• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERMAINAN TRADISIONAL DAN KEMAMPUAN MOTORIK AUD

Dalam dokumen Pantang Larang dalam Pendidikan Karakter (Halaman 123-127)

1. Hakekat Permainan Tradisional

a. Pengertian Permainan Tradisional

Istilah permainan berasal dari kata dasar “main”. Kata main diartikan sebagai melakukan permainan untuk menyenangkan hati atau melakukan perbuatan untuk bersenang-senang baik menggunakan alat-alat tertentu atau tidak menggunakan alat. Sehingga, kata main merupakan kata kata kerja, sedangkan permainan merupakan kata benda jadian untuk memberi sebutan pada sesuatu yang jika dilakukan dengan baik akan membuat senang hati si pelaku. Menurut Desmita (2005), permainan adalah bentuk aktivitas yang menyenangkan dan dilakukan semata- mata untuk aktivitas tersebut dan bukan ingin memperoleh sesuatu dari aktivitas tersebut.

Selanjutnya tradisional berasal dari kata tradisi (tradition). Bungaran Antonius Simanjutak (2016: 145) menyatakan bahwa tradisi adalah sebagian unsr sistem budaya masyarakat yang merupakan warisan berwujud dari nenek moyang dan telah menjalani waktu ratusan tahun dan tetap dituruti oleh mereka yang lahir belakangan. Tradisi juga dapat diartikan sebagai adat

kebiasaan yang turun temurun dan masih dijalankan masyarakat; atau penilaian/anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan cara yang paling baik. Sedangkan adat adalah aturan berupa perbuatan dan sebagainya yang lazim diturut atau dilakukan. Namun adat berarti pula wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas niali-nilai budaya, norma, hukuman dan aturan-aturan yang satu dengan lainnya berkaitan menjadi sistem. Sedang tradisional

mempunyai arti sikap dan cara berikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma

dan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun. Namun tradisional mempunyai arti pula

menurut tradisi (Hamzuri dan Tiarma Rita Siregar, 1999: 1). Dari dua deinisi di atas, permainan

tradisional mempunyai makna sesuatu (permainan) yang dilakukan dengan berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun dan dapat memberikan rasa puas atau senang bagi pelaku.

b. Alat (Instrumen) Permainan

Sebagaimana telah dijelaskan di awal, tujuan orang bermain adalah untuk mencari kesenangan, dan pada dasarnya orang ingin senang. Kesenangan dapat ditemukan dimana-mana dan kapan saja apabila ia mampu memanfaatkan semua hal yang ditemuinya. Rasa senang dapat dialami oleh setiap orang, tua atau muda, kaya atau misikin, orang pandai atau bodoh, orang kota atau orang desa dan berlaku dari dulu, sekarang dan seterusnya sampai waktu tak terhingga. Salah satu sarana untuk membuat orang senang adalah permainan. Permainan itu diciptakan oleh manusia untuk manusia dengan menggunakan waktu, dan lingkungannya.

Diberbagai wilayah dunia yang beriklim gurun sekalipun orang bisa menemukan kesenagannya melalui permainan. Apa lagi jika dikaitkan dengan alam Indonesia yang ramah dibalut dengan gunung, ngarai dan lembah yang indah pemandangannya dan memberikan rasa senang bagi yang dapat menikmatinya.

Tidak semua permainan tradisional membutuhkan bahan atau peralatan. Permainan yang tidak memerlukan bahan atau peralatan lebih banyak daripada permainan yang memerlukan bahan atai peralatan. Bagi permainan yang membutuhkan bahan atau peralatan adalah hasil pemberian alam dan lingkungan. Alam terdiri dari darat dan laut sedang lingkungan adalah

lora dan fauna yang ada diatasnya atau didalamnya. Masyarakat Indonesia masa lalu dan

kini dapat menerima dan memanfaatkan pemberian alam dan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup meliputi lahiriah dan kehidupan rohaniah termasuk permainan yang menyenangkan.

Dari akar, batang pohon, daun-daunan, hingga biji-bijian semuanya dapat dijadikan alat permainan. Di beberapa daerah seperti Yogyakarta, biji kemiri dapat dijadikan permainan jirak. Di Aceh permainan meupet-pet dan peh kaye menggunakan kayu. Di Jawa Barat batang daun pisang dijadikan bebedilan dan lain-lain. Bahkan kreatiitas membuat permainan tradisonal

hingga menjadikan barang bekas seperti sandal, kaleng dan botol menjadi mobi-mobilan.

c. Cara Mengundi dan Memulai Permainan

Kejujuran dan sportiitas merupakan ciri utama pada permainan tradisonal. Setiap permainan

selalu dilakukan dengan melalui beberapa proses tahapan. Tahapan itu meliputi persiapan, awal permainan, pelaksanaan dan akhir permainan. Ada permaianan yang tidak perlu dipimpin oleh seorang wasit. Ada pula permainan yang perlu dipimpin wasit, tetapi dapat berjalan baik meskipun tidak ada wasit. Biasanya wasit ditunjuk oleh kedua belah pihak yang bermain yang

secara umum dipilih dari bentuk isik tentang siapa yang paling besar, atau yang paling tua.

