• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendewasaan Dini ( Precocious )

Dalam dokumen Pantang Larang dalam Pendidikan Karakter (Halaman 144-149)

Absorpsi diri dan stagnas

2. Pendewasaan Dini ( Precocious )

Menjadi dewasa adalah suatu keniscayaan dalam perjalanan hidup manusia dewasa melambangkan sebuah sikap matangnya seoarang individu yang dianggap sudah bukan

lagi anak-anak. Secara prinsip, dewasa terdiri dari dua macam bentuk yaitu dewasa isik dan dewasa mental. Dewasa isik berarti sebuah bentuk kedewasaan individu secara jasmaniah atau biologis yang tampak secara kasat mata melalui perubahan isiknya dan dicirikan dengan

telah siapnya organ reproduksinya untuk menuju fase pernikahan. Sedangkan dewasa dari segi mental dapat diartikan sebagai bentuk kematangan emosional pada individu yang telah menyadari eksistensinya sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang tampak dari pola pikirnya, pola bicaranya dan pola tindakanya. Artinya ia sudah mampu beraktivitas serta mengatur dan

mengelola dirinya menuju tujuan ilosois kehidupan.

Selanjutnya Agus DS (2009: 107), menyebutkan bahwa manusia dewasa juga berarati berkembang secara emosional, sosial, dan moral. Kedewasaaan mengandung separangkat tanggungjawab atas pribadinya dan sosial secara menyeluruh terhadap lingkungan dan masyarakatnya. Karena, pada hakikatnya, kematangan seseorang bisa diukur dari sejauh mana ia dapat bertanggung jawab untuk dirinya sendiri dan orang lain(Agus, 2009:107). Selain itu, Hawighur dalam Agus DS (2009: 107) menyebutkan bahwa kemandirian emiliki empat aspek;

a. Aspek intelektual (kemauan untuk berpikir dan menyelesaikan masalah sendiri); b. Aspek sosial (kemauan untuk membinarelasi secara aktif);

c. Aspek emosi (kemauan untuk mengelola emosinya sendiri);

d. Aspek ekonomi (kemauan untuk mengatur ekonominya sendiri) (Agus, 2009:107).;

Adapun yang dimaksud pedewasaan dini dalam tulisan ini adalah meminjam stilah

precocious yaitu suatu keadaan dimana indvidu terlalu cepat menjadi dewasa, atau dewasa sebelum waktunya. Kraeplin, 1883 (dalam Yustnus Semiun, 2006: 20-21) menyatakan bahwa kata praecox = dapat diartikan sebagai keadaan terlalu cepat matang atau dewasa(Semiun, 2006:20-21). Pendewasaan dini ini beragam bentuk dan caranya diantaranya adalah dengan meningkatkan peran anak untuk merawat dirinya sendiri (self-care). Meskipun demikin cara ini dipandang tidak efektif jika dilakukan tanpa melalui proses (tahapan). Sebagaimana dijelaskan Ahmad Baedowo, dkk (2015: 296) bahwa pandangan yang mengatakan bahwa self-care dapat menghantarkan pendwewasaan anak tidak sepenuhnya bisa diterima. Anak-anak yang ditinggal di rumah tanpa pengawasan orang dewasa merasa sendiri, takut, dan khawatir. Mereka juga mengalami berbagai resiko seperti kecelakaan, terlalu banyak menonoton, nutrisi rendah atau bahkan menjadi korban tindak kejahatan (Baedowi dkk, 2015:196).

