• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINDAK PIDANA PENIPUAN TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI INTERNET DENGAN MODUS OPERANDI CARDING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TINDAK PIDANA PENIPUAN TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI INTERNET DENGAN MODUS OPERANDI CARDING"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

TINDAK PIDANA PENIPUAN TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI INTERNET DENGAN MODUS OPERANDI CARDING

Penulisan Hukum (Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh : M Tony Arinof

E0008184

FAKULTAS HUKUM

(2)

commit to user

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

TINDAK PIDANA PENIPUAN TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI INTERNET DENGAN MODUS OPERANDI CARDING

Oleh

M Tony Arinof

Nim : E0008184

Disetujui untuk dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum

(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, 31 Juli 2012

Dosen Pembimbing 1

Prof.Dr. Supanto, S.H., M.Hum NIP. 19601107 1986011001

Dosen Pembimbing 2

(3)

commit to user

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (Skripsi)

TINDAK PIDANA PENIPUAN TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI INTERNET DENGAN MODUS OPERANDI CARDING

Oleh

M Tony Arinof

Nim : E0008184

Telah diterima dan disahkan oleh Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada :

Hari : Jumat

Tanggal : 03 Agustus 2012

DEWAN PENGUJI

1. Subekti, S.H., M.H : ... Ketua

2. Rofikah, S.H., M.H : ... Sekretaris

3. Prof.Dr. Supanto, S.H., M.Hum : ... Anggota

Mengetahui

Dekan,

(4)

commit to user PERNYATAAN

Nama : M Tony Arinof

NIM : E0008184

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :

Tindak Pidana Penipuan Transaksi Jual Beli Melalui Internet Dengan Modus

Operandi Carding adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya

dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam

daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar,

maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan

hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, 31Juli 2012

yang membuat pernyataan

M Tony Arinof

(5)

commit to user MOTTO

Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh.

(Andrew Jackson)

Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik.

(Evelyn Underhill)

PERSEMBAHAN

Penulisan hukum ini kupersembahkan untuk:

Orangtuaku,

Saudara Kandungku

Saudara Seperguruan,

(6)

commit to user KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala rahmat dan

hidayahnya yang telah memberikan kelapangan dan kemudahan di dalam

penulisan hukum ini serta dengan mengucap syukur alhamdulillah, penulisan

hukum (skripsi) yang berjudul “TINDAK PIDANA PENIPUAN TRANSAKSI

JUAL BELI MELALUI INTERNET DENGAN MODUS OPERANDI

CARDING dapat Penulis selesaikan.

Penulisan hukum ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana modus

operandi tindak pidana penipuan transaksi jual beli melalui internet dengan

carding dan penanganan tindak pidana penipuan dalam transaksi jual beli melalui

internet dengan modus operandi carding oleh Kepolisian Daerah Jawa Tengah.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu baik materiil maupun non materiil

sehingga penulisan hukum ini dapat diselesaikan, terutama kepada:

1. Bapak Prof.Dr. Ravik Karsidi, M.S, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Ibu Prof.Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Dr.Hari Purwadi, S.H,. M.Hum, selaku Pembantu Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Ibu Dr. I Gusti Ayu Ketut RH, S.H., M.M, selaku Pembantu Dekan II Fakultas

Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Bapak Hernawan Hadi, S.H., M.Hum, selaku Pembantu Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

6. Bapak Prof.Dr. Supanto, S.H., M.Hum, selaku Pembimbing Utama dalam

Penulisan Hukum (Skripsi) ini.

7. Ibu Rofikah, S.H., M.H., selaku Co.Pembimbing Penulisan Hukum (Skripsi)

(7)

commit to user

8. Bapak Prasetyo Hadi Purwandoko, S.H., M.S., selaku Pembimbing Akademis

selama menempuh perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

9. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah menyalurkan pengetahuan dibidang ilmu hukum kepada penulis

sehingga dapat menjadi bekal dalam penyusunan penulisan hukum (skripsi)

ini dan semoga dapat segera penulis amalkan.

10.AKBP Anton Sasono, selaku Wadir Reskrimsus Polda Jateng yang telah

memberi ijin untuk melakukan penelitian dan memperoleh data-data yang

penulis butuhkan dalam menyelesaikan penulisan hukum ini.

11.Kompol Iswanto, selaku Kanit I Subdit Ekonomi Khusus Dit Reskrimsus

Polda Jateng, yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dalam

melakukan penelitian di Polda Jawa Tengah.

12.Bapak Sadino, eyang kakung tercinta yang selalu memberi dukungan dan doa

kepada penulis hingga dapat menyelesaikan penulisan hukum ini serta studi di

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

13.Kedua orang tua dan Saudara Kandungku tercinta, yang selalu memberi

dukungan dan doa kepada penulis hingga dapat menyelesaikan penulisan

hukum ini serta studi di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Mengingat keterbatasan kemampuan diri penulis, penulis sadar bahwa penulisan

hukum (skripsi) ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu adanya saran dan

kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis harapkan.

Akhir kata penulis berharap semoga penulisan hukum ini dapat memberikan

manfaat bagi kita semua, terutama untuk perkembangan hukum acara pidana,

kalangan akademisi, praktisi serta masyarakat umum.

Surakarta, 31 Juli 2012

(8)

commit to user DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .. ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAK ... xiii

ABSTRACT ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Metode Penelitian ... 5

1. Jenis Penelitian ... 5

2. Sifat Penelitian ... 6

3. Pendekatan Penelitian ... 6

4. Jenis Data ... 6

5. Sumber Data ... 7

6. Teknik Pengumpulan Data ... 7

7. Teknik Analisis Data ... 8

(9)

commit to user

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .. ... 11

A.Kerangka Teori ... 11

1. Pengaturan Tindak Pidana Penipuan Dalam KUHP ... 11

a. Pengertian Tindak Pidana Penipuan ... 11

b. Bentuk Tindak Pidana Penipuan ... 13

1). Penipuan Pokok ... 13

2). Penipuan Ringan ... 14

3). Penipuan dalam Jual Beli ... 15

2. Transaksi Jual Beli Menggunakan Media Internet ... 19

a. Pengertian Jual-Bel ... 19

b. Klasifikasi Jual Beli dari Sisi Objek Dagangan ... 19

c. Syarat-Syarat Sah Jual Beli ... 20

d. Perkembangan Jual Beli ... 20

e. Jual Beli melalui Internet ... 21

3. Perkembangan Internet Dan Dampaknya ... 24

a. Pengertian Internet ... 24

b. Sejarah Internet ... 25

c. Manfaat Internet ... 26

d. Dampak Negatif dan Positif Internet ... 27

4. Cybercrime ... 29

a. Pengertian Cyberspace ... 29

b. Cybercrime ... 30

c. Jenis-jenis Cybercrime ... 31

5. Penanganan Polisi Terhadap Tindak Pidana Cybercrime ... 34

B.Kerangka Pemikiran ... 37

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

A.Hasil Penelitian ... 39

1. Secara Umum Lokasi Penelitian ... 39

a. Jawa Tengah ... 39

(10)

commit to user

c. Kepolisian Resort ... 43

d. Kepolisian Sektor ... 45

e. Dit Reskrimsus Polda Jawa Tengah ... 49

2. Modus Operandi Penipuan Dalam Transaksi Jual-Beli Melalui Internet Dengan Carding ... 55

a. Perkembangan Kejahatan Cyber di Wilayah Polda Jawa Tengah ... 55

b. Modus Operandi Carding Yang Terjadi Di Wilayah Polda Jawa Tengah ... 57

1).Kasus I ... 58

2).Kasus II ... 58

3. Penanganan Pihak Kepolisian Terhadap Modus Operandi Carding ... 59

a. Penanganan Kasus I ... 59

b. Penanganan Kasus II ... 61

c. Pasal-Pasal yang dapat dikenakan pada pelaku Carding... 62

d. Tindakan Preventif Dari Pihak Kepolisian Terhadap Carding ... 64

B.Pembahasan ... 64

1. Modus Operandi Carding ... 64

2. Penanganan Oleh Aparat Kepolisian Terhadap Modus Operandi Carding ... 68

BAB IV PENUTUP ... 74

A.Simpulan ... 74

B.Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(11)

commit to user

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Halaman

Gambar 1. Teknik Analisis Data Kualitatif ... 8

Gambar 2 : Kerangka Pemikiran ... 37

Gambar 3. Struktur Organisasi Polda Jawa Tengah ... 48

(12)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 80

Lampiran II Surat Keterangan Penelitia . ... 81

Lampiran III Berkas Penyelidikan Kepolisian (sebagian) ... 82

(13)

commit to user ABSTRAK

M TONY ARINOF, E 0008184. 2012. TINDAK PIDANA PENIPUAN TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI INTERNET DENGAN MODUS