Permainan yang tidak memerlukan wasit, misalnya gotong sisingaan di Jawa Barat; oncling dan baren di Jawa tengah; cahu dan dododio di Jakarta; asak-asakan dan meu een aceue di Aceh;

Book Two ~ Internasional Prooceeding Seminar “Konsepsi dan Implementasi Pendidikan Islam Anak Usia Dini” 113 macepetan dan maengkep-engkepan di Bali; majjehe dan mallogo di Sulawesi Selatan, ampekari

di Irian Jaya dan lain-lain. Permainan perlu wasit, missal permainan kasti di Yogyakarta. Banyak jenis permainan banyak pula cara untuk menentukan pihak yang harus mulai permainan. Untuk menentukan pihak yang harus mulai permainan dilakukan secara undian. Ada permainan yang tidak memerlukan undian tetapi, langsung dapat dilakukan bersama. Ada permainan yang dilakukan dengan dimulai oleh satu pihak berdasar hasil persetujuan bersama. Namun ada permainan yang dimulai dengan mengundi untuk menentukan pihak-pihak permainan pertama. Cara mengundi telah ada sejak dahulu. Ada cara mengundi yang masih digunakan sampai sekarang. Peralatan mengundipun sangat sederhana. Namun dari yang sedrahana itu dapat menjamin kelancaran pelaksanaan permainan yang sebenarnya. Bahan pengundipun banyak di dapat dari alam sekitar.

Undian itu biasa dilakukan oleh kedua ketua kelompok atau regu bagi permainan yang tidak memerlukan wasit dan dapat dilakukan oleh wasit bagi permainan yang dipimpin wasit namaun permainan yang bersifat perorangan atau individu, meskipun permainan terdir dari banyak pemain, maka basanya undian dilakukan oleh padara pemain masing-masng. Jenis undian pun ada yang mem[punyai nama atau istilahm, namun ada undian yang tanpa nama. Bagi undian tanpa nama, mereka langsung melakukan perbuatan yang biasa mereka lakukan sebagai tradisi. Jadi unsur saling pengertian dan maksud “perbuatan” undian tersebut yang sangat penting. Maka “nama” biasanya dipandang kurang penting dalam kehidupan yang telah merupakan kebiasaan.

Cara mengundi yang sangat populer, umum dan sifatnya universal adalah yang disebut dengan

sut atau suten dan ada yang menyebut hom-pim-pah. Cara itu dikenal di seluruh Indonesia, bahkan di duia. Sut atau suten atau hom-pim-pah pada prinsipnya menggunakan tangan atau jari jari tangan. Di Jawa, ibu jari melambangkan Gajah enang dari manusia; jari telunjuk melambangkan manusia menang dari semut; dan kelingking melambangkan semut menang dari gajah. Di Jawa , sut atau suten terdapat perbedaan dari hom-pimp-pah.

Sut atau sutten yaitu kedua pemain melakukan saling pegangan tangan seperti posisi jabat tangan. Dalam waktu yang cepat keduanya saling melepas seperti bantingan tangan dan seketika itu keduanya mengepal dan menunjukkan ibu jari, atau telunjuk atau kelingking dalam posisi seperti di adu. Kalah atau menang ditentukan bahwa gajah menang dai manusia, manusia menang dari semut dan semut menang dari gajah. Kalah menang dalam hom-pim- pah adalah sama dengan pada saat sut atau sutten. Perbedaan antara keduanya terletak pada sebagian teknis pelaksanaan. Pada hom-pim-pah, telapak tangan dikepal atau tidak disembunyikan dibelakang bahu atau dibelakang tengkuk; jadi posisi tangan ditekuk ke atas-belakang. Kemudian kedanya menghitung dengan ucapan hom-pim-pah dan pada akhir hitungan itu keduanya menghitung secara bersamaan menunjukkan ibu jari, telunjuk atauu kelingking seperti posisi diadu dan kalah menang dengan sama sut.

2. Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini

Secara umum motorik merupakan gerakan yang dilakukan oleh seluruh tubuh. Perkembangan motorik pada anak usia dini erat kaitannya dengan perkembangan pusat motorik yang terdapat pada otak. Danis Widyastut dan Retno Widyani (2006: 20) menyatakan bahwa kemampuan motorik adalah kemampuan untuk melakukan gerakan yang diawali oleh koordinasi tubuh mulai dari tahap duduk, merangkak, berdiri hingga berjalan.

