• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.8 Pendekatan Sistem

Pendekatan sistem didefinisikan sebagai suatu metodologi penyelesaian masalah yang dimulai dengan secara tentatif mendefinisikan atau merumuskan tujuan, dan hasilnya adalah suatu sistem operasi yang secara efektif dapat dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan. Permasalahan tersebut dapat dalam bentuk perbedaan kepentingan atau keterbatasan sumberdaya (Eriyatno 1998). Selanjutnya Eriyatno (2002) menjelaskan bahwa pendekatan sistem memberikan penyelesaian masalah dengan metode dan alat yang mampu mengidentifikasi, menganalisis, mensimulasi, dan mendesain sistem dengan komponen-komponen yang saling terkait, yang diformulasikan secara lintas disiplin dan komplementer untuk mencapai tujuan yang sama.

Menurut Manetch and Park (1997) suatu pendekatan sistem akan dapat berjalan dengan baik jika terpenuhi kondisi-kondisi berikut ini:

1) Tujuan sistem didefinisikan dengan baik dan dapat dikenali jika tidak dapat dikuantifikasi.

2) Prosedur pembuatan keputusan dalam sistem riil adalah tersentralisasi atau cukup jelas batasannya.

Aminullah (2003) menjelaskan bahwa ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan dalam pendekatan sistem untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks yaitu:

1) Analisis kebutuhan, yang bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan dari semua stakeholders dalam sistem.

2) Formulasi permasalahan, yang merupakan kombinasi dari semua permasalahan yang ada dalam sistem.

3) Identifikasi sistem, bertujuan untuk menentukan variabel-variabel sistem dalam rangka memenuhi kebutuhan semua stakeholders dalam sistem.

4) Pemodelan abstrak, pada tahap ini mencakup suatu proses interaktif antara analisis sistem dengan pembuatan keputusan yang menggunakan model untuk mengeksplorasi dampak dari berbagai alternatif dan variabel keputusan terhadap berbagai kriteria sistem.

5) Implementasi, tujuan utamanya adalah untuk memberikan wujud fisik dari sistem yang diinginkan.

6) Operasi, pada tahap ini akan dilakukan validasi sistem dan seringkali pada tahap ini terjadi modifikasi-modifikasi tambahan karena cepatnya perubahan lingkungan dimana sistem tersebut berfungsi.

2.8.1 Sistem dan Jenis Sistem

Menurut Hartrisari (2007) Sistem adalah gugusan atau kumpulan dari komponen yang saling terkait dan terorganisasi dalam rangka mencapai suatu tujuan atau gugusan tujuan tertentu. Suatu sistem dapat terdiri dari beberapa subsistem. Selain itu menurut Manetch and Park (1997) Sistem adalah suatu gugus atau kumpulan dari elemen yang berinteraksi dan terorganisir untuk mencapai tujuan, sedangkan O’brien (1999) mendefinisikan Sistem sebagai suatu bentuk atau struktur yang memiliki lebih dari dua komponen yang saling berinteraksi secara fungsional. Dengan demikian, berarti setiap sistem harus memiliki komponen atau elemen yang saling berinteraksi (terkait) dan terorganisir dengan suatu tujuan atau fungsi tertentu.

Berdasarkan ilmu manajemen, secara sederhana sistem digambarkan sebagai satu kesatuan antara input, proses dan output. Sistem akan membentuk suatu siklus yang berjalan secara terus menerus dan dikendalikan oleh suatu fungsi

kontrol atau umpan balik. Prinsip sistem dapat digunakan sebagai dasar untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks yang sering kita hadapi atau menyusun (merangkai) berbagi elemen sehingga menghasilkan sesuatu yang lebih bermanfaat. Untuk menyelesaikan permasalahan melalui pendekatan sistem kita harus dapat mengidentifikasi semua komponen yang terdapat dalam sistem dan menentukan hubungan dari masing-masing komponen tersebut (Midgley 2000).

Menurut Hartrisari (2007) Sistem dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu Sistem Terbuka (open system) dan Sistem Tertutup (closed system). Sistem Terbuka merupakan sistem yang outputnya merupakan tanggapan dari input, namun output yang dihasilkan tidak memberikan umpan-balik terhadap input. Sebaliknya pada Sistem Tertutup, output memberikan umpan-balik terhadap input. Sistem terbuka tidak menyediakan sarana koreksi dalam sistem, sehingga perlakuan koreksi membutuhkan faktor dari luar (eksternal). Pada sistem tertutup, sarana koreksi berada dalam sistem, sehingga perlakuan koreksi dapat dilakukan secara internal. Sistem tertutup disebut juga sistem umpan-balik (feedback system).

2.8.2 Model

Model merupakan penyederhanaan sistem, karena sistem sangat kompleks tidak mungkin membuat model yang dapat menggambarkan seluruh proses yang terjadi dalam sistem. Model disusun dan digunakan untuk memudahkan dalam pengkajian sistem karena sulit dan hampir tidak mungkin untuk bekerja pada keadaan sebenarnya. Oleh karena itu, model hanya memperhitungkan beberapa faktor dalam sistem dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Hartrisari 2007).

