• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

DAFTAR LAMPIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jati Unggul Nusantara

2.7 Penelitian Terdahulu

2.7.4 Penelitian Persepsi Masyarakat terhadap Hutan Rakyat

Penelitian persepsi masyarakat terhadap hutan rakyat telah dilakukan oleh Sultika (2010) dan Dewi (2011). Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Penelitian Persepsi Masyarakat terhadap Hutan Rakyat

No Penulis Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Lalis Yuliana Sultika (2010)

Analisis Pendapatan dan Persepsi Masyarakat terhadap Hutan Rakyat di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican dan Desa Bojong Kecamatan Langkaplancar, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.

Persepsi petani terhadap hutan rakyat berdasarkan Skala Likert

adalah tinggi dengan nilai sebesar 2,72. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi persepsi adalah kerjaan pokok. Sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan, sosial budaya.

2 Devita Ayu Dewi (2011)

Persepsi Petani terhadap Pola Pengelolaan Hutan Rakyat dan Kontribusi Hutan Rakyat terhadap Pendapatan Rumah Tangga (Kasus di Kecamatan Cimalaka dan Conggeang Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat).

Pada hutan rakyat monokultur persepsi petani hutan rakyat dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu: tingkat pendidikan dan pekerjaan sampingan, sedangkan pada hutan rakyat campuran persepsi petani hutan rakyat dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu luas kepemilikan lahan dan frekuensi bertemu petani.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Tanaman jati pada mulanya merupakan tanaman hutan yang tidak sengaja ditanam dan tumbuh liar di dalam hutan bersama jenis tanaman lain. Tanaman jati tumbuh sebagai tanaman campuran, serta tumbuh di daerah yang mempunyai perbedaan musim basah dan kering yang jelas. Menurut Sumarna (2008) tanaman jati yang tumbuh di Indonesia berasal dari India. Tanaman ini mempunyai nama ilmiah Tectona grandis Linn. f. Nama tectona berasal dari bahasa Portugis (tekton) yang berarti tumbuhan yang memiliki kualitas tinggi. Tanaman jati merupakan tanaman tropika dan subtropika yang sejak abad ke sembilan dikenal sebagai pohon yang memiliki kualitas tinggi dan bernilai jual tinggi.

Kayu jati merupakan jenis kayu mewah yang memiliki profil garis lingkar tumbuh yang indah, bernilai artistik tinggi, awet, tahan terhadap hama dan penyakit, serta mudah pengerjaannya (Pratiwi, 2010). Oleh karena itu, permintaan terhadap jati tetap tinggi seiring dengan peningkatan jumlah penduduk sehingga memberi tekanan pada hutan. Di sisi lain, jati memiliki kelemahan yaitu umur tanam yang relatif lama, sehingga laju permintaan jati tidak sama dengan laju penawarannya.

Beberapa upaya yang dilakukan agar dapat memenuhi kekurangan pasokan tersebut salah satunya melalui pengembangan penggunaan teknik budidaya bibit unggul hasil rekayasa genetika tanaman jati. Salah satu bibit unggul yang sudah mulai dipasarkan adalah Jati Unggul Nusantara (JUN). Salah satu lembaga yang melakukan usaha budidaya jati unggul secara terpadu adalah Unit Usaha Bagi Hasil Jati Unggul Nusantara KPWN (UBH-KPWN) Kabupaten Bogor.

Usaha ini telah berdiri selama lima tahun, namun rencana usaha jangka menengah telah dipersiapkan. Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan usaha adalah kontinuitas. Usaha ini memerlukan evaluasi proyek yang sedang berjalan terhadap kelayakan finansial. Kelayakan finansial UBH- KPWN Kabupaten Bogor dianalisis dengan indikator NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Period. Apabila usaha tersebut layak, maka usaha tersebut dapat terus dilanjutkan dan dikembangkan, namun apabila tidak layak usaha tersebut membutuhkan pengefisienan biaya. Setelah itu, analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat kepekaan apakah UBH-KPWN Kabupaten Bogor masih layak dilanjutkan jika terjadi perubahan-perubahan.