Selanjutnya ada juga perbedaan antara pendewasaan anak sejak dini dengan kondisi anak berbakat. Jika anak berbakat memang memiliki potensi untuk maju lebih cepat, maka pendewasaan sejak dini adalah upaya meningkatkan kemajuan dan kemampuan anak dengan tanpa memperhatikan potensi dan kondisin yang dimiliki anak. Ellen Winner, 1999 (dalam Reni Akbar Hawadi, 2004: 82) menyebutkan anak yang benar-benar berbakat berbeda dengan anak yang sekedar pandai, yaitu dalam tiga hal:

a. Anak berbakat terlalu capat dewasa (precocious). Mereka menguasai pelajaran lebih dahulu dan lebih cepat dari pada teman-temannya.

b. Anak berbakat terlalu akan maju dengan iraanya sendiri. Mereka melakukan pene- muan-penemuan sendiri dan sering kali dapat mencari penyelesaian suatu permasalahan sejcara naluriah tanpa melalui sederetan langkah-langkah pemikiran yang linear.

c. Anak berbakat didorong oleh suatu keinginan yang sangat kuat dalam bidang atau domain

dimana mereka mempunyai kemampuan yang tinggi – seperti matematika maupun seni dan mereka dengan mudah akan memfokuskan diri secara intens dalam domain tersebut sehingga kehilangan kesadaran terhadap dunia luar (Hawadi, 2014:82).

Book Two ~ Internasional Prooceeding Seminar “Konsepsi dan Implementasi Pendidikan Islam Anak Usia Dini” 133

DAMPAK DAN UPAYA MENGATASI PENDEWASAAN DINI

Mendewasakan anak terlalu dini dengan menjejali mereka dengan banyak pengetahuan akan berdampak pada perkembangan intelektual dan emosional anak. Anak yang seharusnya merasakan kehidupan bahagia dalam dunia permainannya dihdapkan dengan berbagai tuntutan yang sebenarnya tidak sesuai dengan perkembangan usianya. Sebagaimana artis dadakan yang dibuat populer dalam waktu singkat, namun seiring waktu menjadi tergeser karena kemampuan yang dimiliki hanya dalam bentuk kemampuan yang bersifat “karbitan” atau belum matang.

Dampak selanjutnya adalah munculnya perasaan BLAST (bored, lonely, afraid, stress, and tired) yang terjadi pada anak. Seperti yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Bored (bosan), anak yang sudah dewasa sejak dini biasanya pada tahun-tahun sebelumnya telah dijejali dengan berbagai ilmu pengetahuan. Mereka menjadi mudah bosan dengan apa yang mereka pelajari di sekolah atau di lingkungan sosialnya. Bahkan ada diantaranya menganggap apa yang dipelajari tidak banyak memberikan manfaat. Tidak mengherankan jika materi yang disampaikan padanya dianggap bukanlah hal penting atau sesuatu yang dianggap menarik baginya. Sylvia Rimm (1997), menyebutkan bahwa anak yang secara intelektual berbakat, telah mempelajari 30 % dan 40 % bahan kecakapan dasar sebelum masuk sekolah dasar(Rimm, 1997:152-153). Disisi lain anak memang dilahirkan dengan memiliki berbagai potensi berupa bakat, talenta, potensi dan kemampuan bawaan. Meski- pun demikian disisi lain anak harus mengikuti sistem pendidikan yang ada. Sehingga pem- bangkangan terhadap apa yang akan mereka pelajari di sekolah hanya akan menjadikann- ya keluar dari sistem yang ada.

Khalifah Ali bin Abi Thalib mementingkan prinsip penyesuain diri atau relevansi dalam pendidikan Islam agar berlaku sesuai dengan masanya. Hal ini sebagaimana sebuah riwayat yang bersumber darinya, yang menyatakan bahwa, “Didiklah anak-anakmu, sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamanya, bukan zamanmu.”(Haiduddin, 2006:41). Berdasarkan riwayat

tersebut, relevansi pendidikan Islam mutlak diperlukan agar nilai-nilai pendidikan Islam dapat selalu sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini adalah cara yang efektif untuk mempersiapkan generasi Islam selanjutnya untuk menghadapi pekerjaan dan peranannya yang tidak dapat diramalkan secara pasti di masa mendatang.

