• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Landasan Teori

2.2.5 Pendapatan

Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dengan semua biaya.

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang peroleh dengan harga jual. Sedangkan menurut Sukirno (2002) pendapatan total usahatani (pendapatan bersih) adalah selisih penerimaan total dengan biaya total yang dikeluarkan dalam proses produksi, dimana semua input yang dimiliki keluarga dihitung sebagai biaya produksi.

Analisis biaya, penerimaan, dan pendapatan usahatani dapat diolah dengan menggunakan rumus:

Secara sitematis pendapatan usahatani dapat dijelaskan sebagai berikut:

I = TR-TC Dimana:

I = Income (pendapatan)

TR = total revenue (total penerimaan petani) TC = total cost (total biaya)

Penerimaan diperoleh dengan perhitungan jumlah hasil produksi dikalikan dengan harga atau:

TR= Q.P

Dimana:

TR = Total penerimaan Q = Jumlah Hasil Produksi P = Harga produksi

Usahatani adalah usaha yang tidak terlepas dari biaya-biaya. Biaya dalam usahatani dibedakan menjadi dua yakni biaya tetap (Fixed cost) dan biaya variabel (Variable cost). Jumlah dari kedua biaya tersebut dikenal dengan biaya total (Total Cost).

TC= TFC + TVC.

Dimana:

TC = Total Biaya FC = Biaya Tetap VC = Biaya Variabel 2.3 Penelitian Terdahulu

Ruri Uthami (2011) meneliti dengan judul “Analisis Nilai Tambah Tebu Di Pabrik Gula Sei Semayang PT. Perkebunan Nusantara II”. Metode yang digunakan Metode analisis yang digunakan adalah metode perhitungan nilai tambah dengan Metode Hayami. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa proses pengolahan yang dilakukan di Pabrik Gula Sei Semayang terdiri dari 7 tahapan yaitu proses pencacahan tebu, proses penggilingan, proses pemurnian, proses penguapan, proses pemasakan, proses pemutaran, dan proses penyelesaian. Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan tebu menjadi gula adalah tinggi. Nilai tambah yang

diperoleh dari pengolahan tebu menjadi gula adalah sebesar Rp. 615,74/kg, dengan rasio nilai tambah sebesar 98 %.

Indri Pratiwi Pohan (2013) meneliti dengan judul “Analisis Nilai Tambah Dan Pemasaran Kopra. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa nilai tambah yang diperoleh petani tergolong tinggi yakni sebesar 96%, nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan kelapa kupas menjadi kopra tergolong rendah yakni sebesar 24%, nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan kopra menjadi tepung tergolong rendah yakni sebesar 18,22%, nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan kopra menjadi minyak tergolong tinggi yakni sebesar 64,69%. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat 2 saluran pemasaran di daerah penelitian. Biaya pemasaran tertinggi terdapat pada saluran I (Petani-Pedagang Pengumpul–

Pedagang Besar) sebesar Rp. 2.172,24/kg, sedangkan biaya pemasaran terendah

terdapat pada saluran pemasaran II (Petani-Pedagang Besar) sebesar Rp. 1.605,07/kg. Saluran tataniaga yang ada sudah efisien, dimana saluran

pemasaran II lebih efisien dari saluran pemasaran I karena saluran pemasarannya lebih pendek dan biayanya lebih kecil dari pada saluran pemasaran I.

Ulima Mandasari Sitorus (2014) meneliti dengan judul “Analisis Nilai Tambah Dan Strategi Pengembangan Produk Olahan Kopi Arabika (Coffea Arabica) Di Tingkat Kelompok Tani Simalungun Jaya Desa Sait Buttu Saribu Kabupaten Simalungun”.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif untuk mengetahui pengolahan kopi bubuk arabika, metode hayami untuk analisis nilai tambah, dan analisis SWOT untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi pengolahan kopi bubuk arabika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahapan pengolahan yang dilakukan dimulai dari kopi biji arabika yang kemudian mengalami proses pemecahan kulit

tanduk dan selanjutnya diolah menjadi kopi bubuk. Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan kopi bubuk arabika adalah Rp. 206.400 dengan rasio nilai tambah sebesar 68,8% dalam satu kali produksi. Berdasarkan Analisis SWOT faktor – faktor yang mempengaruhi pengolahan kopi bubuk arabika adalah faktor Internal dan Faktor Eksternal. Adapun faktor – faktor Internal yang menjadi kekuatan adalah: bahan baku tersedia, tenaga kerja tersedia, tidak menggunakan bahan campuran, memberikan nilai tambah, harga kopi bubuk ditentukan sendiri.

