• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kriteria Desa Cogreg/tahun Desa Ciaruteun Ilir/tahun

1. Lahan UNB 28 265 000

2. Lahan Kopassus 23 602 550 000

Total Pendapatan Rp 28 265 000 Rp 602 550 000 B. Pendapatan dengan Adanya JUN

Kriteria Desa Cogreg/tahun Desa Ciaruteun Ilir/tahun

1. Upah Petani JUN 23 319 600 56 228 300

2. Bonus 950 000 3 235 000

3. Bagi Hasil 156 125 000 434 075 000

4. Tumpang sari 10 912 000 213 776 000

Total Pendapatan Rp 191 306 600 Rp 707 314 300

Sumber: Data Primer 2012 (diolah)

Adanya kegiatan JUN menyebabkan para petani yang pada awalnya menanam tanaman non kayu beralih ke tanaman berkayu yaitu pohon jati. Pendapatan bagi petani JUN setelah adanya kegiatan JUN, yaitu:

a. Upah Petani JUN

Petani di dalam pengelolaan JUN akan mendapatkan upah dari UBH- KPWN Bogor setelah lima tahun. Upah diberikan karena petani JUN melakukan beberapa kegiatan, yaitu: pembuatan lubang, pemupukan awal, penanaman, penyiangan dan pemupukan, pemeliharaan, dan pengamanan. Dari tahun ke tahun upah yang diberikan berbeda-beda sesuai dengan umur tanaman JUN.

Desa Cogreg memiliki tanaman JUN yang berumur empat tahun dan lima tahun. Petani JUN mendapatkan upah sebesar Rp 23 401 000 dari tanaman umur

empat tahun, sedangkan untuk tanaman yang berumur lima tahun petani JUN mendapatkan upah sebesar Rp 93 197 000. Upah yang diperoleh Desa Cogreg

kepada petani dari semua umur tanaman jati sebesar Rp 116 598 000 (Rp 23 319 600/tahun). Desa Ciaruteun Ilir memiliki tanaman JUN yang berumur

empat tahun. Hasil yang akan diperoleh dari upah pengelolaan JUN sebesar Rp 281 141 500 (Rp 56 228 300/tahun) . Rincian perhitungan upah Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir dilihat pada Lampiran 5.

b. Bonus Petani JUN

Pada pelaksanaan dan pengelolaan kegiatan JUN petani mendapatkan bonus dari hasil yang mereka lakukan dengan cara merawat JUN agar tumbuh sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh UBH-KPWN. Setiap petani JUN berpeluang mendapatkan bonus tersebut dengan catatan tanaman JUN miliknya masuk ke dalam kriteria yang telah ada. Adanya bonus maka ada kesadaran dari petani JUN untuk memelihara pohon jati dengan baik. Adapun kriteria yang ditetapkan pihak UBH-KPWN terhadap bonus tersebut pada Tabel 30.

Tabel 30. Klasifikasi Tanaman JUN Umur

(tahun)

Klasifikasi Bawah

Standar Standar Baik Amat Baik

Kell (cm) T (m) Kell (cm) T (m) Kell (cm) T (m) Kell (cm) T (m) 0,5 - < 2,5 - 2,5-3 - 3-3,5 - ≥ 3,5 1 < 15 < 4 15-18 4-5 18-21 5-6 ≥ 21 ≥ 6 2 < 27 < 6 27-30 6-7 30-33 7-8 ≥ 33 ≥ 8 3 < 39 < 8 39-42 8-9 42-45 9-10 ≥ 45 ≥ 10 4 < 50 < 9 50-53 9-10 53-56 10-11 ≥ 56 ≥ 11 5 < 61 < 10 61-64 10-11 64-67 11-12 ≥ 67 ≥ 12

Keterangan: T = Tinggi pohon rata-rata (m), Kell = Keliling rata-rata (cm)

Sumber: UBH-KPWN (2012)

Petani JUN yang memiliki pohon jati dalam klasifikasi baik dan amat baik akan dilombakan dimana para petani JUN akan mendapatkan bonus dari pihak

UBH-KPWN. Besarnya bonus tergantung dari jumlah tanaman yang dimiliki setiap petani JUN. Semakin banyak pohon jati yang dimiliki petani JUN maka akan semakin besar pula bonus yang diterima. Rincian klasifikasi bonus petani JUN dapat dilihat pada Tabel 31.