OPERANDI CARDING, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Penelitian hukum ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kejahatan penipuan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dalam hal transaksi jual beli

melalui internet dengan modus operandi carding dan untuk mengetahui

penanganan tindak pidana penipuan dalam transaksi jual beli melalui internet dengan modus operandi carding oleh aparat Kepolisian Daerah Jawa Tengah.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian hukum empiris. Pendekatan penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif yaitu untuk memahami fenomena apa yang sedang dialami oleh subjek. Jenis dan sumber bahan hukum penelitian ini yaitu berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan bahan hukum penelitian ini adalah melalui observasi di lapangan serta wawancara secara mendalam dengan para narasumber. Sedangkan teknik analisis yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu teknik analisis deduktif.

Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, dapat disimpulkan bahwa kemajuan teknologi membuat teknik kejahatan penipuan semakin canggih dengan adanya modus carding dan penanganan dari aparat kepolisian sudah sangat membantu mengurangi dan mencegah terjadinya carding namun masih banyak kekurangan dari SDM Polri dan lambatnya tindakan Polri dalam menangani kasus cyber.

(14)

commit to user ABSTRACT

M TONY ARINOF, E 0008184. 2012. TRADING TRANSACTION FRAUD THROUGH THE INTERNET BY MODUS OPERANDI OF CARDING, Faculty of Law, Sebelas Maret University Surakarta.

This legal research aims to determine the development of a fraud crime by utilizing the technological advances in terms of trading via the internet with the modus operandi of carding and to determine the law enforcement fraud crime in the trading transactions over the Internet with the modus operandi of carding by the Central Java Regional Police.

This study is a kind of empirical legal research. The research approach that I use in this study is a qualitative approach, which is to understand the phenomenon of what is being experienced by the subject. Types and sources of legal materials of this study is in the form of primary legal materials, secondary legal materials and tertiary legal materials. Collection of legal materials techniques this research is through field observations and in-depth interviews with informants. Besides that, the analysis techniques who authors use in this research is deductive analytical techniques.

Based on research that has been made by the author, it can be concluded that advances in technology make increasingly sophisticated fraud techniques with the carding modus and handling of police have been very helpful to reduce and prevent the occurrence of carding, but there are still many shortcomings of human resources in Polri and the latest police action in dealing the cases of cyber.

(15)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Globalisasi telah membawa dunia kearah yang lebih maju dengan kehadiran

teknologi-teknologi penunjang kehidupan manusia. Beberapa diantaranya adalah

teknologi komunikasi dan komputer. Perkembangan teknologi komunikasi dan

komputer telah melahirkan internet yang menjadi tulang punggung teknologi

informasi. Perkembangan internet dipicu oleh peluncuran pesawat sputnik milik

Uni Soviet yang di tanggapi oleh Amerika Serikat dengan membuat proyek

peluncuran pesawat luar angkasa dan pengembangan internet pada tahun 1960-an.

Pada awal perkembangan, internet digunakan untuk kepentingan kekuasaan

khususnya kepentingan militer Amerika Serikat.

Perkembangan teknologi umumnya dan internet pada khususnya tidak bisa di

nikmati oleh orang-orang biasa seperti sekarang ini. Seusai perang dingin antara

Amerika Serikat dengan Uni Soviet, internet tidak lagi digunakan untuk

kepentingan militer, tetapi beralih fungsi menjadi sebuah media yang mampu

membawa perubahan dalam kehidupan manusia. internet tidak lagi hanya

digunakan oleh kalangan militer dan pemerintah tetapi juga digunakan oleh

pelaku bisnis, politikus, musikus, budayawan bahkan para penjahat dan teroris.

Internet mulai digunakan sebagai alat propaganda politik, transaksi bisnis atau

perdagangan, sarana pendidikan, kesehatan, manufaktur, perancangan,

pemerintahan, pornografi dan kejahatan lain (Asril Sitompul, 2001: 13).

Kehadiran internet telah membuka cakrawala baru dalam kehidupan manusia.

internet merupakan sebuah ruang informasi dan komunikasi yang menjanjikan

menembus batas-batas antarnegara dan mempercepat penyebaran dan pertukaran

ilmu dan gagasan di kalangan ilmuwan dan cendekiawan di seluruh dunia.

Internet membawa kita kepada ruang atau dunia baru yang tercipta yang di

namakan Cyberspace yaitu sebuah dunia komunikasi berbasis komputer yang

menawarkan realitas yang baru berbentuk virtual (tidak langsung dan tidak nyata).

(16)

commit to user

Namun, perkembangan teknologi tidak hanya membawa dampak positif di

mana pemanfaatan teknologi informasi di seluruh bidang kehidupan manusia dan

mempermudah manusia dalam pekerjaan–pekerjaannya, misalnya dengan

E-commerce membuat kita mudah melakukan pembelian maupun penjualan suatu

barang tanpa mengenal tempat. Dampak negatif perkembangan teknologi yaitu

berkembang pula yang semula kejahatan konvensional menjadi kejahatan

berteknologi. Perkembangan kejahatan tersebut di tandai dengan semakin

bervariasi bentuk-bentuk kejahatan dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi

di mana kejahatan di bidang informatika khususnya telah banyak terjadi.

Pada umumnya kejahatan di bidang informatika atau dengan menggunakan

internet merupakan kejahatan biasa tetapi dengan peralatan canggih. Kalau dahulu

orang menipu dengan kata-kata bohong sekarang menipu bukan hanya kata-kata

dari mulut seseorang tetapi dengan menggunakan peralatan komputer dan internet,

penipuan bisa dilakukan untuk membeli suatu barang di internet. Penipuan di

internet terjadi karena penggunaan internet untuk keperluan bisnis dan

perdagangan yang mulai di kenal belakangan ini dengan cepat meluas di dunia.

Perdagangan elektronik atau E-commerce adalah pembelian dan penjualan barang

dan jasa dengan menggunakan jasa komputer online di Internet (Abdul Halim

Barakatullah dkk, 2005: 12). Penipuan sering terjadi pada perdagangan elektronik

ini dengan berbagai modus kejahatan. Kejahatan yang terjadi di dunia maya sering

disebut dengan Cybercrime. Cybercrime dirumuskan sebagai perbuatan melawan

hukum yang dilakukan dengan memakai jaringan komputer sebagai sarana/alat

atau komputer sebagai objek, baik untuk memperoleh keuntungan ataupun tidak,

dengan merugikan pihak lain.

Salah satu Cybercrime yang sering dilakukan para hacker adalah carding .

Biasanya para carder (sebutan hacker yang melakukan carding ) membeli barang

dari internet dan kemudian membayar barang yang dibelinya tersebut dengan

kartu kredit atau kartu debit milik orang lain sebagai korbannya. Melalui

wawancara dengan Kompol Iswanto Kanit Cybercrime Polda Jateng didapatkan

suatu kasus yang terjadi di Indonesia terungkap di Semarang pada tahun 2000 di

(17)

commit to user

yang di dapat polisi dari interpol di Jakarta. Pelaku melakukan penipuan dengan

membeli barang secara online melalui situs www.ebay.com. Situs tersebut menjadi

tempat favorit para carder untuk melakukan kejahatan menggunakan kartu kredit

korbannya. Sedangkan data kartu kredit yang digunakan para carder didapatkan

dengan berbagai modus operandi dan teknik-teknik yang bermacam-macam.