Jati dengan daur lebih singkat tersebut diharapkan mampu mencukupi permintaan kayu di pasaran dan mampu meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat. JUN merupakan salah satu sarana dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, memberikan peluang kesempatan kerja sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya yang tinggal di sekitar JUN. Besar kecilnya pengaruh kegiatan usaha JUN terhadap pendapatan masyarakat sekitar dianalisis menggunakan analisis pendapatan.

Kegiatan usaha JUN juga memberikan manfaat ekonomi (pengelolaan JUN, pengelolaan tumpang sari, dan bagi hasil atas penjualan kayu setelah lima tahun) bagi desa yang bersangkutan. Selain itu, pendapatan dari kegiatan JUN memberikan kontribusi terhadap pendapatan rumah tangga. Besar kecilnya manfaat ekonomi dan kontribusi pendapatan terhadap rumah tangga dari kegiatan JUN dipaparkan secara deskriptif.

Keberadaan JUN berpengaruh langsung terhadap kualitas lingkungan karena sesuai dengan fungsi hutan sebagai perlindungan ketersediaan air, menyediakan kualitas udara bersih, dan dapat menyerap (rosot) karbondioksida (CO2) dari udara. Dampak lingkungan dari kegiatan JUN kepada masyarakat sekitar dipaparkan secara deskriptif.

Keberadaan kegiatan JUN menimbulkan dampak ekonomi dan lingkungan di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir. Dampak ekonomi dan lingkungan yang dirasakan para pihak (petani JUN, pemilik lahan, dan aparat desa) memiliki persepsi yang berbeda-beda. Persepsi sangat mempengaruhi perilaku para pihak terhadap sesuatu hal yang mereka pikirkan dan rasakan manfaatnya. Para pihak yang menyetujui adanya kegiatan JUN, memungkinan berperilaku positif serta mendukung kegiatan JUN. Para pihak yang tidak menyetujui adanya kegiatan JUN, kemungkinan berperilaku negatif terhadap kegiatan JUN. Tingkat persepsi masyarakat dapat diukur dengan pemberian nilai (skor) menggunakan Skala Likert.

Seluruh hasil dari analisis akan menghasilkan informasi/rekomendasi terhadap kemajuan UBH-KPWN Kabupaten Bogor dan dampak langsung yang dirasakan oleh masyarakat sekitar kawasan kegiatan usaha Jati Unggul Nusantara. Untuk memperjelas alur dari penelitian yang dilakukan, dapat dilihat pada diagram alir dalam Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Permintaan Kayu Jati Penawaran Kayu Jati Rendah Persepsi Dampak Ekonomi

Peluang untuk Memenuhi Permintaan

Kelayakan Finansial UBH-KPWN Kabupaten Bogor Pendapatan Petani JUN (Sebelum dan Sesudah) Dampak Lingkungan Analisis Kelayakan JUN Secara Finansial *NPV *Net B/C *IRR *PBP Analisis Sensitivitas Pengelolaan JUN dan Tumpang Sari,

Bagi Hasil

Kontribusi Pendapatan JUN terhadap Rumah

Tangga Penyerapan Karbondioksida (CO2) Ketersediaan Air dan Kualitas Udara Bersih Analisis Pendapatan

dan Deskriptif Deskriptif Skala Likert

Keberlanjutan Kegiatan Usahatani Jati Unggul Nusantara Kegiatan Usaha JUN

Dampak Ekonomi dan Lingkungan Menurut

Para Phiak

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lokasi penanaman JUN Unit Usaha Bagi Hasil- Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (UBH-KPWN) Kabupaten Bogor (Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan bahwa Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir memiliki umur tanaman jati empat tahun dan lima tahun sehingga dampak positif yang diberikan kegiatan JUN sudah mulai dirasakan oleh masyarakat. Kegiatan penelitian mencakup penyusunan proposal, pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, serta penulisan laporan.

