 2014

Dokumen terkait