• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan Kualitatif

Dalam dokumen Produksi Konten Penentuan Hidup Bersama (Halaman 38-40)

Konten dan Cara Kerja Media: Metode dan Data

3.1.2. Pendekatan Kualitatif

Orientasi Seksual

Kami berfokus pada konten di luar heteroseksual, dan karenanya pada bagian ini kami memiliki lima sub- variabel, termasuk homoseksual, biseksual, dan transgender. Kami pun menyediakan pengelompokan tersendiri untuk konten mengenai lesbian dan gay. Adapun tujuan untuk memasukkan variabel ini adalah untuk menilai seberapa beragam dan representatif media kita ketika meliput mengenai orientasi seksual warga negara yang amat beragam ini (silakan lihat lampiran 3.1.).

Kami juga mengamati melalui beberapa pengukuran konsumerisme. Hal ini akan mengaitkan hubungan antara kerangka kerja kami tentang kewarganegaraan dengan rating Nielsen. Kami juga ingin mengetahui bagaimana variabel-variabel yang ada dimasukkan ke dalam konten, dan apakah hal tersebut mengandung pesan moral yang lebih menjual bagi penonton. Proksi konsumerisme kami adalah konten yang berisi baik kasus korupsi atau terorisme; dan juga hal-hal yang diasosiasikan dengan konten berkarakter selebritas dan gaya hidup (pemenuhan kebutuhan tersier), kekerasan dan kriminalitas, kecelakaan dan bencana alam, serta takhayul. Hal ini akan menggambarkan dengan baik korelasi distribusi konten secara keseluruhan (silakan lihat lampiran 3.1.).

3.1.2. Pendekatan Kualitatif

Terkait dengan tujuan kami untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi cara kerja media di Indonesia dan mengungkap proses produksi di dalamnya, kami melihat bahwa pendekatan kualitatif yang interpretif (Denzin dan Lincoln, 1994) adalah metode yang paling sesuai. Sebagaimana penelitan Cassell dan Symon (2004), melalui pendekatan ini kami dapat berfokus pada proses, mekanisme, dan detail kerja media untuk mengungkap informasi. Selain itu, kami bertujuan untuk menawarkan beberapa penjelasan dan makna dari temuan kami. Dalam penelitian ini, kami juga terusik dengan tatanan kontemporer media dan faktor yang mempengaruhi proses produksi kontennya. Karenanya, dengan pendekatan interpretivis-kualitatif, jika diperlukan, kami dapat lebih fleksibel dalam mengumpulkan data. Terakhir, dan yang paling penting, pendekatan kualitatif seperti ini memungkinkan digunakannya ‘pandangan dari dalam’ (insider view) (Bryman dan Bell, 2007), misalnya kejadian-kejadian yang menimpa narasumber dapat diikutsertakan dalam analisis. Hal ini penting khususnya untuk memahami mekanisme internal yang menjelaskan bagaimana industri media bekerja.

Kami menemukan bahwa pendekatan kualitatif akan sangat bermanfaat ketika meneliti subjek yang kompleks, seperti, dalam kasus kami adalah dinamika dan cara kerja media – karena keduanya membutuhkan penjelasan dan penjabaran mendalam. Beberapa literatur metodologis mendukung hal ini. Pendekatan kualitatif berguna ketika berhadapan dengan suatu topik penelitian yang harus dikupas dengan menggunakan kerangka konseptual tertentu yang masih terus berkembang (Creswell, 2003), atau memerlukan kombinasi dari teori-teori yang berbeda (Cassel dan Symon, 2004). Dalam penelitian ini, kami menggabungkan perspektif teoritis yang berbeda mengenai ekonomi politik media (Herman dan Chomsky, 1988, Mansell, 2001, Mansell, 2004) dan dalam studi media, khususnya untuk memahami cara kerja media swasta (Herman dan Chomsky, 1988, McChesney, 1999, Bagdikian, 2004) dan bagaimana mereka menjawab tantangan masa depan seperti konvergensi media (Lawson-Borders, 2006). Pemahaman tentang hak-hak warga negara secara khusus telah dibangun oleh penelitian sebelumnya (mis. Benhabib, 2004, Janowitz, 1980, Joseph, 2005), serta secara spesifik dalam konteks masyarakat sipil di Indonesia dan Asia Tenggara (Bunnel, 1996, Eldridge, 1995, Ganie-Rochman, 2000, Hadiwinata, 2003, Warren, 2005). Dengan kata lain, pendekatan kualitatif di sini adalah alat untuk membuat beberapa teknik yang ditujukan untuk menunjukkan proses dasar yang membuat fenomena yang ada saat ini; dan dalam hal ini, corak konten media.