Waktu yang diperlukan untuk pengumpulan referensi, data primer, dan data sekunder hingga kegiatan pengumpulan data lapangan adalah kurang lebih dua bulan. Pelaksanaan kegiatan pengambilan data dimulai dari bulan Maret-Mei tahun 2012.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer yang berupa cross section dan data sekunder yang berupa time series. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pihak-pihak terkait dengan usaha Jati Unggul Nusantara, dalam hal ini direksi UBH-KPWN yang terkait dengan penelitian. Data primer pun diperoleh melalui kuesioner kepada para petani dimana Desa Cogreg ada 23 petani JUN dan Desa Ciaruteun Ilir ada 78 petani JUN yang dilakukan secara sensus. Kuesioner juga ditanyakan kepada aparat desa dan pemilik lahan terhadap dampak ekonomi dan lingkungan serta persepsi para pihak dengan adanya kegiatan usaha Jati Unggul Nusantara (JUN). Data sekunder diperoleh dari

instansi-instansi terkait, yaitu: UBH-KPWN, Kementerian Kehutanan, Badan Pusat Statistik, situs-situs internet, serta literatur-literatur atau kepustakaan yang relevan dengan penelitian ini seperti laporan penelitian sebelumnya dan buku mengenai kelayakan finansial, persepsi, serta manfaat ekonomi dan lingkungan. 4.3 Metode dan Analisis Data

Data yang diperoleh dapat berupa jawaban secara kualitatif dan kuantitatif, sehingga analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Matriks Metode Analisis Data

No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data

1 Menganalisis kelayakan secara finansial usaha Jati Unggul Nusantara UBH-KPWN Kabupaten Bogor.

Data sekunder dari pihak UBH-KPWN Bogor.

Analisis Kelayakan Finansial berdasarkan kriteria NPV, Net

B/C, IRR, Payback Period, dan Analisis Sensitivitas.

2 Menganalisis dampak

ekonomi dan lingkungan

terhadap masyarakat

sekitar.

Data primer berupa

wawancara dengan

menggunakan kuesioner

terhadap petani JUN.

Analisis Pendapatan dan Deskriptif

3 Persepsi para pihak

terhadap kegiatan JUN

Data primer berupa

wawancara dengan

menggunakan kuesioner

terhadap petani JUN,

aparat desa, dan pemilik lahan.

Skala Likert

Pengolahan data secara kuantitatif dengan menggunakan perhitungan kriteria-kriteria investasi, yaitu: Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PBP). Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat kepekaan UBH-KPWN Bogor dalam mengantisipasi apabila kenaikan harga pupuk sebesar 32 persen terjadi kembali.

Selain itu, pengolahan data secara kuantitatif dilakukan untuk menganalisis pendapatan masyarakat khususnya petani JUN dengan menggunakan analisis pendapatan. Pengolahan data yang dilakukan secara

kualitatif dijelaskan secara deskriptif mengenai dampak ekonomi dan dampak lingkungan. Dampak ekonomi dan dampak lingkungan menurut para pihak terhadap dari kegiatan JUN dilakukan dengan Skala Likert. Pengolahan dan analisis data dilakukan menggunakan komputer.