Carding merupakan kejahatan yang sulit terungkap bahkan belum terungkap

di Indonesia. Padahal pelakunya di Indonesia sudah banyak sekali. Dibanding

dengan negara-negara maju atau negara-negara di Asia bahkan di wilayah negara

di Asia Tenggara saja sekalipun Indonesia tergolong negara yang jumlah

pengguna internetnya masih rendah, namun memiliki prestasi menakjubkan dalam

cybercrime terutama pencurian kartu kredit (ICT Watch, 2001: 38). Menurut riset

Clear Commerce Inc, perusahaan teknologi informasi yang berbasis di Texas-AS,

di kalangan pengguna internet dunia, pengguna internet Indonesia masuk dalam

blacklist di sejumlah onlineshopping ternama, seperti ebay.com dan amazon.com.

Tak jarang kartu kredit asal Indonesia diawasi bahkan di blokir.

Kejahatan di bidang komputer/internet, merupakan salah satu permasalahan

tersendiri dalam penegakkan hukum di Indonesia yang perlu mendapat perhatian

serta pemikiran untuk mendapatkan jalan keluar yang memadai, baik melalui

perangkat hukumnya, kesigapan aparat penegak hukum maupun kepedulian

masyarakat tentang arti perlindungan/pengamanan bagi pengguna

komputer/internet.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian lebih lanjut terkait modus operandi carding dan penanganan tindak

pidana penipuan tersebut. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menyusun

penulisan hukum yang berjudul: “TINDAK PIDANA PENIPUAN

TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI INTERNET DENGAN MODUS

OPERANDI CARDING ”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

(18)

commit to user

1. Bagaimana modus operandi tindak pidana penipuan transaksi jual beli melalui

internet dengan carding ?

2. Bagaimana penanganan tindak pidana penipuan dalam transaksi jual beli

melalui internet dengan modus operandi carding oleh Kepolisian Daerah Jawa

Tengah?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian hukum ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui modus operandi tindak pidana penipuan transaksi jual

beli melalui internet dengan carding .

b. Untuk mengetahui penanganan tindak pidana penipuan dalam transaksi

jual beli melalui internet dengan modus operandi carding oleh Kepolisian

Daerah Jawa Tengah.

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis di bidang hukum

pidana, khususnya mengenai tindak pidana penipuan dalam transaksi jual

beli melalui internet dengan modus operandi carding.

b. Untuk memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar sarjana

(S1) dalam bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

D.Manfaat Penelitian

Di dalam penelitian sangat diharapkan adanya manfaat dan kegunaan karena

nilai suatu penelitian ditentukan oleh besarnya manfaat yang dapat diambil dari

penelitian tersebut, adapun manfaat yang diharapkan oleh penulis dari penelitian

ini antara lain :

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

yang relevan bagi pengembangan ilmu hukum pada umumnya dan ilmu

(19)

commit to user

b. Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang perkembangan

tindak pidana penipuan dari konvensional ke yang lebih modern.

c. Memberikan pengetahuan tentang perkembangan kejahatan berteknologi

secara umum dan modus operandi carding secara khusus.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk memberikan jawaban atas permasalahan yang sedang di teliti.

b. Untuk mengembangkan pola pikir serta kemampuan penalaran penulis

dalam menerapkan ilmu hukum yang diperoleh.

c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai literatur dan bahan informasi

bagi semua pihak terutama mengenai perkembangan tindak pidana

penipuan berteknologi.

E. Metode Penelitian

Metode pada hakekatnya memberikan pedoman tentang cara-cara seorang

ilmuwan mempelajari, menganalisa dan memahami lingkungan-lingkungan yang

dihadapinya (Soerjono Soekanto, 2010:6).

Guna mendukung pelaksanaan penelitian hukum maka perlu diterapkan

metode penelitian yang tepat untuk menganalisis isu hukum yang di hadapi

tersebut. Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian hukum ini

adalah sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian hukum ini adalah

jenis penelitian hukum empiris. Pada penelitian hukum empiris, yang akan di

teliti pada awalnya adalah data sekunder untuk kemudian dilanjutkan dengan

penelitian terhadap data primer di lapangan atau terhadap masyarakat

(Soerjono Soekanto, 2010: 52).

Penelitian ini di mulai dengan meneliti dan mencermati

perundang-undangan baik yang terkait dengan faktor-faktor kriminologis dalam data

sekunder dan akan di tindak lanjuti dengan pendekatan empirik melalui

(20)

commit to user

penipuan transaksi jual beli melalui internet dengan modus operandi carding,

di mana penipuan merupakan suatu tindak pidana.

2. Sifat Penelitian

Sifat dari penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif. Penelitian

deskriptif merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan

secara cermat karakteristik dari fakta-fakta (individu, kelompok, atau keadaan)

dan untuk menentukan frekuensi sesuatu yang terjadi (Rianto Adi, 2010: 58).

Gambaran secara cermat yang di maksud dalam penelitian ini adalah gambaran

yang menjelaskan mengenai perkembangan kejahatan berteknologi dan

penjelasan mengenai penipuan transaksi jual beli melalui internet dengan

modus operandi carding serta penanganannya oleh Kepolisian Daerah Jawa

Tengah.

3. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian hukum ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif.

Pendekatan kualitatif itu sendiri berarti penelitian yang di maksudkan untuk

memahami fenomena apa yang di alami oleh subjek penelitian, mengumpulkan

data dari subjek kemudian di analisa sehingga dapat diperoleh suatu

kesimpulan atas permasalahan yang di angkat.

4. Jenis Data a. Data Primer

Data Primer merupakan sejumlah keterangan atau fakta yang dapat

memberikan informasi secara langsung mengenai segala sesuatu yang

berkaitan dengan objek penelitian. Data primer dalam penelitian ini di

lakukan di Kantor Kepolisian Daerah Jawa Tengah yang bertempat di Kota

Semarang.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang menunjang dan mendukung

data primer, data ini diperoleh melalui studi kepustakaan, buku-buku,

literature, tulisan ilmiah, koran, majalah, peraturan perundang-undangan

(21)

commit to user 5. Sumber Data

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sejumlah keterangan atau fakta yang

secara langsung diperoleh melalui bahan-bahan tertulis atau bahan pustaka

sebagai perlengkapan data primer yang berkaitan dengan penelitian ini

(Soerjono Soekanto, 2010: 12). Data primer dalam penulisan hukum ini

diperoleh melalui wawancara secara langsung di lokasi penelitian dari

pihak yang berwenang dalam memberikan keterangan secara langsung

mengenai permasalahan yang akan di teliti. Sumber data primer dalam

penelitian ini adalah Kompol Iswanto, Kanit I Subdit Ekonomi Khusus

(cybercrime) Direktorat Reskrimsus Polda Jateng.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang secara tidak

langsung memberikan keterangan yang sifatnya mendukung sumber data

primer yang diperoleh melalui studi kepustakaan dengan membaca

buku-buku dari pendapat ahli, dokumen-dokumen, tulisan-tulisan yang berkaitan

dengan pokok permasalahan yang akan di teliti.

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan teknik untuk mengumpulkan data

dari salah satu atau beberapa sumber data yang ditentukan. Untuk memperoleh

data-data yang lengkap dan relevan, maka penulis menggunakan teknik

pengumpulan data sebagai berikut:

a) Teknik Pengumpulan Data Primer

Data diperoleh dari lapangan dalam hal ini melalui wawancara

langsung dengan narasumber. Wawancara merupakan suatu proses

interaksi dan komunikasi secara langsung dan bertatap muka antara

pewawancara dengan narasumber yang di wawancarai. Penulis dalam hal

ini mengadakan wawancara langsung dengan Kompol Iswanto, Kanit I

(22)

commit to user

b) Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Untuk mendapatkan data sekunder, penulis melakukannya dengan

studi pustaka yang merupakan pendukung dan pelengkap dari sumber data

primer. Dalam hal ini penulis menggunakan data sekunder dari peraturan

perundang-undangan, buku-buku dan dokumen-dokumen yang berkaitan

dengan masalah yang di teliti.

7. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh baik dari studi lapangan maupun studi kepustakaan

di teliti dengan metode analisis deskriptif kualitatif, yaitu data yang diperoleh

akan digambarkan dan di analisis sesuai dengan keadaan sebenarnya. Teknik

analisis data kualitatif dengan model interatis dapat digambarkan dengan

skema sebagai berikut (H.B. Sutopo, 2002: 56).

Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka yaitu membaca

buku-buku, internet dan referensi lain yang berkaitan dengan penelitian untuk

menjadi data sekunder. Untuk data primer diperoleh dengan metode

wawancara secara langsung kepada narasumber yaitu Kompol Iswanto selaku

Kanit I Subdit Ekonomi Khusus (cybercrime) Direktorat Reskrimsus Polda

Jateng yang berwenang menangani masalah yang berkaitan dengan penelitian.

Proses analisis data di mulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia

dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan, yang sudah di tulis dalam

catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, undang-undang dan

sebagainya. Data tersebut banyak sekali, setelah di baca, dipelajari, dan di Pengumpulan

Data

Reduksi Data Penyajian Data

Penarikan

(23)

commit to user

telaah maka langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data yang

dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha

membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu di

jaga sehingga tetap berada di dalamnya. Kemudian dilakukan penafsiran dari

data-data yang sudah lengkap untuk penyajian data dalam penulisan hukum.

Pada bagian akhir merangkum secara keseluruhan data yang telah disajikan

untuk menjadi penutup pada penulisan hukum ini.

F. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai sistematika

penulisan hukum yang sesuai dengan aturan dalam penulisan hukum serta untuk

mempermudah pemahaman mengenai seluruh isi penulisan hukum ini, maka

peneliti menjabarkan dalam bentuk sistematika penulisan hukum yang terdiri dari

4 (empat) bab di mana tiap-tiap bab terbagi dalam sub-sub bagian yang di

maksudkan untuk memudahkan pemahaman mengenai seluruh isi penulisan

hukum ini.

Penulisan ini diawali dengan Bab I yang menguraikan latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan

sistematika penulisan hukum (skripsi).

Bab II tentang tinjauan pustaka ini terdiri dari kerangka teori dan kerangka

pemikiran. Penulis memaparkan landasan teori para pakar maupun doktrin hukum

berdasarkan literatur yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Kerangka

teori tersebut meliputi pengaturan tindak pidana penipuan dalam KUHP, transaksi

jual beli menggunakan media internet, perkembangan internet dan dampaknya,

cybercrime, penanganan polisi terhadap tindak pidana cybercrime.

Bab III menguraikan tentang pembahasan dan hasil yang diperoleh dari

proses penelitian. Berdasarkan rumusan masalah yang di bahas dalam bab ini

yaitu modus operandi tindak pidana penipuan transaksi jual beli melalui internet

dengan carding dan penanganan tindak pidana penipuan dalam transaksi jual beli

(24)

commit to user

Bab IV menguraikan secara singkat tentang simpulan akhir dari pembahasan

dan jawaban atas rumusan permasalahan dan di akhiri dengan saran-saran yang

didasarkan atas hasil keseluruhan penelitian serta di akhiri dengan daftar pustaka

(25)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Pengaturan Tindak Pidana Penipuan Dalam KUHP

a. Pengertian Tindak Pidana Penipuan

Tindak pidana penipuan dalam KUHP di atur pada Buku II tentang

Kejahatan terhadap Harta Kekayaan, yaitu berupa penyerangan terhadap

kepentingan hukum orang atas harta benda yang di milikinya. Kejahatan

terhadap harta kekayaan adalah berupa perkosaan atau penyerangan

terhadap kepentingan hukum orang atas harta benda milik orang lain

(bukan milik tertindak), di muat dalam buku II KUHP, yaitu: tindak pidana

pencurian, pemerasan, penggelapan barang, penipuan, merugikan orang

berpiutang dan berhak, dan penghancuran atau pengrusakan barang, dan

penadahan (begunsting).

Menurut Wirjono Prodjodikoro (2002: 10), yang di maksud dengan

kejahatan-kejahatan dan pelanggaran-pelanggaran mengenai harta

kekayaan orang adalah tindak-tindak pidana yang termuat dalam KUHP :

1) Titel XXII : buku II tentang pencurian.

2) Titel XXIII : buku II tentang pemerasan dan pengancaman.

3) Titel XXIV : buku II tentang penggelapan barang.

4) Titel XXV : buku II tentang penipuan.

5) Titel XXI : buku II tentang merugikan orang berpiutang dan

berhak.

6) Titel XXVII: buku II tentang penghancuran dan perusakan barang.

7) Titel XXX : buku II tentang pemudahan (begunstiging).

8) Titel VII : buku III tentang pelanggaran-pelanggaran tentang

tanah-tanah tanaman.

Persamaan dari ketujuh macam kejahatan dan satu macam

pelanggaran adalah bahwa dengan tindak-tindak pidana ini, merugikan

kekayaan seseorang atau badan hukum. Kedelapan tindak pidana tersebut

(26)

commit to user

dalam bidang hukum pidana dapat di bagi menjadi dua macam perbuatan:

Pertama, perbuatan tidak memenuhi suatu perjanjian (wanprestasi),

sebagian besar dari penggelapan barang dan merugikan orang berpiutang

dan berhak. Kedua, perbuatan melanggar hukum perdata (onrechtmatige

daad dari Pasal 1365 BW), sebagian besar dari tindak pidana lainnya:

pencurian, pemerasan dan pengancaman, penipuan, penghancuran atauk

perusakan barang, pemudahan, dan pelanggaran tentang tanah-tanah

tanaman (Wirjono Prodjodikoro, 2002: 10).

Unsur-unsur khas dalam tindak pidana terhadap kekayaan orang lain

(Wirjono Prodjodikoro, 2002: 13) :

1) Pencurian (diefstal): mengambil barang orang lain untuk

memilikinya.

2) Pemerasan (afpersing): memaksa orang lain dengan kekerasan

untuk memberikan sesuatu.

3) Pengancaman (afdreiging): memaksa orang lain dengan ancaman

untuk memberikan sesuatu.

4) Penipuan (oplichting): membujuk orang lain dengan tipu muslihat

untuk memberikan sesuatu.

5) Merugikan orang yang berpiutang: sebagai orang berutang berbuat

sesuatu terhadap kekayaannya sendiri dengan merugikan si

berpiutang (creditor).

6) Penghancuran atau pengrusakan barang: melakukan perbuatan

terhadap orang lain secara merugikan tanpa mengambil barang itu.

7) Pemudahan (penadahan): menerima atau memperlakukan barang

yang diperoleh orang lain secara tindak pidana.

8) Pelanggaran tentang tanah-tanah tanaman: adanya tanah yang di

tanami dan merusak dengan melaluinya.

9) Penggelapan barang (verduistering) : memiliki barang yang sudah

ada di tangannya (zich toe-eigenen).

Secara umum, unsur-unsur tindak pidana terhadap harta kekayaan ini

(27)

commit to user

obyektif yang di maksud adalah berupa hal-hal sebagai berikut (PAF

Lamintang, 2009: 141) :

1) Unsur perbuatan materiel, seperti perbuatan mengambil (dalam

kasus pencurian), memaksa (dalam kasus pemerasan),

memiliki/mengklaim (dalam kasus penggelapan), menggerakkan

hati/pikiran orang lain (dalam kasus penipuan) dan sebagainya;

2) Unsur benda/barang;

3) Unsur keadaan yang menyertai terhadap obyek benda yakni harus

merupakan milik orang lain;

4) Unsur upaya-upaya tertentu yang digunakan dalam melakukan

perbuatan yang dilarang; dan

5) Unsur akibat konstitutif yang timbul setelah dilakukannya

perbuatan yang dilarang.

Sedangkan unsur subyektifnya adalah terdiri atas :

1) Unsur kesalahan yang dirumuskan dengan kata-kata seperti

“dengan maksud”, “dengan sengaja”, “yang diketahuinya/patut di

duga olehnya” dan sebagainya; dan

2) Unsur melawan hukum baik yang ditegaskan eksplisit/tertulis

dalam perumusan Pasal maupun tidak.