Sedangkan faktor internal untuk kelemahan adalah: sumber modal kurang, teknologi sederhana, hanya ada 1 variasi, pengembangan lahan agroindustri tidak tersedia, kurangnya pelatihan dan pendidikan, pemasaran kurang luas, tidak ada kerjasama dengan lembaga lain. Sedangkan untuk faktor eksternal yang menjadi peluang adalah: sudah memiliki merek dagang, sudah, memiliki izin Badan Pengawas Obat dan Makanan, trend kopi, infrastruktur lokasi yang mendukung, adanya kebijakan pemerintah. Sedangkan faktor eksternal yang menjadi ancaman adalah: kopi bubuk arabika Simanja masih kalah saing dengan merek lain dan faktor cuaca yang mempengaruhi proses pengolahan kopi bubuk arabika.

Meinia Singgar Niari (2015) meneliti dengan judul “Analisis Value Added Pengolahan Jamur Tiram Menjadi Jamur Crispy Di Kota Medan “. Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis deskriptif, uji beda rata-rata dan nilai tambah dengan metode hayami. Hasil penelitian menunjukan bahwajamur tiram diproses dengan cara dibersihkan lalu di belah-belah menjadi bagian-bagian kecil. Setelah itu, jamur tiram dimasukkan ke air yang sudah dicampur dengan telur dan ditiriskan. Setelah selesai, jamur tiram dimasukkan ke tepung bumbu yang sudah dibuat dan dimasukkan ke dalam minyak lalu ditiriskan lagi dan jadilah jamur

crispy dan ada perbedaan nyata antara pendapatan pengusaha jamur tiram dengan pengusaha jamur crispydalam 1 tahundimana pengusaha jamur tiram dengan biaya bahwa pendapatan pengusaha jamur crispy jauh lebih tinggi dari pengusaha jamur tiram sertanilai tambah yang diperoleh dari hasil pengolahan jamur tiram menjadi jamur crispy adalah sebesar Rp. 84.762.076,94/tahun. Rasio nilai tambah produk jamur crispy adalah sebesar 72% yang artinya sebesar 72,37% dari nilai ouput berupa jamur crispy merupakan nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan jamur tiram menjadi jamur crispy.

Imelda Sebastiani Halim (2015) meneliti dengan judul “Analisis Nilai Tambah Pengolahan Ikan Asin”. Metode yang digunkana adalah metode Hayami. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa total biaya yang diperoleh pada industri

pengolahan ikan asin adalah sebesar Rp. 75.201.028, dengan rataan sebesar Rp. 2.506.701, per pengusaha, dan total penerimaan sebesar Rp. 101.088.550,

dengan rataan sebesar Rp. 3.369.617/pengusaha. Total pendapatan sebesar Rp. 25.967.472, dengan rataan sebesar Rp. 865.582/ pengusaha. Nilai tambah yang

diperoleh pengolah ikan asin tergolong kecil yakni sebesar 46,57%.

2.4 Kerangka Pemikiran

Kopi merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan merupakan sumber devisa negara. Usahatani kopi Arabika merupakan suatu kegiatan yang mengusahakan tanaman kopi Arabika yang dilakukan oleh petani. Usahatani kopi menjadi salah satu mata pencaharian penduduk di desa Keramat Jaya untuk memenuhi kebutuhan petani.

Nilai tambah terhadap produksi kopi arabika dari kopi gelondong menjadi biji kopi dan kopi Roastbean tentunya akan meningkatkan pendapatan petani. Fluktuasi

harga yang terjadi, menjadi salah satu masalah petani kopi karna mempengaruhi pendapatan petani. Sehingga dengan adanya nilai tambah terhadap kopi biji dan Roastbean tentunya akan meningkatkan pendapatan petani.