4.3.1 Analisis Kriteria Kelayakan Finansial

Analisis kelayakan finansial digunakan untuk melihat dampak dari adanya usaha kegiatan JUN dari sisi pelaku usaha yaitu UBH-KPWN Bogor. Analisis kelayakan finansial juga dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan penanaman JUN. Data arus penerimaan dan pengeluaran yang disajikan dalam bentuk cashflow. Analisis kelayakan finansial dilakukan dengan bantuan komputer.

a. Net Present Value (NPV)

NPV adalah selisih antara total net present value dengan total net present (Gray et al., 2007). NPV dari proyek JUN diperoleh dari selisih antara total net present value dari manfaat proyek JUN dengan total net present dari biaya proyek JUN. Secara matematis, NPV proyek JUN dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

Keterangan:

NPV = Net Present Value dari proyek JUN Bt = Manfaat proyek JUN pada tahun ke t Ct = Biaya proyek JUN pada tahun ke t i = 12%

t = 1,2,3,...,5 n = 5 tahun

Kriteria penilaian:

Proyek JUN layak dilanjutkan jika NPV ≥ 0. Jika NPV < 0, maka proyek JUN ditolak artinya ada penggunaan lain yang lebih menguntungkan untuk sumber-sumber yang diperlukan proyek JUN.

b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C merupakan perbandingan sedemikian rupa, sehingga pembilangnya terdiri atas present value (PV) total dari benefit bersih proyek JUN dalam tahun dimana benefit bersih tersebut bersifat positif. Penyebutnya terdiri atas present value (PV) total dari biaya (cost) bersih proyek JUN dalam tahun dimana benefit bersih (Bt-Ct) bersifat negatif, yaitu biaya kotor lebih besar dari benefit kotor (Gray et al., 2007). Secara matematis, Net B/C dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

Net

=

∑ ∑ Keterangan:

= untuk Bt– Ct > 0, (PV positif)

= untuk Bt– Ct < 0, (PV negatif) i = 12% t = 5 tahun Kriteria penilaian:

Proyek JUN layak dilanjutkan apabila Net B/C ≥ 1, apabila Net B/C < 1 proyek JUN akan ditolak.

c. Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah nilai discount rate (i) yang membuat NPV dari suatu proyek sama dengan nol atau dapat membuat B/C sama dengan satu (Gray et al., 2007). IRR yang diperoleh dari proyek JUN dengan cara mendiskonto seluruh net cash flow JUN, sehingga akan menghasilkan jumlah present value yang sama dengan investasi proyek JUN. Secara matematis, IRR dari proyek JUN dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

IRR = i

1

+

(i

2

-i

1

)

Keterangan:

i1 = discount rate yang menghasilkan NPV positif dari kegiatan JUN i2 = discount rate yang menghasilkan NPV negatif dari kegiatan JUN NPV1 = NPV positif dari kegiatan JUN

NPV2 = NPV negatif dari kegiatan JUN i2-i1 = selisih i

Proyek JUN layak untuk dilanjutkan jika IRR ≥ discount rate. Jika IRR = discount rate, maka NPV proyek JUN tersebut = 0. Jika IRR < discount rate, maka NPV < 0 dan proyek JUN ditolak.

d. Payback Period (PBP)

Payback Period (PBP) merupakan teknik menentukan jangka waktu (masa) pengembalian modal dari suatu investasi kegiatan usaha. Payback period merupakan rasio antara cash investment dengan cash inflow yang hasilnya merupakan satuan waktu (Gray et al., 2007). Selanjutnya nilai rasio ini akan dibandingkan dengan maximum payback period yang dapat diterima dari kegiatan JUN. Layak tidaknya proyek JUN dilakukan dengan membandingkan periode

waktu maksimum yang ditetapkan dengan hasil perhitungan proyek JUN. Jika hasil perhitungan menunjukkan waktu yang lebih pendek atau sama dengan waktu maksimum yang ditetapkan, investasi terhadap JUN dinyatakan layak untuk dilanjutkan. Jika hasil perhitungan menunjukkan waktu yang lebih lama dari umur proyek, investasi JUN sebaiknya ditolak.

e. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat bagaimana hasil proyek jika terjadi suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan manfaat atau biaya. Analisis sensitivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kenaikan harga pupuk sebesar 32 persen. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata kenaikan harga pupuk pada kegiatan JUN yang telah berlangsung selama lima tahun.