Kemampuan motorik berkembang sejalan dengan kematangan saraf dan otot. Selain itu, kemampuan motorik juga dipengaruhi oleh perkembangan kekuatan otot, tulang dan koordinaisi otak untuk menjaga keseimbangan tubuh. Oleh karenanya, setiap gerakan yang dilakukan anak

sebenarnya merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Jadi otaklah sebagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol otak. Jadi otaklah, sebagai bagian dari susunan saraf pusat, yang berfungsi

mengatur dan mengintrol semua aktiitas isik dan mental. Aktivitas anak terjadi di bawah

kontrol otak. Secara berkesinambungan otak terus mengelola informasi yang diterima.

Kemampuan motorik pada anak terdiri dari kemampuan motorik halus dan kemampuan motorik kasar. Perkembangan motorik anak pada usia ini berkembang sangat pesat dibandingkan pada orang dewasa. Tinggi dan berat badan terus bertambah, begitu pula dengan fungsi-fungsi motorik yang berkembang menuju sempurna.

Menurut Umama (2016: 9) motorik kasar adalah kemampuan anak yang digunakan untuk mengontrol otot-otot besar, meliputi kemampuan untuk duduk, berjalan, berlari, menendang, melompat, melempar, dan sebagainya. Hal ini sejalan dengan pandangan Saeful Zaman dan Aundriani Libertina (2012: 19) yang menyatakan bahwa motorik kasar adalah gerakan yang dilakukan dengan melibatkan sebagian besar bagian tubuh. Gerakan ini biasanya memerlukan tenag yang dilakukan oleh otot-otot besar. Misalnya untuk beralan, melompat, melempar, berlari, atau mengayuh sepeda roda tiga. Dengan demikian motorik kasar dapat diartikan sebagai kemampuan mengontrol gerakan tubuh yang mencakup keterampilan mengendalikan otot- otot besar. Perkembangan motorik kasar dapat dilihat dari kemampuan anak untuk merangkak, berjalan, berlari, melompat, memanjat, berguling, atau berenang. Aktivitas motorik kasar akan menjadi sumber kebahagian anak, terutama pada masa prasekolah.

Selanjutnya, A. Aziz Alimut Hidayat (2008: 20-21), motorik kasar pada tiap tahap perkembangan anak adalah sebagai berikut :

Masa Neonatus (0-28 hari)

Perkembangan motorik kasar yang dapat dicapai pada usia ini diawali dengan tanda gerakan seimbang pada tubuh dan mulai mengangkat kepala.

Masa Bayi (28 hari-1 tahun)

- Usia 1-4 Bulan

Perkembangan motorik kasa pada usia ini dimulai dengan kemapuan mengangkat kepala secara tengkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang, mampu duduk dengan kepala tegak, jatuh terduduk di pangkuan ketika disokong pada posisi berdiri, kontrol kepala sempurna, mengangkat kepala sambil berbaring terlentang, berguling dari terlentang ke miring, posisi

lengan dan tungkai kurang leksi, dan berusaha untuk merangkak.

- Usia 4-8 bulan

Perkembangan motorik kasar awal bulan ini dapat dilihat pada perubahan dalam aktivitas, seperti posisi telungkup pada alas dan mulai mengangkat kepala dengan melakukan gerakan menekan kedua tangannya. Pada bual ke-4 sudah mampu memalingkan kepala ke kanan dan ke kiri; duduk dengan kepala tegak; mebalikan badan; bangkit dengan kepala pegak; menumpu beban pada kaki dengan berayun ke depan dan ke belakang; berguling dari terlentang ke tengkurap; serta duduk dengan bantuan dalam waktu yang singkat.

- Usia 8-12 Bulan

Perkembangan motorik kasar dapat diawali dengan duduk tanpa peganggan, berdiri dengan pegangan, bangkit lalu berdiri, berdiri 2 detik dan berdiri sendiri.

Masa Anak (1-2 Tahun)

Dalam perkembangan masa anak terjadi perkembangan motorik kasar secara signiikan. Pada

masa ini anak sudah ampu melangkah dan berjalan dengan tegak. Sekitar 18 bulan anak mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan dipegang. Pada akhir tahun ke-2 sudah

Book Two ~ Internasional Prooceeding Seminar “Konsepsi dan Implementasi Pendidikan Islam Anak Usia Dini” 115

mampu berlari-lari kecil, menendang bola, dan mulai mencoba melompat. Masa pra sekolah

Perkembangan motorik kasar masa pra sekolah ini dapat diawali dengan kemapuan untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki, berjalan dengan tumit ke kari kaki, menjelajah, membuat posisi merangkak, dan berjalan tanpa bantuan.

Dalam dokumen Pantang Larang dalam Pendidikan Karakter (Halaman 123-127)