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran = Menyatakan Proses

2.5 Hipotesis Penelitian

1. Terdapat nilai tambah yang diperoleh akibat proses pengolahan kopi gelondongan (Cherry red) menjadi kopi biji (Green bean).

2. Terdapat nilai tambah yang diperoleh akibat proses pengolahan kopi biji (Green bean) menjadi Kopi Roastbean.

Petani Kopi

Kopi Biji (Green bean) Kopi Gelondongan

(Cherry red) (Cherry red)

Nilai Tambah Usahatani Kopi

Kopi Roastbean

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Keramat Jaya dan di cafe Sekar Gayo Coffe Kecamatan Bandar Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh. Daerah penelitian ini ditentukan secara metode purposive. Purposive maksudnya dalam hal ini adalah pengambilan daerah penelitian berdasarkan pertimbangan tertentu. Daerah penelitian dipilih secara sengaja dengan pertimbangan bahwa daerah penelitian ini merupakan salah satu daerah penghasil komoditi Kopi Arabika di Kabupaten Bener meriah.

3.2 Metode Penetapan Sampel

Metode yang digunakan dalam menetapkan sampel pada penelitian ini adalah sampling jenuh. Istilah lain dari sample jenuh adalah sensus. Sensus adalah seluruh anggota populasi dapat dijadikan sampel untuk pengambilan data (Ibrahim, 2020).

Populasi adalah sekumpulan objek yang memiliki karakteristik yang sama, selanjutnya populasi tersebut dapat ditarik kesimpulanya. Sampel adalah bagian dari populasi yang telah dipilih sehingga hasil dari sampel dapat menyimpulkan populasi.

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah petani kopi arabika yang mengolah kopi gelondongan (Cherry red) menjadi kopi biji (Green bean) yang berjumlah 12 petani di daerah penelitian. Dan sampel untuk pengusaha kopi Roastbean berjumlah 1 orang di cafe Sekar Gayo Coffe.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder.

Data primer diperoleh langsung melalui wawancara kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) dengan mengajukan beberapa pertanyaan untuk melengkapi data yang diperlukan, dengan tujuan agar pertanyaan yang diajukan terstruktur dan lengkap. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang relevan, seperti Kantor Kepala Desa dan dari dinas terkait lainnya yang dapat mendukung kelengkapan data dalam penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk Identifikasi masalah 1 dan 2 dianalisis dengan analisis pendapatan dengan rumus sebagai berikut:

Secara sitematis pendapatan usahatani dapat dijelaskan sebagai berikut:

I = TR-TC Dimana:

I = Income (pendapatan)

TR = total revenue (total penerimaan petani) TC = total cost (total biaya)

Pendapatan pengolahan kopi gelondongan (Cherry red) menjadi kopi biji Green bean) dan pengolahan kopi biji (Green bean) menjadi kopi Roastbean adalah selisih antara penerimaan dan total biaya.

Penerimaan pengolahan kopi gelondongan (Cherry red) menjadi kopi biji Green bean) diperoleh dengan perhitungan jumlah hasil produksi dikalikan dengan harga atau:

TR= Q.P Dimana:

TR = Total penerimaan Q = Jumlah Hasil Produksi P = Harga produksi

Usahatani adalah usaha yang tidak terlepas dari biaya-biaya. Biaya dalam usahatani dibedakan menjadi dua yakni biaya tetap (Fixed cost) dan biaya variabel (Variable cost). Jumlah dari kedua biaya tersebut dikenal dengan biaya total (Total Cost).

TC= TFC + TVC.

