• Tidak ada hasil yang ditemukan

Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki prevelensi gangguan akibat kurang yodium (GAKY) yang masih cukup tinggi. Gangguan akibat kurang yodium ini dapat menyebabkan beberapa dampak, diantaranya penyakit gondok, lemahnya fungsi mental, terhambatnya perkembangan motorik, terhambatnya pertumbuhan, stunting, kerusakan syaraf, serta kerusakan pada pendengaran dan kemampuan berbicara (ACC/SCN 1997). Berdasarkan survey nasional GAKY (2004), sekitar 35.8% daerah di Indonesia termasuk kedalam daerah endemik GAKY ringan, 13.1% termasuk kedalam daerah endemik GAKY sedang, dan 8.2% termasuk ke dalam daerah endemik GAKY berat (Mutalazimah & Setya 2009).

Program yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi masalah GAKY tersebut adalah iodisasi pada garam sebagai program penanggulangan jangka panjang. P6bahan yodium pada garam yang dikonsumsi telah disepakati sebagai cara yang aman, efektif dan berkesinambungan untuk mencapai asupan yodium yang optimal bagi semua rumah tangga dan masyarakat (Depkes 2002). Akan tetapi kadar yodium dalam garam akan turun bila terjadi kerusakan, sehingga dapat menyebabkan terjadinya penurunan mutu garam pada tingkat rumah tangga. Kerusakan ini dapat terjadi selama penyimpanan di gudang atau di warung (Arisman 2004). Teknik penyimpanan yang kurang memadai akan mempengaruhi kualitas garam beryodium. Menurut Noviani (2007) bila kualitas garam beryodium (kadar yodium) menurun maka akan mempengaruhi asupan yodium dan pada akhirnya mempengaruhi status yodium seseorang. Selain itu, berdasarkan praktik gizi ibu dalam memiih garam akan menentukan asupan yodium pada anggota keluarga (Sumarno 1997, diacu dalam Chairunnisa 2011). Penggunaan garam beryodium di rumah tangga mempunyai manfaat yang penting untuk mencegah penyakit gondok dalam keluarga (Noviani 2007).

Gangguan akibat kurang yodium (GAKY) dapat disebabkan oleh asupan yodium dalam makanan yang kurang dari kebutuhan dalam jangka waktu lama. Kurangnya asupan yodium baik secara individu maupun kelompok pada suatu populasi dapat pula dipengaruhi oleh kondisi geografis. Penderita GAKY umumnya ditemukan di pegunungan karena kandungan yodium dalam air dan tanah yang rendah ataupun tidak mengandung yodium sama sekali. Kandungan yodium dalam tanah dan air di pegunungan yang rendah disebabkan oleh aliran

air, yodium terbawa ke dataran rendah atau daerah pantai. Faktor lain penyebab gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) adalah kelompok pangan goitrogenik, golongan tiosianat atau senyawa mirip tiosianat yang dapat menghambat metabolisme yodium di dalam tubuh. Selain faktor-faktor di atas ada beberapa faktor yang secara tidak langsung dapat menyebabkan terhambatnya metabolisme yodium di dalam tubuh yaitu pola konsumsi rendah protein dan status gizi. Asupan protein yang rendah dan adanya zat goitrogenik dalam makanan akan menyebabkan gangguan pengambilan yodium oleh kelenjar tiroid (Gaitan & Cooksey 1989).

Lingkungan goitrogenik merupakan faktor penyebab tidak langsung berkembangnya gondok endemik di suatu wilayah. Zat goitrogenik adalah senyawa yang dapat mengganggu struktur dan fungsi tiroid secara langsung dan tidak langsung. Tiosianat dan isotiosianat yang terdapat dalam sayuran kol, sawi, lobak, brokoli, secara langsung menghambat uptake iodida organik oleh kelenjar tiroid, flavanoids yang terdapat dalam kacang tanah menghambat oksidasi iodida organik dan inkorporasi yodium yang sudah teroksidasi dengan asam amino tirosin untuk membentuk monoiodotironin (MIT) dan diodotironin (DIT) serta menghambat proses coupling yang dimediasi oleh enzim tiroid peroksidase (TPO) (Gaitan & Cooksey 1989).