Tabel 31. Klasifikasi Bonus Petani JUN

Klasifikasi Jumlah Tanaman Bonus yang Diterima Baik dan Amat Baik

< 100 Rp 175 000

100-200 Rp 225 000

200-300 Rp 275 000

> 300 Rp 300 000

Sumber: UBH-KPWN (2012)

Petani yang mempunyai jumlah pohon lebih dari 300 pohon yang memiliki lima keliling terbesar pada klasifikasi amat baik akan mendapatkan bonus. Juara pertama mendapatkan Rp 1 000 000, juara kedua Rp 750 000, juara ketiga Rp 600 000, juara keempat Rp 500 000, dan juara kelima Rp 400 000. Penyeleksian tanaman JUN dilakukan setiap tahun sekali sehingga petani JUN di kedua desa berlomba-lomba agar memperoleh bonus tersebut. Desa Cogreg memperoleh bonus rata-rata sebesar Rp 950 000/tahun yang berasal dari tanaman jati umur empat tahun maupun lima tahun, sedangkan di Ciaruteun Ilir memperoleh bonus rata-rata Rp 3 235 000/tahun yang berasal dari tanaman jati umur empat tahun. Petani JUN yang mendapatkan bonus karena pohon yang ditanam sudah memenuhi standar yang berlaku pada UBH-KPWN.

c. Hasil Kayu Pasca Panen

Petani penggarap mendapatkan bagian hasil sebesar 25 persen dari jumlah tanaman JUN yang ditanam. Pohon tanaman awal yang ditanam di Desa Cogreg (tanaman 4 tahun & 5 tahun) sebanyak 8 927 pohon, sedangkan di Desa Ciaruteun Ilir (tanaman 4 tahun) sebanyak 21 229 pohon. Tanaman 2007 dan 2008 harga

jualnya sebesar Rp 500 000 per pohon, maka bagi hasil yang diterima petani penggarap di Desa Cogreg sebesar Rp 1 115 875 000, sedangkan di Desa Ciaruteun Ilir menerima pendapatan sebesar Rp 2 653 625 000.

Kematian yang diakibatkan kelalaian sumber daya manusia, maka petani penggarap ikut menanggung resiko. Petani penggarap turut menanggung resiko sebesar 50 persen dari kematian pohon JUN. Hal tersebut merupakan kewajiban petani yang memiliki tanggung jawab terhadap pelaksanaan budidaya kegiatan JUN di lapangan. Total bagi hasil yang diterima petani penggarap di Desa Cogreg setelah dikurangi beban resiko sebesar Rp 780 625 000 (Rp 156 125 000/tahun) dari 7 586 pohon, sedangkan Desa Ciaruteun Ilir akan mendapatkan pendapatan sebesar Rp 2 170 375 000 (Rp 434 075 000/tahun) dari 19 296 pohon.

d. Tumpang Sari

Petani JUN dibolehkan untuk melakukan tumpang sari oleh UBH-KPWN Bogor selama dua tahun akan tetapi tidak boleh menanam singkong. Singkong berpengaruh besar terhadap tanaman jati karena memakan unsur hara dan makanan yang diperuntukkan untuk jati, sehingga jati tidak akan berkembang dengan baik. Apabila petani JUN tetap menanam tanaman singkong maka pendamping JUN dari UBH-KPWN Bogor akan mencabut paksa, sehingga tidak ada ruang bagi petani untuk menanam singkong di daerah areal tanaman JUN.

Tanaman tumpang sari yang ditanam oleh petani di Cogreg berupa jagung, kacang-kacangan, ubi, kentang, dan paria. Selama lima tahun petani JUN Desa Cogreg menghasilkan pendapatan sebesar Rp54 560 000 (Rp 10 912 000/tahun). Rincianperhitungan pendapatan dari tumpang sari di Desa Cogreg dapat dilihat di Lampiran 6. Tanaman tumpang sari yang berada di Desa Ciaruteun Ilir tidak jauh

berbeda dengan di Desa Cogreg, yaitu: jagung, ubi jalar, kentang, kacang- kacangan, kucai, mentimun, kangkung, bayam, paria, cabai rawit, terong, dan pepaya. Selama dua tahun petani JUN di Ciaruteun Ilir memperoleh pendapatan sebesar Rp 1 068 880 000 (Rp 213 776 000). Rincianperhitungan pendapatan dari tumpang sari Desa Ciaruteun Ilir dapat dilihat di Lampiran 7.