Menurut Manetch and Park (1997) model adalah suatu penggambaran abstrak dari sistem dunia nyata untuk aspek-aspek tertentu. Model dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu model kuantitatif, kualitatif dan ekonik (Aminullah 2003). Model yang baik akan memberikan gambaran perilaku dunia nyata sesuai dengan permasalahan dan akan meminimalkan perilaku yang tidak signifikan dari sistem yang dimodelkan.

Salah satu cara untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks dengan pendekatan sistem adalah menggunakan konsep model simulasi sistem dinamis.

Dengan menggunakan simulasi, maka model akan mengkomputasikan jalur waktu dari variabel model untuk tujuan tertentu dari input sistem dan parameter model. Karena itu model simulasi akan dapat memberikan model penyelesaian dunia riil yang kompleks. Eriyatno (2003) menjelaskan bahwa model juga dapat digunakan untuk keperluan optimasi, dimana suatu kriteria model dioptimalkan terhadap input atau struktur sistem alternatif. Karena itu, model dapat dibangun dengan basis data (data base) atau basis pengetahuan (knowledge base).

Menurut Muhammadi dkk (2001) langkah pertama dalam menyusun model sistem dinamis adalah dengan menentukan struktur model. Struktur model akan memberikan bentuk kepada sistem dan sekaligus memberi ciri yang mempengaruhi perilaku sistem. Perilaku tersebut dibentuk oleh kombinasi perilaku simpal umpan balik (causal loops) yang menyusun struktur model. Semua perilaku model, bagaimanapun rumitnya dapat disederhanakan menjadi struktur dasar yaitu mekanisme dari masukan, proses, keluaran dan umpan balik. mekanisme tersebut akan bekerja menurut perubahan waktu atau bersifat dinamis yang dapat diamati perilakunya dalam unjuk kerja (level) dari suatu model sistem dinamis. Untuk memahami struktur dan perilaku sistem yang akan membantu dalam pembentukan model dinamika kuantitatif formal dipergunakan diagram sebab akibat (causal loop) dan diagram alir (flow chart). Diagram sebab akibat dibuat dengan cara menentukan variabel penyebab yang signifikan dalam sistem dan menghubungkannya dengan menggunakan garis panah ke variabel akibat dan garis panah tersebut dapat berlaku dua arah jika kedua variabel saling mempengaruhi.

Pada sistem dinamis, diagram sebab akibat ini akan dipergunakan sebagai dasar untuk membuat diagram alir yang akan disimulasikan dengan menggunakan program model sistem dinamis misalnya Program Stella. Program Stella akan dapat memberikan gambaran tentang perilaku sistem dan dengan simulasi dapat ditentukan alternatif terbaik dari sistem yang kita bangun, setelah itu dilakukan analisis untuk mendapatkan kesimpulan, dan kebijakan apa yang harus dilakukan untuk mengantisipasi/mengubah perilaku sistem yang terjadi.

Menurut Muhammadi dkk (2001) perilaku model sistem dinamis ditentukan oleh keunikan dari struktur model, yang dapat dipahami dari hasil

simulasi model. Dengan simulasi akan didapatkan perilaku dari suatu gejala atau proses yang terjadi dalam sistem, sehingga dapat dilakukan analisis dan peramalan perilaku gejala atau proses tersebut di masa depan. Tahapan-tahapan untuk melakukan simulasi model adalah sebagai berikut:

1) Penyusunan konsep

Pada tahap ini dilakukan identifikasi variabel-variabel yang berperan dalam menimbulkan gejala atau proses. Varibel-variabel tersebut saling berinteraksi, saling berhubungan, dan saling ketergantungan. Kondisi ini dijadikan sebagai dasar untuk menyusun gagasan atau konsep mengenai gejala atau proses yang akan disimulasikan.

2) Pembuatan model

Gagasan atau konsep yang dihasilkan pada tahap pertama, selanjutnya dirumuskan sebagai model yang berbentuk uraian, gambar atau rumus.

3) Simulasi

Simulasi dilakukan dengan menggunakan model yang telah dibuat. Pada model kuantitatif, simulasi dilakukan dengan menelusuri dan melakukan analisis hubungan sebab akibat antar variabel dengan memasukkan data atau informasi yang dikumpulkan untuk memahami perilaku gejala atau proses model.

4) Validasi hasil simulasi

Validasi bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara hasil simulasi dengan gejala atau proses yang ditirukan. Model dapat dinyatakan baik jika kesalahan atau simpangan hasil simulasi terhadap gejala atau proses yang terjadi di dunia nyata relatif kecil. Hasil simulasi yang sudah divalidasi tersebut digunakan untuk memahami perilaku gejala atau proses serta kecenderungan di masa depan, yang dapat dijadikan sebagai dasar bagi pengambilan keputusan untuk merumuskan suatu kebijakan di masa mendatang.