• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penanganan Pihak Kepolisian Terhadap Modus Operandi

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

3. Penanganan Pihak Kepolisian Terhadap Modus Operandi

Dalam menangani suatu kasus dengan modus operandi carding, sebelumnya polisi menerima laporan dari interpol ataupun korban langsung. Tanpa adanya laporan, polisi tidak akan mengetahui bahwa telah terjadi tindak pidana di dunia maya ataupun yang di alami seseorang. Karena polisi tidak dapat mengawasi setiap transaksi yang terjadi di internet setiap harinya dan transaksi antar pribadi tersebut bersifat sangat pribadi dan rahasia. Berikut ini di jelaskan penanganan oleh polisi terhadap kasus-kasus yang sudah saya paparkan di atas:

commit to user

a. Penanganan Kasus I

Berangkat dari adanya laporan bahwa terjadi penipuan yang di alami oleh korban, polisi segera bertindak untuk melakukan penyelidikan. Pada kasus pertama di ketahui bahwa merchant berada di luar negeri. Melalui Kepolisian setempat disampaikan kasus ini ke Kedutaan Besar Indonesia di mana korban melapor. Kemudian Kedutaan Republik Indonesia menyampaikan ke Mabes Polri. Dari Mabes Polri kasus diserahkan pada Kepolisian yang berwenang di wilayah tersebut dalam kasus ini Kepolisian Daerah Jawa Tengah yang berada di Semarang karena diketahui alamat pengiriman ditujukan ke daerah Semarang.

Kepolisian Daerah Jawa Tengah melalui Direktorat Reserse dan Kriminal Khusus mulai melakukan penyelidikan terhadap laporan yang ada. Pertama akan dilakukan pengecekan terhadap alamat penerima barang dan perusahaan jasa pengiriman barang yang digunakan untuk pengiriman barang hasil

carding tersebut. Apakah benar alamat penerima barang itu ada. Biasanya

alamat penerima barang fiktif, maka dilakukan pemeriksaan terhadap perusahaan pengiriman barang. Karena jika alamat penerima barang tidak ditemukan, perusahaan jasa akan menyimpan barang tersebut dan menunggu seseorang yang mencari barang kiriman tersebut. Jika barang sudah di ambil penerima dan polisi terlambat untuk menangkap penerima tersebut, maka polisi menanyakan ciri-ciri orang yang mengambil barang tersebut seperti apa. Dan biasanya penerima harus meninggalkan alamat, dalam hal ini orang yang mengambil barang tersebut.

Dari hasil penyelidikan di perusahaan jasa pengiriman barang tersebut, polisi lanjut melacak keberadaan pelaku dan alamat yang di dapatkan dari perusahaan jasa. Kemudian dilakukan penangkapan terhadap tersangka pelaku carding. Setelah pelaku ditangkap dilakukan pemeriksaan terhadap pelaku dan barang bukti. Pelapor yang ada di luar negeri juga di periksa melalui Mabes Polri untuk diteruskan ke Kedutaan Besar Republik Indonesia yang berada di negara pelapor.

commit to user

Kemudian dilakukan penyitaan atas barang bukti. Polisi juga mencari saksi dari pihak bank penerbit kartu kredit yang digunakan untuk melakukan kejahatan. Kemudian polisi mengumpulkan barang bukti hasil transaksi jual beli barang tersebut. Kemudian polisi mengajukan ke Kejaksaan untuk di proses di pengadilan atas kesalahan tersangka.

Tersangka dikenai Pasal 263 KUHP tentang pemalsuan surat dan Pasal 378 KUHP tentang penipuan. Karena pada saat itu undang-undang ITE belum disahkan maka Penyidik Polri mengenakan Pasal-Pasal KUHP saja terhadap tersangka pelaku carding.

Jika pelaku belum sempat mengambil barang yang ada di perusahaan jasa pengiriman, polisi akan menjebak pelaku dengan menyamar sebagai pegawai perusahaan jasa pengiriman. Ketika pelaku mengambil barang hasil carding

tersebut, pelaku akan tertangkap tangan oleh polisi yang sudah menyamar tadi.