Penipuan dalam arti sempit yaitu penipuan yang terdapat dalam Pasal

378 KUHP. Sedangkan dalam arti yang luas tindak pidana ini sering

disebut bedrog. Di dalam KUHP, bedrog di atur dalam bab XXV Pasal 378

sampai dengan 395 KUHP. Dalam rentang Pasal-Pasal tersebut, bedrog

kemudian berubah menjadi bentuk-bentuk penipuan yang lebih khusus.

b. Bentuk Tindak Pidana Penipuan

1)Penipuan Pokok

Menurut Pasal 378 KUHP penipuan adalah

“Barang siapa dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau

orang lain dengan melawan hukum, baik menggunakan nama palsu atau keadaan palsu, maupun dengan tipu daya, ataupun dengan rangkaian perkataan-perkataan bohong, membujuk orang supaya menyerahkan

(28)

commit to user

Dari pernyataan di atas dapat di simpulakan bahwa dalam penipuan

tidak menggunakan paksaan akan tetapi dengan tipu muslihat seseorang

untuk mempengaruhi orang lain sehingga orang tersebut bertindak tanpa

kesadaran penuh. Unsur-unsur tindak pidana penipuan adalah sebagai

berikut (PAF Lamintang, 2009: 151) :

a) Unsur-unsur objektif:

(1)Perbuatan: menggerakkan atau membujuk;

(2) Yang digerakkan: orang

(3) Perbuatan tersebut bertujuan agar:

(a) Orang lain menyerahkan suatu benda;

(b) Orang lain memberi hutang; dan

(c) Orang lain menghapuskan piutang.

(2)Untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain;dan

(3)Dengan melawan hukum.

2) Penipuan Ringan

Penipuan ringan telah dirumuskan dalam Pasal 379 KUHP yang

berbunyi:

“Perbuatan yang dirumuskan dalam Pasal 378 jika benda yang

diserahkan itu bukan ternak dan harga dari benda, hutang atau piutang itu tidak lebih dari Rp.250,00 dikenai sebagai penipuan ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling

banyak Rp. 900,00.”

Dalam masyarakat kita binatang ternak di anggap mempunyai nilai

(29)

commit to user

dari binatang lainnya. Akan tetapi, apabila nilai binatang ternak tersebut

kurang dari Rp. 250,00,- maka bukan berarti penipuan ringan.

Adapun yang di maksud hewan menurut Pasal 101 yaitu Binatang

yang berkuku satu: kuda, keledai dan sebagainya. Binatang yang

memamah biak: sapi, kerbau, kambing, biri-biri dan sebagainya.

Sedangkan harimau, anjing dan kucing bukan merupakan hewan yang di

maksud dalam Pasal ini. Unsur-unsur penipuan ringan adalah:

a) Semua unsur yang merupakan unsur pada Pasal 378 KUHP.

b) Unsur-unsur khusus, yaitu:

(1) benda objek bukan ternak;

(2) nilainya tidak lebih dari Rp. 250,00-

Selain penipuan ringan yang terdapat menurut Pasal 379 di atas, juga

terdapat pada Pasal 384 dengan dinamakan (bedrog) penipuan ringan

tentang perbuatan curang oleh seorang penjual terhadap pembeli adalah

dengan rumusan:

Perbuatan yang dirumuskan dalam Pasal 383 dikenai pidana paling

lama 3 bulan dan denda paling banyak Rp.900,00- jika jumlah

keuntungan tidak lebih dari Rp. 250.00.

3)Penipuan dalam Jual Beli.

Penipuan dalam hal jual beli digolongkan menjadi 2 bentuk, yaitu;

penipuan yang dilakukan oleh pembeli yang di atur dalam Pasal 379a dan

kejahatan yang dilakukan oleh penjual yang di atur dalam Pasal 383 dan

386.

a) Penipuan yang dilakukan oleh pembeli.

Menurut Pasal 379a yang berbunyi:

“Barang siapa menjadikan sebagai mata pencaharian atau

kebiasaan untuk membeli benda-benda, dengan maksud supaya dengan tanpa pembayaran seluruhnya, memastikan kekuasaanya terhadap benda-benda itu, untuk diri sendiri maupun orang lain

diancam dengan pidana penjara paling lama 4 tahun”.

Dalam bahasa asing kejahatan ini dinamakan flessentrekkerij.

(30)

commit to user

biasanya banyak terjadi di kota-kota besar, yaitu orang yang

biasanya membeli secara bon barang-barang untuk dirinya sendiri

atau orang lain dengan maksud sengaja tidak akan membayar lunas.

Model yang dilakukan biasanya dengan mencicil atau kredit .

Dengan barang yang sudah diserahkan apabila pembeli tidak

membayarnya lunas, sehingga merugikan penjual. Dalam hukum

perdata hal ini disebut wanprestasi. Akan tetapi, apabila sudah

dijadikan mata pencaharian atau kebiasaan seperti maksud semula

tidak ingin membayar lunas, maka disebut tindak pidana.

Unsur-unsur kejahatan pembeli menurut Pasal 379a KUHP yaitu (PAF

Lamintang, 2009: 172):

(1)Unsur-unsur objektif:

(a) Perbuatan membeli;

(b) Benda-benda yang di beli;

(c) Dijadikan sebagai mata pencaharian atau kebiasaan.

(2)Unsur-unsur Subjektif:

(a)Dengan maksud menguasai benda tersebut untuk

menguntungkan diri sendiri atau orang lain;

(b)Tidak membayar lunas harganya.

Agar pembeli tersebut bisa menjadikan barang-barang tersebut

sebagai mata pencaharian maka setidaknya harus terdiri dari dua

perbuatan dan tidaklah cukup apabila terdiri dari satu perbuatan saja.

Akan tetapi, hal ini tidak muthlak harus terdiri dari dari beberapa

perbuatan.

b) Penipuan yang dilakukan oleh penjual.

Ketentuan mengenai penipuan yang dilakukan oleh penjual diatur pada Pasal 383 KUHP sebagai berikut:

Di ancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan, seorang penjual yang berbuat curang terhadap pembeli: (1)karena sengaja menyerahkan barang lain daripada yang di

tunjuk untuk di beli;

(31)

commit to user

Menyerahkan barang lain daripada yang di setujui misalnya;

seseorang membeli sebuah kambing sesuai dengan kesepakatan.

Akan tetapi, penjual mengirimkan kambing tersebut dengan kambing

yang lebih jelek. Sedangkan yang di maksud dari Pasal 383 (2) yaitu:

melakukan tipu muslihat mengenai jenis benda, keadaan benda atau

jumlah benda. Dan apabila keuntungan yang diperoleh oleh penjual

tidak lebih dari Rp.250,00. Maka penipuan tersebut masuk pada

penipuan ringan.

c) Penipuan yang dilakukan oleh penjual kedua.

Hal ini disebutkan dalam Pasal 386 KUHP yang merumuskan

sebagai berikut:

(1)“barang siapa menjual, menyerahkan, atau menawarkan barang

makanan, minuman atau obat-obatan, yang di ketahui bahwa itu di palsu, dan menyembunyikan hal itu, di ancam dengan

pidana penjara paling lama empat tahun.”

(2)“bahan makanan, minuman atau obat-obatan itu palsu, jika

nilainya atau faidahnya menjadi kurang karena sudah di

campur dengan bahan lain.”

Maksud dari ayat (2) Pasal ini adalah apabila setelah di

campurnya barang makanan, minuman, atau obat-obatan tersebut

berkurang nilai atau faidahnya, atau bahkan nilai atau faidah barang

tersebut hilang sama sekali, maka hal ini termasuk dalam kasus

pidana dan termasuk pemalsuan barang. Jadi tidak menjadi kasus

pidana apabila setelah di campur tidak berkurang atau hilang nilai

dan faidahnya. Unsur-unsur dari kejahatan penipuan ini adalah (PAF

Lamintang, 2009: 204):

(1)Unsur-unsur objektif:

(a)perbuatan: menjual, menawarkan, dan menyerahkan.

(b)objeknya : benda makanan, benda minuman dan benda

obat-obatan

(c)benda-benda itu di palsu.

(d)menyembunyikan tentang palsunya benda-benda itu.

(32)

commit to user

Penjual yang mencampur tersebut mengetahui bahwa

benda-benda itu di palsunya. Dalam hal ini penjual tidak dikenai

hukuman apabila ia mengutarakan bahwa benda yang dipalsukan

tersebut diberitahukan terhadap pembeli dan pembeli membeli

barang tersebut berdasarkan kemauannya.