4.3.2 Analisis Pendapatan

Data penerimaan dan biaya yang dikeluarkan digunakan untuk mengetahui besar pendapatan yang diterima oleh petani JUN.

Pendapatan Petani JUN

a) Pendapatan dari pengelolaan JUN selama lima tahun.

P = ∑Pi - ∑Ci

Keterangan:

P = Pendapatan dari pengelolaan JUN selama lima tahun (Rp)

Pi = Jumlah penerimaan dari suatu jenis kegiatan ke-i dari usaha pengelolaan JUN selama lima tahun (Rp)

Ci = Jumlah pengeluaran suatu jenis kegiatan ke-i pada usaha pengelolaan JUN selama lima tahun (Rp)

b) Pendapatan Rumah Tangga Petani JUN. Prt = Pa + Pb + Pc +...+ Pn

Keterangan:

Prt = Pendapatan rumah tangga petani JUN (Rp/tahun)

Pa-Pn = Pendapatan dari masing-masing bidang usaha (Rp/tahun) c) Persentase Pendapatan dari Pengelolaan JUN terhadap Pendapatan Total.

Pi % = (Pi/Prt) x 100% Keterangan:

Pi % = Persentase pendapatan dari usaha pengelolaan JUN (%) 4.3.3 Skala Likert

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial (Riduwan, 2009). Skala Likert dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur persepsi petani JUN dengan adanya kegiatan penanaman JUN. Instrumen penelitian yang menggunakan Skala Likert dapat dibuat dalam bentuk multiple choice atau checklist. Tanggapan petani JUN dari Skala Likert, yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS) dengan nilai 4, 3, 2, dan 1. Penentuan batas bawah dan batas atas tergantung dari jumlah pernyataan yang ditanyakan kepada petani JUN. Dalam penelitian ini dampak ekonomi terdapat enam pernyataan, sedangkan untuk dampak lingkungan ada lima pernyataan. Batas bawah dan batas atas untuk dampak ekonomi yaitu 6-24, sedangkan untuk dampak lingkungan 5-20.

Editing perlu dilakukan pada data untuk mengecek kelengkapan pengisian kuesioner, setelah itu dilakukan coding di buku kode untuk mempermudah

pengolahan data. Sistem scoring dibuat konsisten yaitu semakin tinggi skor semakin tinggi kategorinya. Setelah dijumlahkan, selanjutnya dikategorikan dengan menggunakan teknik scoring secara normatif berdasarkan interval kelas sebagai berikut:

Keterangan:

n : Batas selang tingkat persepsi petani JUN

Max : Nilai maksimum yang diperoleh dari jumlah skor petani JUN Min : Nilai minimum yang diperoleh dari skor petani JUN

∑ : Jumlah pernyataan yang ditanyakan kepada petani JUN

Interval nilai tanggapan untuk setiap tingkat persepsi dapat dilihat pada Tabel 8, yaitu:

Tabel 8. Tingkat Persepsi Petani JUN dengan Adanya Kegiatan JUN No Interval Nilai Tanggapan Tingkat Persepsi

Dampak Ekonomi Dampak Lingkungan

1 21-24 17-20 Sangat Setuju

2 16-20 13-16 Setuju

3 11-15 9-12 Tidak Setuju

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Profil dan Kelembagaan UBH-KPWN

Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN) merupakan koperasi yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada tahun 1989. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sekaligus memperbaiki kondisi lingkungan hidup, khususnya wilayah pedesaan, KPWN merancang konsep tentang pengembangan usaha budidaya jati unggul dengan pengelolaan secara intensif. Pengelolaan intensif tersebut dikembangkan melalui pola bagi hasil. Pengembangan usaha budidaya jati unggul perlu didukung dengan ketersediaan sumberdaya manusia, kemampuan pendanaan, dan kemampuan pengelolaan sehingga usaha yang dikembangkan dapat menguntungkan baik dari aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.