Dimana:

TC = Total Biaya FC = Biaya Tetap VC = Biaya Variabel

Untuk Identifikasi masalah 2 dan 3 dengan Metode Hayami. Menurut Sudiyono (2004), analisis dengan menggunakan Metode Hayami dapat dilihat pada Tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1 Perhitungan Nilai Tambah dengan Menggunakan Metode Hayami

No Variabel Rumus

Output, Input, Harga

1. Hasil Produksi (Kg/Produksi) A

2 Bahan Baku (Kg/Produksi) B

Balas Jasa Untuk Faktor Produksi

14. Marjin (Rp/Kg) Q = J – H

Analisis nilai tambah metode Hayami menghasilkan beberapa informasi sebagai berikut:

1. Nilai tambah (Rp) adalah selisih antara nilai produk dengan harga bahan baku dan bahan tambahan.

2. Rasio nilai tambah (%) menunjukkan nilai tambah dari nilai produk.

3. Imbalan tenaga kerja langsung (Rp) menunjukkan upah yang diterima tenaga kerja langsung dalam mengolah satu satuan bahan baku.

Dari hasil perhitungan tersebut akan diperoleh keterangan sebagai berikut:

1. Perkiraan nilai tambah dalam rupiah

2. Rasio nilai tambah terhadap nilai produk yang dihasilkan (dalam %)

3. Imbalan bagi modal dan manajemen (keuntungan yang diterima perusahaan) dalam rupiah.

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Defenisi dan batasan operasional dalam penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman atas penafsiran dan pengertian maka digunakan defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

3.5.1 Definisi

1. Petani adalah seseorang yang mengusahakan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain.

2. Petani kopi arabika adalah petani yang melakukan kegiatan usaha tani kopi arabika.

3. Keunggulan dari kopi arabika antara lain bijinya berukuran besar, beraroma harum, dan memiliki cita rasa yang baik.

4. Produksi adalah hasil akhir dari usahatani kopi arabika.

5. Nilai tambah (value added) adalah selisih penjualan dan biaya yang dikeluarkan untuk bahan baku dan pembelian material pendukung.

6. Penerimaan petani kopi Arabika adalah hasil yang diterima petani dari hasil penjualan produk usahataninya.

7. Pendapatan petani adalah penerimaan yang diterima petani dari hasil usahatani dikurangi dengan biaya produksi.

3.5.2 Batasan Operasioal

1. Penelitian dilakukan di Desa Keramat Jaya, Kecamatan Bandar, Kabupaten Bener Meriah.

2. Populasi penelitian adalah petani kopi arabika yang mengolah kopi gelondongan (Cherry red) menjadi kopi biji (Green bean) di Desa Keramat Jaya, Kecamatan Bandar, Kabupaten Bener Meriah.

3. Waktu penelitian dilakukan tahun 2021.

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1 Letak dan Geografis

Desa Keramat Jaya memiliki luas wilayah secara keseluruhan ± 800 Ha yang terletak di Kecamatan Bandar, Kabupaten Bener Meriah. Secara umum keadaan topografi Desa Keramat Jaya berada pada dataran tinggi 1.260 m dari permukaan laut yang terletak dibagian Selatan Kecamatan Bandar Kabupaten Bener Meriah.

Letak Desa tersebut berada didaerah berbukit dan lembah dengan 2 ruas jalan sederhana menuju pusat pemukiman penduduk. Pusat pemukiman penduduk dikelilingi oleh kebun kopi dan palawija masyarakat Desa Keramat Jaya dan masyarakat desa setempat. Secara administratif Desa Keramat Jaya memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bahgie Bertona

 Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Jadi Sepakat

 Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Beranun Teleden

 Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tawar Sedenge

4.1.2 Keadaan Penduduk

Penduduk Desa Keramat Jaya berjumlah 455 jiwa. Dan berdasarkan kelompok umur di Desa Keramat Jaya dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Penduduk Menurut Kelompok Umur

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Presentasi (%)

1 Laki-Laki 229 50,4

2 Perempuan 226 49,6

Jumlah 455 100,0

Sumber: Kantor Kepala Desa Keramat Jaya 2019

Pada tabel 4.1 penduduk menurut kelompok umur menunjukkan bahwa penduduk Desa Keramat Jaya berjumlah 455 jiwa, jumlah penduduk laki-laki Desa Keramat Jaya berjumlah 229 jiwa (50,4 %) dan perempuan berjumlah 226 (49,6 %). Jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat desa Keramat Jaya didominasi oleh laki-laki.