b. Penanganan Kasus II

Dengan proses yang sama yaitu korban melapor ke kepolisian Korea. Kemudian polisi Korea melaporkan kasus tersebut ke Kedutaan Besar Republik Indonesia yang berada di Negara Korea. Selanjutnya Kedutaan akan melapor ke Mabes Polri Jakarta. Mabes Polri kemudian menyerahkan kasus tersebut ke kepolisian yang berwenang di daerah dilakukannya penipuan. Dalam kasus ini yaitu penyelidik dari Dit Reskrimsus Polda Jateng. Penanganan yang pertama dilakukan polisi adalah mengecek kebenaran alamat penerima barang. Setelah ditelusuri alamat tersebut ternyata hanya ditemukan bahwa di Jalan Kanguru Barat tersebut sampai angka romawi II sedangkan alamat yang diberikan pembeli adalah Kanguru Barat IV. Jadi alamat penerima tersebut fiktif. Polisi juga melakukan koordinasi dengan kelurahan setempat agar mendapatkan kepastian bahwa alamat tersebut benar-benar palsu. Kemudian polisi juga menelusuri alamat yang tertera di

commit to user

alamat yang sesuai dengan alamat yang tercantum pada email namun polisi hanya menemukan warnet (warung internet) dengan nama OXY.net yang apabila dikorelasikan dengan alamat email pembeli ugah@roxyz.net terdapat keterpaduan.

Hingga saat ini poses penyelidikan masih dilakukan oleh tim polda. Di duga ada keterlibatan oknum pegawai POS Semarang yang ikut serta

membantu mempermudah pendistribusian barang hasil carding kepada

pelaku, karena barang hasil carding sudah tidak ada di kantor Pos kemungkinan sudah di ambil pelaku. Apabila terbukti pegawai Pos terlibat,

maka akan dikenakan hukuman juga. Untuk pelaku carding terbukti

melakukan tindak pidana dapat dijerat dengan perkara penipuan dan atau dengan sengaja dan tanpa hak menyebar berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik sebagaimana di maksud dalam Pasal 378 KUHP dan atau Pasal 28 ayat (1) jo Pasal 45 ayat (2) UU RI No.11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Dalam proses Penyidikan selanjutnya, polisi akan menerbitkan Surat Penyidikan untuk proses penanganan lebih lanjut. Kemudian polisi akan melakukan pemeriksaan terhadap Kepala Kantor Pos Semarang untuk mengetahui pegawai kantor pos yang pada saat pengiriman barang bertugas. Setelah itu melakukan pemeriksaan terhadap pegawai kantor pos yang bertugas saat itu. polisi juga akan melakukan penyelidikan lebih mendalam untuk mengetahui pelaku pemesanan atau siapa pemilik dari e-mail ugah@roxyz.net. Kemudian setelah cukup bukti polisi akan melakukan upaya paksa.

c. Pasal-Pasal yang dapat dikenakan pada pelaku Carding.

Untuk tindak pidana carding, dapat dikenakan Pasal-Pasal pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang mengatur secara khusus dan Pasal-Pasal pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang mengatur secara umum

tindak-commit to user

tindak pidana yang dilakukan pelaku carding. Berikut adalah Pasal-Pasal yang dapat dikenakan pada tindak pidana carding:

1) Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik..

“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita

bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen

dalam transaksi elektronik”.

2) Pasal 45 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik.

”Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana di maksud

dalam Pasal 28 ayat (1) atau ayat (2) di pidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak

Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”.

3) Pasal 263 KUHP tentang Pemalsuan Surat.

“Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat yang

dapat menimbulkan sesuatu hak perikatan atau pembebasan hutang, atau yang di peruntukkan sebagai bukti daripada sesuatu hal dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai surat tersebut seolah-olah isinya benar dan tidak palsu, di ancam jika pemakaian tersebut dapat menimbulkan kerugian, karena pemalsuan surat, dengan pidana penjara paling lama enam tahun”.

4) Pasal 362 KUHP tentang Pencurian

“Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau

sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk di miliki secara melawan hukum, di ancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana dengan paling banyak

sembilan ratus rupiah”.

5) Pasal 378 KUHP tentang Penipuan

“Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri

atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, atau pun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberikan hutang atau menghapuskan piutang di ancam karena penipuan dengan pidana

commit to user

d. Tindakan Preventif Dari Pihak Kepolisian Terhadap Carding

Untuk mengurangi terjadinya tindak pidana di dunia maya ini, polisi berupaya semaksimal mungkin untuk memperingatkan masyarakat tentang bahayanya kejahatan ini. Upaya pencegahan dari kepolisian adalah melakukan Sosialisasi melalui kegiatan seminar di universitas-universitas, oganisasi-organisasi massa tentang bahaya kejahatan di dunia maya dan mengirimkan anggota Polri terpilih untuk kursus di luar negeri mengenai

cybercrime.