Adapun perbedaan antara Pasal 383 dan 386 adalah:

(a)kejahatan dalam Pasal 386 adalah khusus hanya mengenai

barang berupa: bahan makanan dan minuman atau obat-obatan,

sedang dalam Pasal 383 mengenai semua barang.

(b)Pasal 386 mengatakan tentang “menjual, menawarkan atau

menyerahkan” barang (belum sampai menyerahkan barang itu

sudah dapat di hukum), sedangkan Pasal 383 mengatakan

“menyerahkan”, (supaya dapat di hukum barang itu harus

sudah diserahkan).

Perbuatan ini juga melanggar Pasal 8 ayat (2) dan ayat (3)

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

yang berbunyi:

(2) “Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang,

rusak, cacat atau bekas, dan tercemar tanpa memberikan

informasi secara lengkap dan benar atas barang di maksud.” (3) “Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi

dan pangan yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan

atau tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar.”

Selain itu perbuatan ini melanggar Pasal 11 Undang-Undang No.

8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, yang berbunyi:

“Pelaku usaha dalam hal penjualan yang dilakukan melalui

(33)

commit to user

cukup dengan maksud menjual jasa yang lain; menaikkan harga atau tarif barang dan/atau jasa sebelum melakukan obral.

2.Transaksi Jual Beli Menggunakan Media Internet a. Pengertian Jual-Beli

Jual beli secara etimologis artinya: Menukar harta dengan harta. Secara

terminologis artinya: Transaksi penukaran selain dengan fasilitas dan

kenikmatan. Sengaja diberi pengecualian “fasilitas” dan “kenikmatan”, agar

tidak termasuk di dalamnya penyewaan dan menikah. Jual beli adalah dua

kata yang saling berlawanan artinya, namun masing-masing sering

digunakan untuk arti kata yang lain secara bergantian. Oleh sebab itu,

masing-masing dalam akad transaksi disebut sebagai pembeli dan penjual

(Esther Magfirah, 2010: 2).

Menurut Pasal 1457 KUHPerdata,

“Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu

mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu barang, dan pihak yang

lain untuk membayar harga yang dijanjikan.”

Jual beli di anggap telah terjadi antara kedua belah pihak, segera setelah

orang-orang itu mencapai kesepakatan tentang barang tersebut beserta

harganya, meskipun barang itu belum diserahkan dan harganya belum di

bayar. Hak milik atas barang yang di jual tidak pindah kepada pembeli

selama barang itu belum diserahkan. Jika barang yang di jual itu berupa

barang yang sudah ditentukan, maka sejak saat pembelian, barang itu

menjadi tanggungan pembeli, meskipun penyerahannya belum dilakukan

dan penjual berhak menuntut harganya. Harga beli harus ditetapkan oleh

kedua belah pihak. Namun penaksirannya dapat diserahkan kepada pihak

ketiga. Jika pihak ketiga itu tidak suka atau tidak mampu membuat taksiran,

maka tidaklah terjadi suatu pembelian.

b. Klasifikasi Jual Beli dari Sisi Objek Dagangan

Di tinjau dari sisi ini jual beli di bagi menjadi tiga jenis: Pertama: Jual

beli umum, yaitu menukar uang dengan barang. Kedua: Jual beli ash-sharf

(34)

commit to user

muqayadhah atau barter. Yakni menukar barang dengan barang

(Muhammad Washito, 2010: 5).

c. Syarat-Syarat Sah Jual Beli

Jual Beli merupakan suatu perikatan. Maka syarat-syarat sah jual beli

sama dengan syarat sah nya suatu perikatan atau perjanjian menurut

KUHPerdata Pasal 1320, yaitu :

1) Adanya kesepakatan kedua belah pihak.

Maksud dari kata sepakat adalah, kedua belah pihak bersepakat atau

mempunyai satu tujuan yang sama untuk melakukan jual beli.

2) Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum.

Cakap dalam melakukan perbuatan hukum, adalah setiap orang yang

sudah dewasa, sehat pikirannya dan tidak di bawah pengampuan.

Ketentuan sudah dewasa, ada beberapa pendapat, menurut

KUHPerdata, dewasa adalah 21 tahun bagi laki-laki, dan 19 th bagi

wanita. Menurut UU no 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, dewasa

adalah 19th bagi laki-laki, 16 th bagi wanita.

3) Adanya Obyek.

Sesuatu yang di perjanjikan dalam suatu perjanjian haruslah suatu hal

atau barang yang cukup jelas.

4) Adanya kausa yang halal.

Pasal 1335 KUHPerdata, suatu perjanjian yang tidak memakai suatu

sebab yang halal, atau di buat dengan suatu sebab yang palsu atau

terlarang, tidak mempunyai kekuatan hukum.

d. Perkembangan Jual Beli

Jual beli dilakukan dengan cara penjual menyerahkan barang

dagangannya secara langung dan pembeli menyerahkan sejumlah uang

untuk membayar sesuai harga yang telah di sepakati kedua pihak. Ini

merupakan jual beli konvensional yang telah hidup di masyarakat sejak

dulu. Jual beli pun hanya dilakukan di tempat-tempat bertemunya penjual

(35)

commit to user

warung-warung kecil. Jual beli terjadi saat penjual menawarkan barangnya

secara langsung dan pembeli menerima harga yang di sepakati kedua pihak.

Jadi jual beli harus bertemu secara langsung atau bertatap muka antara

penjual dan pembeli.

Selain itu, transaksi jual beli harus dilakukan di tempat penjual

menjual barang dagangannya atau toko, warung, kios tempat penjual

tersebut berjualan. Transaksi pun harus dilakukan saat tempat berjualan si

penjual sudah mulai beroperasi atau sudah buka toko tersebut dan pada saat

pasar libur atau penjual libur, transaksi jual beli akan terhenti. Jadi ada batas

waktu untuk kita bertransaksi dan tempat bertransaksi pun harus pada

tempat si penjual berada. Sehingga pembeli harus mencari tempat penjual

dan mencari barang dagangan yang diinginkan.

Sejalan dengan kemajuan teknologi, kini ada cara yang lebih praktis

yang dilakukan oleh para pelaku jual beli. Transaksi jual beli dapat

dilakukan di semua tempat dan dalam waktu yang tidak terbatas, baik itu di

tengah malam, hari libur, di kantor maupun di tempat tidur, bahkan di dalam

WC pun dapat dilakukan transaksi jual beli jika pelaku jual beli menenteng

network komputer yang dilengkapi dengan media internet (Onno W Purbo,

2001: 5).

Dampak dari adanya internet sebagai hasil revolusi teknologi

informasi bagi konsumen di satu sisi telah mengubah perilaku konsumen

menjadi semakin kritis dan selektif dalam menentukan produk yang akan di

pilihnya. Melalui internet, masyarakat memiliki ruang gerak yang lebih luas

dalam memilih produk (barang dan jasa) yang dipergunakan tentunya sesuai

dengan yang mereka inginkan (Dikdik M Arief dan Elisatris Gultom, 2009:

145)

e. Jual Beli melalui Internet

Jual Beli melalui sarana internet dapat disebut juga “jual beli online

atau “E-commerce” adalah suatu kontak transaksi perdagangan antara

penjual dan pembeli dengan menggunakan media internet jadi proses

(36)

commit to user

dikomunikasikan melalui internet. E-commerce juga dapat diartikan sebagai

suatu proses jual beli dengan memakai internet yang menghubungkan antara

perusahaan, konsumen dan masyarakat dalam bentuk transaksi elektronik

dan pertukaran/penjualan barang, servis, dan informasi secara elektronik.

Praktek perdagangan elektronik (e-commerce) telah ada sejak tahun 1965 ketika konsumen mampu untuk menarik uang dari Mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dan melakukan pembelian menggunakan terminal titik penjualan dan Kartu kredit . Hal ini diikuti oleh sistem yang melintasi batas-batas organisasi dan memungkinkan organisasi untuk pertukaran informasi dan melakukan bisnis secara

elektronik. Sistem seperti ini umumnya di kenal sebagai

interorganisasional sistem (Paul S. Licker. 2001: 131).