Dalam penelitian ini pula, kami perlu menekankan bahwa konteks merupakan hal yang penting dalam penelitian kualitatif: hal tersebut yang menjadikan objek penelitian unik dan dinamis. Selain itu, hal ini akan membuat suatu argumen atau penjelasan lebih kuat serta memberikan pemaknaan pada suatu temuan. Hal ini juga membuat penelitian kualitatif susah untuk ditiru. Karenanya, mengulas penelitian tentang industri media dari perspektif kualitatif memerlukan kontekstualisasi yang menyeluruh dan mendetil, yang menjadikan alasan mengapa hal ini juga lebih susah untuk dikuantifikasi. Sebagaimana panduan pendekatan kualitatif, kami tidak mengharapkan adanya suatu kebenaran tunggal (single truth) yang menunggu untuk diungkapkan. Sebaliknya, kebenaran – dalam hal ini konten media – adalah suatu hal yang dapat diterjemahkan berdasarkan pemahaman, pemaknaan dan konteks yang diterapkan kepadanya (Cassell dan Symon, 2004). Pendekatan kami, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, tidak bermaksud untuk menjadi berlebihan, tetapi untuk menjamin bahwa penelitian ini menyeluruh, dengan kesadaran bahwa epistemologi yang berbeda akan menghasilkan pemaknaan ‘kebenaran’ yang berbeda pula, meskipun berasal dari satu realita yang sama (Cassell dan Symon, 2004).

Pada gilirannya, kami akan menjabarkan implementasi dari pendekatan ini dengan menjelaskan pilihan metode, strategi pengumpulan data, dan instrumen.

Metode

Pendekatan kualitatif menyediakan beragam metode pengumpulan data, mulai dari interview, focus group, workshop, etnografi, pengamatan/observasi, studi dokumen/teks, dan lain sebagainya (Cassell dan Symon, 2004, Creswell, 2003). Untuk tujuan penelitian ini, kami mengumpulkan data sekunder dari studi pustaka, dan data primer melalui wawancara mendalam yang telah dibentuk. Pengumpulan data sekunder yang kami lakukan melalui studi meja bertujuan utnuk menangkap proses yang melandasi proses produksi dalam media; karenanya, hal tersebut akan membantu menjawab pertanyaan penelitian yang pertama mengenai aliran kekuasaan dalam industri media di Indonesia. Hal ini termasuk juga proses produksi konten, cara kerja ruang redaksi, cara kerja wartawan, dan pemetaan tindakan yang dapat dilakukan oleh warga negara dan organisasi masyarakat sipil dalam menghadapi tatanan industri media saat ini. Kami juga mengambil sumber dari data statistik dan kuantitatif, dan menggunakannya untuk memperkaya pendekatan kualitatif ini sebisa mungkin.

Kami mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti: bagaimana hak warga negara kepada media dirancang? Faktor apa yang mempengaruhi situasi ini? Bagaimana mereka mengaitkan pencapaian hak warga negara dengan media? Dan apakah implikasi dari semua ini?

Di samping analisis konten, data primer kami berasal dari wawancara kualitatif. Data ini kami kumpulkan untuk menjawab pertanyaan penelitian kedua dan ketiga mengenai faktor yang berkontribusi dalam membentuk struktur industri media saat ini, sampai mengenai perkembangan industri media terkait dengan tercapainya pemenuhan hak warga negara terhadap media. Kami menjalankan wawancara ahli dengan praktisi media, ahli media dan aktor masyarakat sipil untuk mendalami dan mendapatkan pemahaman – serta cerita dari orang dalam – tentang cara-cara industri media di Indonesia berkembang. Kami berpendapat bahwa isu sentral di sini bukanlah gagasan mengenai keterwakilan, tetapi apakah subjek memiliki informasi atau pengalaman yang signifikan dalam perannya masing-masing (baik itu sebagai praktisi media, pemilik, maupun wartawan), atau ahli-ahli yang relevan; suatu pendekatan yang biasa pada penelitian kualitatif.