Kabupaten Cianjur merupakan salah satu daerah yang cakupan penggunaan garam beryodiumnya masih rendah. Hal ini terlihat dari data Riskesdas (2007) yang menunjukkan bahwa cakupan garam beryodium di Kabupaten Cianjur hanya mencapai 47.2%, lebih rendah dibandingkan level nasional yang mencapai 62.3%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa daerah Kabupaten Cianjur masih kurang dalam mengonsumsi garam beryodium. Hal ini diduga selain karena lokasi dan keterbatasan akses terhadap garam beryodium, bisa juga disebabkan karena kurangnya pengetahuan, sikap dan praktik gizi ibu yang masih belum baik.

Pengetahuan, sikap dan praktik gizi ibu merupakan faktor yang dapat menentukan pola konsumsi pangan secara umum dan pangan sumber yodium serta dalam penggunaan jenis garam yang digunakan dalam rumah tangga sehingga akan berdampak pada status yodium anggota rumah tangga. Selain itu, yang dapat berpengaruh dalam pola konsumsi rumah tangga adalah karakteristik rumah tangga tersebut seperti disebutkan dalam Suhanda et al. 2009 yaitu terdapat hubungan antara pendapatan dan pola konsumsi pangan rumah tangga.

Adapun pendidikan ibu akan berkolerasi positif terhadap perbaikan pola konsumsi rumah tangga. Kekurangan bahan pangan di dalam rumah tangga berhubungan dengan pendidikan ibu dan kepemilikan aset (Rusnelly 2006).

Berdasarkan pertimbangan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan pengetahuan, sikap, dan praktik gizi ibu dengan konsumsi pangan sumber yodium dan penggunaan jenis garam tingkat rumah tangga di wilayah pegunungan Kabupaten Cianjur.

Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan pengetahuan, sikap dan praktik gizi ibu dengan konsumsi pangan sumber yodium serta penggunaan jenis garam rumah tangga di wilayah pegunungan Kabupaten Cianjur.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus diadakannya penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi karakteristik sosial dan ekonomi rumah tangga contoh 2. Mengidentifikasi konsumsi pangan sumber yodium rumah tangga contoh 3. Mengidentifikasi jenis garam yang dikonsumsi ditingkat rumah tangga

contoh

4. Menganalisis pengetahuan gizi contoh, khususnya tentang pangan sumber yodium dan GAKY

5. Menganalisis sikap gizi contoh terhadap pangan sumber yodium dan GAKY

6. Menganalisis praktik gizi contoh dalam membeli dan menggunakan garam beryodium

7. Menganalisis hubungan pengetahuan, sikap dan praktik gizi contoh dengan konsumsi pangan sumber yodium

8. Menganalisis hubungan pengetahuan, sikap dan praktik gizi contoh dengan penggunaan jenis garam rumah tangga

Hipotesis

Pengetahuan, sikap dan praktik gizi ibu berhubungan dengan konsumsi pangan yodium serta penggunaan jenis garam rumah tangga.

Kegunaan

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk mengidentifikasi pengetahuan, sikap dan praktik gizi masyarakat setempat, khususnya terkait

yodium sehingga dapat menjadi landasan dalam penyusunan materi penyuluhan gizi terkait kepentingan yodium. Memberikan informasi kepada pemerintah Kabupaten Cianjur mengenai kandungan yodium pada beberapa jenis garam yang dikonsumsi oleh masyarakat. Sehingga dengan adanya informasi tersebut diharapkan pemerintah Cianjur dapat membuat kebijakan yang tepat untuk kondisi wilayahnya.

TINJAUAN PUSTAKA