Elektronik commerce atau di singkat dengan E-commerce adalah

kegiatan-kegiatan jual beli yang menyangkut konsumen, manufaktur,

services providers dan pedagang perantara (intermediateries) dengan

menggunakan jaringan-jaringan komputer (computer network) yaitu

internet. Penggunaan sarana internet merupakan suatu kemajuan teknologi

yang dapat dikatakan menunjang secara keseluruhan spektrum kegiatan

komersial.

Istilah E-commerce yang di defenisikan oleh Juolian Ding merupakan suatu transaksi komersial yang dilakukan antara penjual dan pembeli atau dengan pihak lain dalam hubungan perjanjian yang sama untuk mengirimkan sejumlah barang, pelayanan, atau peralihan hak. Transaksi komersial ini terdapat di dalam elektronik (media digital) yang secara fisik tidak memerlukan pertemuan para pihak dan keberadaan media ini dalam public network (sistem tertutup). Dan sistem public network ini harus mempertimbangkan sistem terbuka. (Niniek Suparni, 2009: 30).

Sistem transaksi jual-beli melalui E-commerce berbeda dengan model

transaksi konvensional, antara penjual dan pembeli tidak harus bertemu

(face to face) dalam satu ruangan sehingga antara penjual dan pembeli

masing-masing pihak mendapat kemudahan baik dalam hal pelayanan

maupun dalam hal jangkauan penjualan, dengan kata lain penjual dengan

fasilitas internet tidak perlu banyak membuang waktu dan biaya untuk

(37)

commit to user

membuang waktu dan biaya untuk datang ke sebuah toko hanya sekedar

untuk mencari barang tertentu, meskipun toko tersebut berada di luar negeri

(Albarda, 1997: 3).

Pemanfaatan teknologi melalui bisnis e-commerce memiliki jaringan

luas dan mendunia, sehingga dengan mudah orang dapat mengakses setiap

saat tanpa adanya kontak fisik antara konsumen dan penjual. Data mengenai

barang produksi beserta penjelasan tentang kualitas dan kuantitas sudah

tersedia bahkan pembayaran langsung via kartu kredit dapat langsung

dilakukan melalui jaringan internet, setelah segala yang berkaitan dengan

transaksi itu jelas dan di terima (Niniek Suparni, 2009: 33).

Syarat dan rukun jual beli secara online harus di dukung sikap saling

percaya dan menjaga kejujuran. Karena penjual dan pembeli tidak bertemu

dan bertatap muka secara langsung. Bahkan produk yang di jual pun tidak

secara langsung di lihat oleh pembeli. Pembeli hanya mengetahui barang

yang di jual melalui gambar yang di pasang di website si penjual. Cara

pembayaran pembeli kepada penjual pun berbeda dengan cara konvensional

sehari-hari atau yang paling umum yaitu membayar secara cash/tunai

dengan alat pembayaran yang sah yaitu uang. Pada E-commerce,

pembayaran dapat dilakukan melalui kartu kredit , kartu debit, chek pribadi,

atau pun transfer antar rekening bank. Selain itu ada juga metode

pembayaran melalui perantara pihak ketiga, biasa disebut juga

E-checks/electronic checks. E-checks di transmisikan secara elektronis melalui

email (Niniek Suparni, 2009: 73).

Jual beli secara online telah membawa perubahan pada sistem jual beli

konvensional yang selama ini hanya dapat menawarkan produk barangnya

di dalam negeri. Dengan adanya internet telah membuka keterbatasan ruang

dan waktu serta batas antar wilayah negara untuk memberikan kemudahan

kepada penjual dalam memasarkan produk untuk di jual keluar negeri,

sehingga memperluas jangkauan pemasaran produknya. Tidak perlu

(38)

commit to user

depan internet dan pengelolaan website untuk penjualan barang

dagangannya secara online.

Di seluruh dunia, e-commerce adalah topik yang menarik terkonsentrasi di banyak sektor: pemerintah, bisnis, layanan sektor, konsumen, dan akademisi. E-commerce telah berkembang dari dunia tertutup dari bisnis untuk transaksi bisnis antara pihak dikenal untuk mencakup web yang rumit dari kegiatan yang berbeda, yang melibatkan sejumlah besar individu. E-commerce memiliki potensi untuk secara mendasar mengubah cara transaksi komersial, usaha pemerintah, pengiriman layanan dan sejumlah interaksi lainnya dilakukan, mengangkat isu-isu di jantung kebijakan (Salah Al-Fadhli. 2011: 2).

3. Perkembangan Internet dan Dampaknya

a. Pengertian Internet

Internet merupakan jaringan global komputer dunia, besar dan sangat

luas sekali di mana setiap komputer saling terhubung satu sama lainnya dari

negara ke negara lainnya di seluruh dunia dan berisi berbagai macam

informasi, mulai dari text, gambar, audio, video, dan lainnya. Internet itu

sendiri berasal dari kata Interconnection Networking, yang berarti hubungan

dari banyak jaringan komputer dengan berbagai tipe dan jenis, dengan

menggunakan tipe komunikasi seperti telepon, satelit, dan lainnya (Agus

Raharjo, 2002: 59).

Dalam mengatur integrasi dan komunikasi jaringan komputer ini

menggunakan protokol yaitu TCP/IP. TCP (Transmission Control Protocol)

bertugas untuk memastikan bahwa semua hubungan bekerja dengan benar,

sedangkan IP (Internet Protocol) yang mentransmisikan data dari satu

komputer ke komputer lain. TPC/IP secara umum berfungsi memilih rute

terbaik transmisi data, memilih rute alternatif jika suatu rute tidak dapat

digunakan, mengatur dan mengirimkan paket-paket pengiriman data. Untuk

dapat ikut serta menggunakan fasilitas Internet, Anda harus berlangganan

ke salah satu ISP (Internet Service Provider) yang ada dan melayani daerah

Anda. ISP ini biasanya disebut penyelenggara jasa Internet. Anda bisa

menggunakan fasilitas dari Telkom seperti Telkomnet Instan, speedy dan

(39)

commit to user

Internet memungkinkan pengguna komputer di seluruh dunia untuk

saling berkomunikasi dan berbagi informasi dengan cara saling

mengirimkan email, menghubungkan komputer satu ke komputer yang lain,

mengirim dan menerima file dalam bentuk text, audio, video, membahas

topik tertentu pada newsgroup, website social networking dan lain-lain

(Asril Sitompul, 2001: IV).

b. Sejarah Internet

Pada awal sejarah, manusia bertukar informasi melalui bahasa. Maka bahasa adalah teknologi, bahasa memungkinkan seseorang memahami informasi yang disampaikan oleh orang lain. Tetapi bahasa yang disampaikan dari mulut ke mulut hanya bertahan sebentar saja, yaitu hanya pada saat si pengirim menyampaikan informasi melalui ucapannya itu saja. Setelah ucapan itu selesai, maka informasi yang berada di tangan si penerima itu akan dilupakan dan tidak bisa disimpan lama. Selain itu jangkauan suara juga terbatas. Untuk jarak tertentu, meskipun masih terdengar, informasi yang disampaikan lewat bahasa suara akan terdegradasi bahkan hilang sama sekali.

Setelah itu teknologi penyampaian informasi berkembang melalui gambar. Dengan gambar jangkauan informasi bisa lebih jauh. Gambar ini bisa dibawa-bawa dan disampaikan kepada orang lain. Selain itu informasi yang ada akan bertahan lebih lama. Beberapa gambar peninggalan zaman purba masih ada sampai sekarang sehingga manusia sekarang dapat mencoba memahami informasi yang ingin disampaikan pembuatnya.

Ditemukannya alfabet dan angka arabik memudahkan cara penyampaian informasi yang lebih efisien dari cara yang sebelumnya. Suatu gambar yang mewakili suatu peristiwa di buat dengan kombinasi alfabet, atau dengan penulisan angka, seperti MCMXLIII di ganti dengan 1943. Teknologi dengan alfabet ini memudahkan dalam penulisan informasi itu.

Kemudian, teknologi percetakan memungkinkan pengiriman informasi lebih cepat lagi. Teknologi elektronik seperti radio, televisi, komputer mengakibatkan informasi menjadi lebih cepat tersebar di area yang lebih luas dan lebih lama tersimpan.