KPWN membentuk Unit Usaha Bagi Hasil-Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (UBH-KPWN). Kantor pusat UBH-KPWN berlokasi di Gedung Manggala Wanabakti Blok IV Lt. 5 R. 504-A Jakarta. UBH-KPWN dibentuk dengan Keputusan Pengurus (KPWN) No. 62/Kpts/KPWN/XII/2006 Tanggal 21 Desember 2006, sebagaimana telah diperbaharui dengan Keputusan Pengurus KPWN No. 45/Kpts/KPWN/V/2007 Tanggal 10 Mei dan disahkan dengan Akta 39 Notaris Sigit Siswanto, SH. No. 12 Tanggal 24 Mei 2007.

Adapun visi dari UBH-KPWN adalah menjadi pengelola profesional terbaik di bidang Usahatani Jati Unggul Pola Bagi Hasil. Misi UBH-KPWN adalah mewujudkan usahatani jati unggul pola bagi hasil menjadi kegiatan yang memberikan keuntungan finansial optimal kepada semua pihak terkait dan mendorong pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat pedesaan serta berperan

dalam perbaikan lingkungan hidup. Adapun dalam mengembangkan usahanya, UBH-KPWN membuat kantor cabang sebagai sarana berjalannya kegiatan pola bagi hasil di berbagai daerah, salah satunya di Kabupaten Bogor yang berlokasi di Komplek Perumahan Akasia No. 1, Sindang Barang.

Pada pengelolaan semua kegiatan JUN pihak UBH-KPWN memiliki kelembagaan yang terstruktur agar dalam pelaksanaanya terlaksana dengan baik dan sesuai dengan pekerjannya masing-masing. Berikut merupakan bagan kelembagaan UBH-KPWN pada Gambar 2.

Sumber: UBH-KPWN (2012)

Gambar 2. Bagan Struktur Kelembagaan UBH-KPWN.

5.2 Pola Bagi Hasil UBH-KPWN

Pola bagi hasil yang diterapkan UBH-KPWN yaitu pola yang dilaksanakan melalui kerjasama antara investor, pemilik lahan, petani penggarap, perangkat desa, dan UBH-KPWN.

DIREKTUR UTAMA

Direktur Umum dan Pemasaran

Direktur Perencanaan dan Tanaman, Keuangan Divisi Umum Divisi Pemasaran Divisi Keuangan Pendamping Supervisior Divisi Perencanaan Divisi Tanaman

Tata Usaha (TU) KPWN

Tabel 9. Hak dan Kewajiban Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Usaha JUN UBH-KPWN

Pihak Hak Kewajiban

UBH- KPWN

1.Memperoleh bagian hasil panen sebanyak 15 persen dari total jumlah pohon yang ditanam.

1. Melakukan inventarisasi dan identifikasi calon lokasi dan pemilik lahan serta petani penggarap peserta budidaya JUN.

2. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan usaha budidaya JUN.

3. Melaksanakan pendampingan kepada

petani penggarap.

4. Menarik calon investor usaha JUN.

5. Mengelola dana dari investor untuk kegiatan usaha budidaya JUN.

6. Memasarkan pohon jati siap panen. 7. Melaksanakan pembagian hasil sesuai

dengan perjanjian.

8. Bila terjadi kematian/kehilangan, bagian hasil UBH-KPWN dikurangi sebanyak 0.3 bagian dari jumlah yang mati/hilang.

Investor 1.Memperoleh bagian hasil

panen sebanyak 40 persen dari jumlah pohon yang ditanam.

2.Tidak menanggung resiko bila terdapat tanaman yang mati/hilang yang disebabkan karena kelalaian.

1. Berkontribusi dengan menanamkan modal, dimana jumlah minimal investasi adalah 100 pohon.

Pemilik Lahan

1.Memperoleh bagian hasil

panen sebanyak sepuluh

persen dari jumlah pohon yang ditanam.