2. Lonely (penyendiri). Pada dasarnya anak memiliki kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berinteraksi dengan teman seusianya. Namun pada anak yang sudah ditekankan un- tuk dapat dewasa lebih dini biasanya tidak memiliki lingkungan sosial tersebut dengan dicirikan usia teman sepermainan yang jauh lebih tua. Sebenarnya ada upaya yang datang pada anak sebagai naluri untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, namun sekali lagi karena perbedaan usai dan tugas perkembanganya mereka akan tetap sulit untuk benar-benar berteman dengan lingkungannya. Dalam kasus ini anak pada akhirnya akan keluar dari kelompoknya dan memilih untuk menjadi penyendiri (Astuti, 2008:55). Hal tersebut dapat ditandai dengan cirri-ciri sebagai berikut:

a. Pendiam, biasanya perilaku ini diikuti dengan sikap tidak mudah percaya pada orang lain. Bagi anak yang memiliki kemampuan lebih atau superior, mereka memiliki kecendrungan untuk menekan orang lain agar dapat beradaptasi dengan karakternya. Upaya tersebut pada akhirnya justru semakin menjadi jurang pemisah antara anak dengan lingkungan sosialnya dan menyebabkan mereka mengalami kesulitan dalam mencari teman yang mau mengerti tentang dirinya.

b. Berperilaku aneh atau tidak biasa. Tindakan ini muncul sebagai reaksi penolakan dalam diri anak terhadap sesuatu yang tidak disukainya, misalnya seperti mencoret- coret dinding, membakar atau merusak barang, atau marah/berteriak tanpa sebab yang dipicu oleh karena hal-hal sepele.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan orang tua dalam menghadapi sikap penyendiri ini adalah :

a. Tetap berkomunikasi. Komunikasi merupakan faktor penting yang dapat menjembatani pemikirian seseorang dengan orang lainnya. Tanpa komunikasi orang tidak dapat saling mengerti dan memahami. Dengan tetap berkomunikasi dengan anak, maka orang

b. Kurangi hal-hal yang memicu konlik atau masalah dalam rumah tangga bersama

pasangan (suami/isteri). c. Pecahkan masalah bersama

3. Afraid, pada anak yang didewasakan sejak dini mereka akan mengalami ketakutan akan tiba saatnya mereka disaingi atau dikalahkan oleh orang lain. Mereka yang sudah terbiasa dilatih untuk menjadi yang terbaik dengan berbagai macam les (pelatihan) biasanya akan sulit menerima kekalahan. Bagi mereka kekalahan adalah sebuah aib yang memalukan dan akan menjadi bekas yang tak mudah dihilangkan. Penekanan kepada orang tua agar memberikan anak penegrtian bahwa kemenangan bukanlah di atas segala-galanya adalah menjadi sangat penting. Jika hal ini tidak dilakukan maka mereka kelak akan takut untuk keluar dan bergabung dengan lingkungan sosialnya karena menggap dirinya tidak lebih baik dari orang lain (minder).

4. Stress, stress merupakan satu bentuk ketegangan jiwa pada anak. Hal ini muncul sebagai akibat dari ketidakmapuan anak menyelaraskan diri dengan stressor atau penyebab stress. Tekanan-tekanan ini secara umum berasal dari dari sumber yang berbeda, yaitu dari diri anak (internal pressure) dan dari luar anak (external pressure). Penyebab stres dalam diri anak biasanya berasal dari faktor genetik, misalnya dari keturunan yang memiliki riwayat gangguan jiwa seperti stress. Sedangkan dari luar bisa banyak macamnya, hal ini dapat berupa perlakukan kasar/memaksa orang tua, tidak adanya perhatian/kasih sayang, atau

bullying dari teman sekelasnya. Bagi anak yang berasal dari keluarga dengan ekspektasi yang tinggi, tuntutan agar anak berprestasi juga akan semakin tinggi. Kelak, ketika anak memasuki usia sekolah eksternal pressure ini akan semakin bertambah. Baik secara sosial maupun akademik yang mempengaruhi perkembangan jiwa anak.