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasana sangat mendukung aktivitas masyarakat dengan tersedianya sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan desa.

Semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju perkembangan laju perekonomian, maka pembanguna desa dan masyarakat akan semakin baik.

Keadaan sarana dan prasarana di desa Keramat Jaya dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana Desa Keramat Jaya, Kecamatan Bandar, Kabupaten Bener Meriah

No Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 Kantor Kepala Desa 1

Sumber: Kantor Kepala Desa Keramat Jaya 2019

Pada Tabel 4.2 sarana dan prasana menunjukan bahwa di Desa Keramat Jaya memiliki sarana kantor kepala desa sebanyak 1 unit. Sarana pendidikan sebanyak 3

unit terdiri dari 1 Taman Kanak- Kanak, 1 SMA Sederajat dan 1 Lembaga Pendidikan Agama (TPA). Sarana kesehatan sebanyak 2 unit terdiri 1 Puskesmas Pembantu dan 1Posyandu. Sarana ibadah terdiri 1 unit Masjid.

4.2 Karateristik Sampel Usaha Pengolahan Kopi

Pengolah kopi merupakan masyarakat Desa Keramat Jaya yang mengolah kopi Arabika dalam bentuk gelondong (Cherry red) menjadi kopi biji (Green bean) dan untuk kopi Roastbean adalah pengusaha yang mengolah Kopi biji (Green bean) menjadi Kopi Roastbean di cafe Sekar Gayo Coffe. Karakteristik pengusaha kopi dalam hal ini meliputi umur dan tingkat pendidikan.

4.2.1 Umur

Adapun umur merupakan salah satu faktor yang menjadi tolak ukur kedewasaan seseorang yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usaha pengolahan. Berikut Tabel karakteristik responden berdasarkan kelompok umur.

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur No Kelompok Umur Jumlah Responden

(Jiwa)

Sumber: Kantor Kepala Desa Keramat Jaya 2019

Pada Tabel 4.3 karakteristik responden berdasarkan kelompok umur dapat dilihat dari kelompok umur, sebagian besar responden mempunyai umur antara 41-50 tahun yaitu sebanyak 6 orang (46,1 %). Sedangkan kelompok umur dengan jumlah responden paling sedikit yaitu 51-60 hanya 1 orang (7,7 %).

4.2.2 Pendidikan Terakhir

Pendidikan terakhir dapat dikaitkan dengan kemampuan atau skill seseorang dalam mengadopsi teknologi baru. Semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi pula kemampuan yang dimiliki. Berikut Tabel karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir.

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir No Pendidikan Terakhir Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 SD 2 15,4

2 SMP 4 30,8

3 SMA 6 46,1

4 Diploma 1 7,7

Jumlah 13 100,0

Sumber: Kantor Kepala Desa Keramat Jaya 2019

Pada Tabel 4.4 karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhirdapat dilihat banyak responden memiliki latar belakang SMA yaitu sebanyak 6 orang (46,1%). Sedangkan paling sedikit responden memiliki latar belakang pendidikan Diploma hanya 1 orang (7,7 %).

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Pendapatan Pengolahan Kopi Gelondongan (Cherry red) Menjadi Kopi Biji (Green Bean)

5.1.1 Biaya Produksi Pengolahan Kopi Gelondongan (Cherry red) Menjadi Kopi Biji (Green Bean)

Biaya produksi adalah biaya yang digunakan untuk menghitung total biaya pengolahan kopi gelondongan (Cherry red) menjadi kopi biji (Green bean) yang meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Tujuan analisis biaya adalah untuk mengelompokkan biaya menurut fungsinya.

1. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam jumlah yang selalu sama meskipun jumlah produksi berubah-ubah. Biaya tetap adalah biaya yang tidak mempengaruhi besar kecilnya jumlah produksi. Biaya terus dikeluarkan meskipun tidak melakukan proses produksi. Perhitungan biaya tetap dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut ini:

Tabel 5.1 Biaya Tetap Pengolahan Kopi Gelondongan (Cherry Red) Menjadi Kopi Biji (Green Bean)

No Peralatan Biaya Penyusutan (Rp)

1 Mesin Pullper 3.360.000

2 Ember 534.000

3 Kayu Serok 200.000

4 Gerobak Sorong 1.540.000

5 Besi Goni 192.000

6 Terpal 466.000

Total 6.292.000

Biaya Tetap per 1 Kg Bahan Baku Kopi Gelondongan 2.147 Sumber: Lampiran 2

Pada Tabel 5.1 biaya tetap terdiri dari mesin pullper, ember, kayu serok, gerobak sorong, besi goni dan terpal. Biaya tetap pengolahan kopi gelondongan (Cherry red) menjadi kopi biji (Green bean) yang digunakan dalam proses produksi yaitu sebesar Rp. 6.292.000. Biaya tetap per kg nya untuk 2930 kg bahan baku kopi gelondongan adalah Rp. 2.147.

2. Biaya Variabel

Biaya variabel adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan dipengaruhi oleh besar dan kecilnya jumlah produksi.

Tabel 5.2 Biaya Variabel Pengolahan Kopi Gelondongan (Cherry Red) Menjadi Kopi Biji (Green Bean)

No Peralatan Biaya (Rp)

1 Goni 210.000

2 Tali Plastik 145.000

3 Minyak Mesin 1.056.000

4 Ongkos 7.325.000

Total 8.736.000

Biaya Variabel Per 1 Kg Kopi Gelondongan 2.981 Sumber: Lampiran 1

Pada Tabel 5.2 biaya variabel pengolahan kopi gelondongan (Cherry red) menjadi kopi biji (Green bean) terdiri dari goni, tali plastik, minyak mesin dan ongkos.

Biaya variabel pengolahan kopi gelondongan (Cherry red) menjadi kopi biji (Green bean) yang digunakan dalam proses produksi yaitu sebesar Rp. 8.736.000. Biaya tetap per kg nya untuk 2930 kg bahan baku kopi gelondongan adalah Rp. 2.981.

3. Biaya Total

Biaya total pengolahan kopi gelondongan (Cherry red) menjadi kopi biji (Green bean) meliputi seluruh biaya tetap dan biaya variabel. Besarnya biaya total dapat dilihat pada Tabel 5.3 di bawah ini:

Tabel 5.3 Biaya Total Pengolahan Kopi Gelondongan (Cherry red) Menjadi Kopi Biji (Green bean)

No Jenis biaya Jumlah biaya (Rp)

1 Biaya tetap 6.292.000

2 Biaya variabel 8.736.000

Total 15.028.000

Biaya Rata-Rata per 1 kg Bahan Baku Kopi

Gelondongan 5.129

Sumber: Data Primer diolah dari Lampiran 1 & 2

Pada Tabel 5.3 biaya total adalah penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel. Biaya total pengolahan kopi gelondongan (Cherry red) menjadi kopi biji (Green bean) yaitu sebesar Rp. 15.028.000. Biaya total per kg untuk 2930 bahan baku kopi gelondongan adalah Rp. 5.129.

5.1.2 Analisis Penerimaan Pengolahan Kopi Gelondongan (Cherry red) Menjadi Kopi Biji (Green Bean)

Penerimaan pengolahan kopi gelondongan (Cherry red) menjadi kopi biji (Green bean) adalah perkalian antara jumlah produksi dengan harga jual. Besarnya penerimaan yang diterima petani dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah produksi dan harga jual.

Tabel 5.4 Penerimaan Pengolahan Kopi Gelondongan (Cherry red) Menjadi Kopi Biji (Green Bean)

Jumlah Produksi (Kg) Harga Jual (Rp/Kg) Penerimaan

2930 40.000 117.200.000

Sumber: Data Primer diolah Lampiran 3

Pada Tabel 5.4 penerimaan pengolahan kopi gelondongan (Cherry red) menjadi kopi biji (Green bean) adalah sebesar Rp. 117.200.000.