Kami menyusun strategi dan mempersiapkan instrumen pengumpulan data sebagaimana penjelasan berikut.

Strategi dan Instrumen Pengumpulan Data

Kami mengadakan beberapa wawancara dengan aktor-aktor yang terlibat dalam bisnis media (praktisi media, pemilik, dan eksekutif bisnis media). Fokus kami dalam wawancara adalah untuk menemukan jawaban dari pertanyaan berikut: i) bagaimana konten diproduksi dalam media; ii) bagaimana industri media menghadapi intervensi dari faktor eksternal dan internal; iii) sejauh apa media membentuk

pemberitaan publik – termasuk penyensoran; dan yang terakhir, iv) bagaimana media mempertahankan misi jurnalistik dari perusahaannya.

Tentunya kami akan mengikuti praktik penelitian kualitatif pada umumnya, yang sangat menyeluruh untuk memproses informasi yang dihasilkan dari fase pengumpulan data ini (Denzin dan Lincoln, 1994, Cassell dan Symon, 2004, Creswell, 2003). Berkaitan dengan hal ini, kami menyatakan bahwa semua hasil wawancara direkam, dengan sepengetahuan responden kami, dan disimpan dalam bentuk transkrip wawancara sebagai praktik standar pengumpulan data kualitatif (silakan lihat lampiran 1 tentang tata cara wawancara).

3.2. Keterbatasan

Meskipun kami telah berusaha untuk memastikan validitas metodologi penelitian ini, kami mengakui adanya beberapa keterbatasan. Pertama, beberapa data sekunder yang dikumpulkan dari sumber resmi tidak se-baru yang kami inginkan. Seperti contoh data dari BPS yang terakhir kali diperbaharui tahun 2010. Merekam data penelitian mungkin bukanlah suatu hal yang lazim di Indonesia, namun demikian, harus diakui bahwa kurangnya informasi yang terbaru adalah salah satu hambatan dalam penelitian kami. Sebagai respon dari keterbatasan ini, kami memaksimalkan segala data resmi yang tersedia, dan jika memungkinkan, diperbaharui dengan sumber valid lainnya yang tersedia.

Kedua, keterbatasan data ini berdampak pada masalah keterwakilan atau integrasi. Meskipun ketika data yang dibutuhkan tersedia – termasuk ketika harus dibeli – tetap saja terbatas dalam banyak hal. Yang paling krusial adalah data yang tersebar di mana-mana. BPS tidak menyimpan data yang terintegrasi tentang teknologi infomasi dan telekomunikasi; alih-alih, hal informasi ini tersebar di berbagai survey, seperti Survey Potensi Desa dan Survey Sosial Ekonomi Nasional/ SUSENAS. Lagi-lagi, solusi kami dalam hal ini adalah menggunakan seluruh data yang tersedia dan merangkainya sendiri untuk kemudian digunakan dalam analisis kami.

Ketiga, karena kami berusaha untuk mengikutsertakan semua jenis media dalam industri, hasilnya sendiri sudah cukup menyeluruh. Penelitian ini memasukkan media siar, cetak, dan media komunitas. Untuk itu, dalam analisis konten, kami berfokus pada pertumbuhan televisi yang sangat mengejutkan dan efeknya kepada warga negara. Karenanya, kedalaman analisis kami pada media televisi ini akan lebih besar dibandingkan tipe media lainnya. Meskipun ada variasi-variasi yang tidak dapat dihindarkan, kami telah melakukan segenap daya upaya untuk memberikan sudut pandang bagi masing-masing sektor dalam usaha kami memahami cara kerja industri media di Indonesia.

Dalam dokumen Produksi Konten Penentuan Hidup Bersama (Halaman 38-40)