2.Tidak menanggung resiko bila terdapat tanaman yang mati/hilang yang disebabkan kelalaian.

1. Memberi ijin lahannya untuk ditanami JUN dalam jangka waktu kerjasama lima tahun.

Petani Penggarap

1.Memperoleh pendamping

saat melaksanakan budidaya JUN.

2.Memperoleh bimbingan,

pelatihan, dan pembinaan.

3.Memperoleh upah dan

bagian hasil sebesar 25 persen dari jumlah pohon yang ditanam.

1. Melaksanakan pengolahan lahan,

penanaman, pemeliharaan, dan

pengamanan tanaman JUN.

2. Bila terjadi kematian/kehilangan, bagian hasil petani dikurangi sebanyak 0.5 bagian dari jumlah yang mati atau hilang.

Perangkat Desa

1.Memperoleh bagian hasil panen sebanyak sepuluh persen dari jumlah pohon yang ditanam.

1. Membuktikan keabsahan kepemilikan

lahan yang akan ditanami JUN.

2. Berperan dalam menggerakkan masyarakat calon peserta JUN.

3. Mengawasi dan mengamankan tanaman

JUN dari gangguan, pencurian, dan kebakaran.

4. Bila terjadi kematian/kehilangan, bagian hasil pemerintah desa dikurangi sebanyak 0.2 bagian dari jumlah yang mati/hilang. Sumber: UBH-KPWN (2012)

Berdasarkan Tabel 9, penetapan bagi hasil pihak-pihak yang terlibat dalam budidaya JUN didasarkan atas hak dan kewajiban masing-masing pihak. Hak dan kewajiban ini merupakan hal-hal apa saja yang harus mereka lakukan karena dalam usaha kegiatan JUN harus saling melengkapi dan tidak dapat berjalan sendirian sehingga membutuhkan kelima pilar yang terkait. Skema kontribusi dan bagian hasil masing-masing pihak yang terlibat dalam usaha JUN dapat dilihat pada Gambar 3.

Sumber: UBH-KPWN (2012)

Gambar 3. Bagan Kontribusi dan Bagian Hasil Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Usaha JUN.

Berdasarkan bagan tersebut dapat diuraikan bahwa:

1. Unit Usaha Bagi Hasil KPWN berperan melaksanakan pengelolaan usaha JUN dengan memanfaatkan dana dari investor, lahan milik perorangan, lahan desa, maupun lahan badan usaha, serta tenaga kerja petani penggarap yang terlibat dalam usaha JUN. Imbal jasa atas peranannya tersebut, UBH-KPWN akan

Lembaga Fasilitator UBHKPWN (Bagian Hasil 15%) Pemilik Lahan (Bagian Hasil 10%) Petani Penggarap (Bagian Hasil 25%) Pemerintah Desa (Bagian Hasil 10%) Investor (Bagian Hasil 40%)

Usaha Jati Unggul Nusantara Pola Bagi Hasil Manajemen, tenaga ahli, pendamping, administrasi, upah, bibit, pupuk, dll

Status lahan, penggerakkan, pengawasan, dan pengamanan

Lahan Tenaga

mendapat bagian hasil panen sebanyak 15 persen dari jumlah pohon yang ditanam, tetapi apabila ada tanaman JUN yang mati atau hilang maka bagian hasil panen tersebut dikurangi 0.3 bagian dari jumlah yang mati atau hilang. 2. Investor berperan sebagai pihak yang menanamkan modal untuk digunakan

dalam pelaksanaan usaha. Dana tersebut digunakan untuk biaya pengadaan bibit, pupuk, obat-obatan, peralatan, upah petani, dan biaya manajemen. Imbal jasa atas peranannya tersebut, investor akan mendapat bagian hasil panen sebanyak 40 persen dari jumlah pohon yang ditanam. Bila terjadi kehilangan atau kematian pohon, investor tidak menanggung resiko.

Dokumen terkait