Tim Pustaka Familia (2006:31-32) mengenai beberapa gejala stress pada anak usia dini, sebagai berikut : (Tim Pustaka Familia, 2006:31-32).

a. Adanya perubahan perilaku dalam jangka waktu pendek b. Pola makan dan tidur berubah serta kembali suka mengompol c. Sering mengeluh sakit kepala dan pusing

d. Suka melamun dan menyendiri

e. Suka mengisap jempil, menarik-narik rambut , atau menggosok-gosokan hidung f. Mulai belajar berbohong

g. Regresi, seringkali menjadi lebih tergantung pada orang tua h. Gelisah, tidak bisa duduk tenang

i. Pemarah, mudah jengkel pada orang lain j. Malas bergaul dan pergi sekolah

k. Lebih sensitive terhadap suara tertentu

Jika anak mengalami stress maka orang tua hendaknya mengambil langkah-langkah berikut sebagai upaya penaggulangan dan pencegahannya:

a. Memberikan waktu dan perhatian. Hal ini dapat dilakukan orang tua dengan meluangkan waktu bersama anak di rumah atau tempat rekreasi. Selain itu, tidak hanya dalam bentuk kasih sayang orang tua juga hendaknya dapat memberikan makanan yang sehat dan bergizi agar dapat meregrenasi secara biologi bagian tubuh yang rusak atau sakit. Tidak mengherankan jika dalam hal pertumbuhan anak asupan

Book Two ~ Internasional Prooceeding Seminar “Konsepsi dan Implementasi Pendidikan Islam Anak Usia Dini” 135 gizi yang seimbang sangatlah penting. Termasuk dilakukan sejak dini sebagaimana diperintahkan oleh Allah SWT (QS. Al-Baqarah (2): 233) yang artinya:

Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya, dan waris pun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

b. Mengindentiikasi penyebab dan mencari solusinya. Masalah pada anak tidak

semuanya merupakan hal sepela dan diabaikan. Beberapa masalah tertentu justru akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak di masa yang akan datang. Untuk itu orang tua hendaknya dapat mengantisipasi berbagai persoalan yang diperkirakan menjadi penyebab stress termasuk untuk membawanya pada psikolog maupun psikiater apabila dibutuhkan untuk memperoleh solusi secara klinis. Dalam kadar yang wajar, stress dapat membantu anak untuk mengenali emosinya, serta dapat membuat anak siap dan mampu menghadapi stress dalam perjalanan hidupnya. Namu jika berlebihan dan tanpa penangganan hal ini juga akan mempengaruhi jiwanya.

5. Tired (lelah) anak yang sudah didewasakan sejak dini akan merasa lelah dengan berbagai

aktivitas yang mereka peroleh. Mereka menjadi lelah secara isik dan isikis. Adakalanya

mereka akan mudah terserang penyakit, tidak semangat dalam beraktivitas dan cenderung menjadi murung. Dalam hal ini istirahat dan tidur yang cukup menjadi salah satu solusi agar anak dapat mengembalikan staminanya.

Dari berbagai penjelasan di atas, membuat anak memiliki karir yang cemerlang tidaklah harus dengan memaksakan anak sedini mungkin menguasai berbagai kompetensi. Hal ini tidak hanya dalam bentuk memasukan anak sekolah lebih dini, apalagi dengan menjadikannya sebagang ladang kemersialisasi dunia kerja. Anak adalah buah hati orang tua, jika hanya mengikuti kehendak orang tua tanpa memperhatikan potensi yang ada pada dirinya maka akan berdampak tidak baik pada kehidupannya dimasa-masa yang akan datang.