Hingga akhirnya sekarang ditemukan internet yang dapat menembus ruang dan waktu dan wilayah antar negara di dunia. Awal mula internet yaitu pada tahun 1957 di mana USSR (Rusia pada saat itu) meluncurkan

sputnik sebagai satelit bumi buatan yang pertama yang bertugas sebagai

mata-mata. Sebagai balasannya Amerika membentuk Advance Research

Projects Agency (ARPA) di bawah kewenangan Departemen Pertahanan

(40)

commit to user

Tahun 1972, Ray Tomlinson menciptakan program e-mail yang pertama. Kemudian tahun 1973-1990 Istilah INTERNET diperkenalkan

dalam sebuah paper mengenai TCP/IP kemudian dilakukan

pengembangan sebuah protokol jaringan yang kemudian di kenal dengan

nama TCP/IP yang dikembangkan oleh grup dari DARPA, 1981 National

Science Foundation mengembangkan Backbone yang disebut CSNET

dengan kapasitas 56 Kbps untuk setiap institusi dalam pemerintahan. Kemudian pada tahun 1986 IETF mengembangkan sebuah Server yang berfungsi sebagai alat koordinasi di antara; DARPA, ARPANET, DDN dan Internet Gateway.

Pada tahun 1991 sistem bisnis dalam bidang IT pertama kali terjadi ketika CERN dalam menanggulangi biaya operasionalnya memungut bayaran dari para anggotanya. 1992 pembentukan komunitas Internet, dan diperkenalkannya istilah World Wide Web oleh CERN. 1993, NSF membentuk InterNIC untuk menyediakan jasa pelayanan Internet menyangkut direktori dan penyimpanan data serta database (oleh AT&T), Jasa Registrasi (oleh Network Solution Inc,), dan jasa Informasi (oleh General Atomics/CERFnet), 1994 pertumbuhan Internet melaju dengan sangat cepat dan mulai merambah kedalam segala segi kehidupan manusia dan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari manusia.

1995, perusahaan umum mulai diperkenankan menjadi provider dengan

membeli jaringan di Backbone, langkah ini memulai pengembangan Teknologi Informasi khususnya Internet dan penelitian-penelitian untuk mengembangkan sistem dan alat yang lebih canggih (Agus Raharjo, 2002: 61-78).

c. Manfaat Internet

Manfaat internet banyak sekali yang sudah di nikmati oleh umat

manusia seperti dalam perusahaan, dunia bisnis, sektor perbankan,

pendidikan, dan kesehatan yang dapat membantu manusia dalam melakukan

aktivitasnya dan tentunya meningkatkan kualitas hidupnya, berikut adalah

penjelasan manfaat internet pada kehidupan sehari-hari (Asril Sitompul,

2001: 41) :

1)Penggunaan Internet dalam Perusahaan

Penggunaan internet dalam Perusahaan yaitu Kebutuhan efisiensi

waktu dan biaya menyebabkan setiap pelaku usaha merasa perlu

menerapkan internet dalam lingkungan kerja. Penggunaan internet

menyebabkan perubahan pada kebiasaan kerja. Misalnya penerapan

Enterprice Resource Planning (ERP). ERP adalah salah satu aplikasi

(41)

commit to user

2)Penerapan Internet dalam Dunia Bisnis

Dalam dunia bisnis internet dimanfaatkan untuk perdagangan secara

elektronik atau di kenal sebagai E-commerce. E-commerce adalah

perdagangan menggunakan jaringan internet.

3)Penerapan Internet dalam Perbankan

Dalam dunia perbankan internet digunakan dalam transaksi

perbankan secara online atau di kenal dengan Internet Banking. Beberapa

transaksi yang dapat dilakukan melalui Internet Banking antara lain

transfer uang, pengecekan saldo, pemindahbukuan, pembayaran tagihan,

dan informasi rekening.

4)Penerapan Internet dalam Pendidikan

Teknologi pembelajaran terus mengalami perkembangan seiring

perkembangan zaman. Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari

sering dijumpai kombinasi teknologi audio/data, video/data, audio/video,

dan internet. Internet merupakan alat komunikasi yang murah di mana

memungkinkan terjadinya interaksi antara dua orang atau lebih.

Kemampuan dan karakteristik internet memungkinkan terjadinya proses

belajar mengajar jarak jauh (E-Learning) menjadi lebih efektif dan

efisien sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih baik.

5)Manfaat Dalam Bidang Pemerintahan

E-government adalah penggunaan internet yang dapat meningkatkan

hubungan antara pemerintah dan pihak-pihak lain. Penggunaan internet

ini kemudian menghasilkan hubungan bentuk baru seperti:

(a)G2C (Governmet to Citizen)

(b)G2B (Government to Business)

(c)G2G (Government to Government)

d. Dampak Positif dan Negatif Internet

Dampak positif adanya internet adalah (Deydi Mokoginta, 2003: 10):

1) Internet sebagai media komunikasi, merupakan fungsi internet yang

paling banyak digunakan di mana setiap pengguna internet dapat

(42)

commit to user

2) Media pertukaran data, dengan menggunakan email, newsgroup, ftp

dan www (world wide web / jaringan situs-situs web) para pengguna

internet di seluruh dunia dapat saling bertukar informasi dengan cepat

dan murah.

3) Media untuk mencari informasi atau data, perkembangan internet

yang pesat, menjadikan www sebagai salah satu sumber informasi

yang penting dan akurat.

4) Kemudahan memperoleh informasi yang ada di internet sehingga

manusia tahu apa saja yang terjadi.

5) Bisa digunakan sebagai lahan informasi untuk bidang pendidikan,

kebudayaan, dan lain-lain

6) Kemudahan bertransaksi dan berbisnis dalam bidang perdagangan

sehingga tidak perlu pergi menuju ke tempat penawaran/penjualan.

Selain memberikan dampak positif, adanya internet juga membawa

dampak negatif, yaitu (Deydi Mokoginta, 2003: 11) :

1) Pornografi

Anggapan yang mengatakan bahwa internet identik dengan

pornografi, memang tidak salah. Dengan kemampuan penyampaian

informasi yang dimiliki internet, pornografi pun merajalela. Untuk

mengantisipasi hal ini, para produsen browser melengkapi program

mereka dengan kemampuan untuk memilih jenis home-page yang

dapat di akses. Di internet juga terdapat gambar-gambar pornografi

dan kekerasan yang bisa mengakibatkan dorongan kepada seseorang

untuk bertindak kriminal (Asril Sitompul, 2001: 73).

2) Violence and Gore

Kekejaman dan kesadisan juga banyak ditampilkan. Karena segi

bisnis dan isi pada dunia internet tidak terbatas, maka para pemilik

situs menggunakan segala macam cara agar dapat menjual situs

mereka. Salah satunya dengan menampilkan hal-hal yang bersifat

Gambar

Gambar 1. Teknik Analisis Data Kualitatif  ..........................................
Gambar 1. Teknik Analisis Data Kualitatif
Gambar 2 : Kerangka Pemikiran
Gambar 3. Struktur Organisasi Polda Jawa Tengah commit to user
+2

Referensi

Dokumen terkait

Setelah membaca dan mengoreksi skripsi saudara Umniyyah Jalalah, NIM: 07210032, Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah, Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri (UIN)

Untuk mengatasi masalah tersebut maka dibuat aplikasi memiliki ruang lingkup sebagai berikut : proses pembelian, penjualan offline, online, pelunasan hutang piutang,

Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, perusahaan diharapkan mampu mengikuti perkembangan tersebut untuk meningkatkan kinerja perusahaan membutuhkan

Pengaruh Motivasi Kerja dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Disiplin Kerja Serta Dampaknya pada Kinerja Karyawan (Studi Kasus pada PT PLN (Persero) APD Semarang). Sari Manajemen

nıamıştım. Ah! o geceden ne kadar uzaklardayım!» diyordu, güya içinden bütün hayatı kemiklerini kıran bir ıstırap arasında mengenelerle, çekiliyormuş gibi

Karya-karya yang tersaji, sebagian berupa hasil proses pembelajaran tingkat akhir, dan sebagian lain adalah karya-karya para perupa muda yang masih berstatus

Sekarang kedaulatan rakyat menjadi penekanan penting dalam kehi- dupan berbangsa dan bernegara kita. Pelaksanaan kedaulatan rakyat dilakukan dalam bentuk penerapan demokrasi