6.2.2 Bagi Hasil Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir

Pasca penebangan tanaman JUN akan ada pembagian hasil yang sudah ditentukan dan disepakati oleh kelima aktor, yaitu: investor, petani penggarap, UBH-KPWN, pemilik lahan, dan perangkat desa. Pihak-pihak ini akan mendapatkan imbal jasa berupa bagi hasil dari penjualan tanaman JUN tersebut setelah lima tahun. Berdasarkan Tabel 32, pembagian hasil di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir yang mendapatkan hasil paling besar diperoleh oleh investor sebesar Rp 1 785 400 000 dan Rp 4 245 800 000. Perangkat desa merupakan pihak yang mendapatkan bagi hasil yang paling kecil dari kelima pihak tersebut sebesar Rp 312 250 000 dan Rp 868 150 000.

Tabel 32. Bagi Hasil Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir A. Desa Cogreg

No Penerima Bagi Hasil Pendapatan

1 Investor 1 785 400 000

2 Petani Penggarap 780 625 000

3 UBH-KPWN 468 375 000

4 Pemilik Lahan (UNB) 446 350 000

5 Perangkat Desa Cogreg 312 250 000

Total 3 793 000 000

B. Desa Ciaruteun Ilir

No Penerima Bagi Hasil Pendapatan

1 Investor 4 245 800 000

2 Petani Penggarap 2 170 375 000

3 UBH-KPWN 1 302 225 000

4 Pemilik Lahan (Kopassus Batalyon 23) 1 061 450 000

5 Perangkat Desa Ciaruteun Ilir 868 150 000

Total 9 648 000 000

Berdasarkan survey di lapangan pembagian hasil yang dirasakan oleh semua pihak dirasakan cukup adil karena semua pihak yang terkait mendapatkan bagian yang sesuai dengan pekerjaan dan andilnya dalam kelancaran proses kegiatan JUN.

6.2.3 Sumber-Sumber Pendapatan dan Kontribusi Pendapatan JUN terhadap Pendapatan Rumah Tangga

Sumber pendapatan petani JUN di Desa Cogreg dan Ciaruteun Ilir berasal dari dua sumber, yaitu: dari JUN dan non JUN. Pendapatan JUN berasal dari upah, bonus, tumpang sari, dan pasca panen pohon jati setelah lima tahun. Pendapatan dari non JUN meliputi peternak, tukang bangunan, pedagang, petani, buruh tani, buruh, wiraswasta, wartawan, tukang ojek, supir, pegawai, dan pensiunan.

Berdasarkan Tabel 33, total pendapatan terbesar di Desa Cogreg diperoleh dari hasil beternak sebesar Rp 128 454 000. Hal ini menunjukkan banyak petani JUN yang bekerja sebagai peternak karena mereka tidak memiliki lahan lagi untuk melakukan pekerjaan di bidang pertanian setelah lahan yang sebelumnya mereka garap ditanami pohon JUN. Beternak yang dilakukan di Desa Cogreg ini adalah ternak ayam (kampung dan broiler) dan kambing. Berbeda halnya dengan Desa Ciaruteun Ilir, peternak merupakan total pendapatan terkecil yaitu sebesar Rp 22 271 400. Hal ini menunjukkan beternak di Desa Ciaruteun Ilir kurang diminati oleh petani JUN terlihat hanya satu orang yang bekerja sebagai peternak.

Total pendapatan terbesar di Desa Ciaruteun Ilir masih dalam bidang pertanian yaitu sebesar Rp 1 084 865 100 karena sebagian besar petani JUN menggantungkan hidupnya pada bidang pertanian sebagai petani maupun buruh tani. Sebagian besar lahan di Desa Ciaruteun Ilir sangat cocok untuk bertani,

didukung dengan lahan mereka yang masih luas dan memadai. Berbanding terbalik dengan Desa Cogreg pekerjaan pada bidang pertanian yaitu petani dan buruh tani menjadi total pendapatan terkecil hanya sebesar Rp 99 029 000.

Tabel 33. Sumber-Sumber Pendapatan dan Kontribusi Pendapatan JUN terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir Tahun 2012

A. Desa Cogreg

Dokumen terkait