PENUTUP

Usia dini (lahir-6 tahun) merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan bagi seorang individu untuk masa depannya atau disebut juga sebaga masa keemasaan (golden age). Namun masa ini sekaligus merupakan masa yang sangat kritis dalam menentukan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak di masa-masa selanjutnya. Karena kerap kali rasa keingin tahuan anak pada usia dini menjadi target bagi orag tua dan guru untuk menekankan pada anak menguasai berbagai kompetensi yang terkadang mengenyampingkan tugas perkembangannya.

Dari berbagai penjelasan di atas, ada beberapa pihak yang sepertinya perlu menjadi pengerak terhadap hadirnya fenomena pendewasaan dini. Pertama, adalahorang tua hal ini karena orang tua sebagai bagian dari instusi keluarga yang paling awal dalam memberikan pembinaan dan pendidikan pada anak. Orang tua dalam seyogyanya tidak hanya diam berpangku tangan, namun juga aktif dalam mencari informasi dan menambah wawasan keilmuan seputar tugas perkembangan anak. Sehingga mereka dapat lebih berhati-hati dalam mengambil kepeutusan terutama dengan mempertimbangkan dampak yang diakibatkan dari bahaya pendewasaan

dini. Kedua, masyarakat. Masyarakat juga merupakan faktor penting dimana berlangsungnya perkembangan aktivitas sosail anak, sehingga masyarakat juga memiliki pengaruh dalam membentuk baik dan buruknya anak. Mereka tidak boleh hanya berpangku tangan, cuek dan tidak perduli pada anak-anak hanya karena bukan dari bagian keluarganya. Butuh kesadaran untuk mengawasi dan mengayomi agar seluruh anak yang ada dapat menjadi generasi penerus yang terbaik. Ketiga, pemerintah. Dimana pemerintah hendaknya dapat melakukan upaya sosialisasi serta menyusun regulasi yang lebih baik tentang hak dan tugas anak agar mereka tidak kehilangan masa-masa bahagia yang berkualitas diusianya.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes Dariyo. 2004. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana.

Agus DS. 2009. Tips Jitu Mendongeng. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Ahmad Baedowi, dkk. 2015. Manajemen Sekolah Efektif: Pengalaan Sekolah Sukma Bangsa. Jakar- ta: PT. Pustaka Alvabet.

Asul Wiyanto dan Mustakim. 2012. Panduan Karya Tulis Guru. Yogyakarta: Galang Press

Didin Haidhuddin. 2006. Agar Layar Tetap Terkembang: Upaya Menyelamtkan Umat. Jakarta: Gema Insani Press.

Euis Sunarti dan Rulli Urwani. 2005. Ajarkan Anak keterampilan Hidup Sejak dini. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Kurniasih. 2010. Mendidik SQ Anak Menurut Nabi Muhammad SAW. Yogyakarta: Galang Press. Jerry Lynch. 2016. Let Them Play: The Power and Joy Mindful Sports Parenting. Canada: Green

Press.

Ponny Retno Astuti. 2008. Meredam Bullying: 3 Cara Efetif Mengatasi K. P. A. (Kekerasan Pada Anak). Jakarta: Grasindo.

Reni Akbar Hawadi. 2004. Akselerasi A-Z Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelek- tual. Jakarta: Grasindo.

Retno. S. Satmoko. 1996. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelem- bagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka.

Suryanah. 1996. Keperawatan Anak Untuk Siswa SPK. Jakarta Penrebit Buku Kedokteran EGC Sylvia Rimm. 1997. Mengapa Anak Pintar Memperoleh Nilai Buruk. Jakarta: Grasindo.

Tim Pustaka Familia. 2006. Menepis Hambatan Tumbuh Kembang Anank. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Book Two ~ Internasional Prooceeding Seminar “Konsepsi dan Implementasi Pendidikan Islam Anak Usia Dini” 137

KESADARAN DEMOKRASI

Dalam dokumen Pantang Larang dalam Pendidikan Karakter (Halaman 144-149)