5.1.3 Proses Pengolahan Kopi Gelondongan (Cherry red) Menjadi Kopi Biji (Green bean)

1. Pengupasan Kulit Buah

Gambar 5.1 Pengupasan Kulit Buah

Tahap pertama yang dilakukan dalam proses pengolahan kopi biji Arabika adalah pengupasan kulit buah. Pengupasan kulit buah dilakukan dengan menggunakan mesin pullper. Hasil dari proses pengupasan kulit buah adalah biji kopi yang masih memiliki kulit tanduk, atau disebut juga dengan kopi gabah.

2. Pencucian

Pencucian adalah proses untuk menghilangkan lendir yang masih menempel pada kulit kopi gabah. Pencucian dilakukan dengan memasukkan kopi kedalam bak penampung yang sudah diisi oleh air. Proses ini dilakukan agar lendir yang

menempel di kopi ikut larut dengan air. Setelah kopi yang sudah dibersihkan akan dilakukan proses perendaman. Perendaman biasanya dilakukan selama 12 jam.

3. Penjemuran

Gambar 5.2 Penjemuran Kulit Tanduk

Tahap selanjutnya adalah penjemuran. Penjemuran kopi gabah dilakukan di bawah sinar matahari berlangsung selama 1-2 hari di atas terpal. Pada tahap ini kopi harus sering diaduk atau dibalik agar tingkat kekeringannya merata.

4. Pengupasan Kulit Tanduk

Gambar 5.3 Pengupasan Kulit Tanduk

Pada tahap ini kulit tanduk dikupas dengan menggunakan mesin huller. Biasanya para petani menggunakan jasa pengupasan ke tempat pengupasan kulit tanduk.

Harga untuk per satu kg kopi gabah sebesar Rp. 500.

5. Penjemuran Kopi Biji (Green Bean)

Gambar 5.4 Penjemuran Kopi Biji (Green Bean)

Penjemuran kopi biji (Green bean) dilakukan dibawah sinar matahari berlangsung selama 2- 4 hari dibawah sinar matahari di atas terpal. Kopi yang dijemur harus diaduk agar tingkat kekeringannya merata. Proses penjemuran kopi biji (Green bean) dilakukan hingga kadar air 12-13 %.

5.1.4 Pendapatan Pengolahan Kopi Gelondongan (Cherry red) Menjadi Kopi Biji

Pendapatan adalah hasil perhitungan dari selisih antara penerimaan dengan biaya total. Perhitungan pendapatan pengolahan kopi gelondongan (Cherry red) menjadi kopi biji (Green bean) dapat dilihat dari Tabel berikut ini:

Tabel 5.5 Pendapatan Pengolahan Kopi Gelondongan (Cherry Red) Menjadi Kopi Biji (Green Bean)

No Komponen biaya Jumlah (Rp)

1. Total Penerimaan 117.200.000

2. Total Biaya 15.028.000

Total Pendapatan 102.172.000

Pendapatan per 1 KgBahan Baku Kopi Glondongan 34.870 Sumber: Data Primer diolah dari lampiran 1, 2 & 3

Pada Tabel 5.5 pendapatan pengolahan kopi gelondongan (Cherry red) menjadi kopi biji (Green bean) adalah sebesar Rp.102.172.000. Pendapatan per kg nya untuk 2930 kg kopi gelondongan adalah Rp. 34.870.

5.2. Analisis Pendapatan Pengolahan Kopi Biji (Green Bean) Menjadi Kopi Roastbean

5.2.1 Biaya Produksi Pengolahan Kopi Biji (Green Bean) Menjadi Kopi Roastbean

Biaya produksi adalah biaya yang digunakan untuk menghitung total biaya pengolahan kopi gelondongan (Cherry red) menjadi kopi biji (Green bean) yang meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Tujuan analisis biaya adalah untuk mengelompokkan biaya menurut fungsinya.

1.Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam jumlah yang selalu sama meskipun jumlah produksi berubah-ubah dan tidak mempengaruhi besar kecilnya

Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam jumlah yang selalu sama meskipun jumlah produksi berubah-ubah dan tidak mempengaruhi besar kecilnya