• Tidak ada hasil yang ditemukan

RAGAM PERMAINAN TRADISIONAL KALIMANTAN BARAT

Dalam dokumen Pantang Larang dalam Pendidikan Karakter (Halaman 127-129)

Kalimantan Barat adalah salah satu pulau terbesar di Indonesia yang dianugerahi Tuhan dengan Sungai Kapuas atau disebut juga sungai Batang Lawai adalah sungai terpanjang di Indonesia yang mencapai panjang 1.143 Km. Sungai ini terletak di Propinsi Kalimantan Barat yang bagian hulunya berada di pegunungan Muller dan muaranya di Selat Karimata.

Nani Menon (2005: 35) menyatakan bahwa bangsa Melayu kaya dengan warisan pelbagai unsur kebudayaan. Permainan tradisional adalah sejenis permainan warisan nenek moyang. Ia adalah salah satu aktivitas bermain yang dicipta oleh nenek moyang kita yang dimainkan di seluruh rantau negeri tanah Melayu suatu ketika dahulu. Sesetengah permainan ini dimainkan di negara lain. Walau bagaimanapun nama permainan dan peraturannya mungkin berbeda antara satu negeri dengan negeri lain tetapi konsep permainnya tetap sama.

Terdpat beberapa permainan tradisional yang berkembang di Kalimantan Barat. 1. Gasing

Gasing adalah sebuah alat permainan yang biasanya terbuat dari kayu namun adapula yang dibuat dengan bandir/urat kayu atau akar pohon tapakng Mainan gasing bisa berputar seperti gerakan angin puyuh pada porosnya dengan berdiri relatif seimbang di titik poros. Gasing di Kalimantan Barat tidak jauh berbeda dengan gasing di daerah-daerah lainnya di Indonesia. Tetapi di Kalimantan Barat, gasing memiliki unsur magis. Konon gasing dalam masyarakat Dayak kanayatn dikenal dengan sebutan pangka atau bapangka. Gasing merupakan perumpamaan manusia atau talino atau disebut juga dengan nek abaking sjinte jubata tapakng yang dianggap sebagai penguasa hutan. Sedangan pada masyarakat Melayu biasanya mereka mengenal beberapa jenis gasing yang biasa dikenal, diantaranya gasing uri, gasing kuna/klasik, gasing

gaba, gasing jantung, dan gasing tanjung.

Proses permainan gasing diawali dengan melilit leher gasing dengan benang nilon atau bahan lain yang sejenis dengan ukuran panjang yang menyesuaikan. Setelah itu gasing dilempar, disorong ke tanah kemudian tali benang ditarik kembali sehingga gasing kemudian terlepas dan berputar sendiri. Semakin kuat lemparan gasing akan berpengaruh pada kecepatan berputar gasing.

Kompetisi permainan gasing dapat dilakukan dengan tiga cara; Pertama, dengan mengadu lamanya gasing berputar atau dikenal juga dengan sebutan berindu/uri/bauri. Kedua, model

ganti alok atau pangkak puit, yaitu membentuk dua regu yang terdiri dari beberapa orang. Pemain pertama kemudian memutar gasingnya di tempat yang tersedia kemudian pemain lain

memangkah atau menabrakan gasingnya saat dilempar ke gasing lawan.

Model yang ketiga adalah model permainan gasing yang hanya dikompetisikan dengan mengukur lamanya gasing berputar. Biasanya gasing yang berputar di tanah akan dibiarkan berputar samapai terjatuh. Namun adapula yang memindahkan gasing dalam keadaan berputar dengan menggunakan alas untuk memastikan lamanya putaran.

makna bagi kehidupan manusia. Menurut Theresia Ani Larasati (2011: 81) bahwa lingkaran

membesar menjelang jatuhnya gasing dalam ilosoi agama Budha menggambarkan kondisi

menjelang akhir hidup manusia, yaitu manusia perlu menyebar darma yang lebih banyak kepada lingkungan sekitarnya.

2. Galah Kepung

Permainan galah kepung atau dikenal juga dengan sebutah galah asin, galasin atau gobak sodor. Permainan ini hanya dapat dilakukan secara beregu dan lapangan terbuka.. Permainan ini biasanya diawali dengan pembentukan dua regu yang terdiri dari regu jaga dan regu serang lalu dilanjutakan dengan membuat dua garis segi empat yang dibagi berdasarkan jumlah pemain.

3. Tabak

Permainan tabak atau engklek adalah jenis permainan tradisional yang biasa dilakukan oleh anak perempuan. Permainan ini dapat dilakukan secara individu maupun beregu. Cara bermain

tabak terdiri dari beberapa tahapan, mulai dari membuat undian, membuat garis hingga menghitung poin. Pemain yang menang undian akan memulai permainan untuk yang pertama kali.

Hendra Surya (2006: 67 – 68) menyebutkan bahwa :

Dalam permainan engklek, pemain melompati petak pertama ke petak kedua dengan engklek kaki tunggal, lalu ke petak ketiga. Kemudian melompat ke petak trapezium. Lalu melompat engklek satu kaki di petak dada. Lalu melompat dengan menjejakkan kedua kaki di masing-masing petak bangunan tangan. Lalu melompat engklek di petak le- her. Kemudian melompat dan menjejakkan kedua kaki di lingkaran kepala. Setelah itu kembali melompat engklek ke petak leher, menjejakan kedua kaku di dua petak bentangan tangan, engklek di petak dada, menjejakan kedua kaki di petak trapezium, engklek ke petak ketiga, engklek ke petak kaki kedua, sembari memungut batu dan melompat melangkahi petak pertana kembali ke asal.

Langkah berikutnya adalah melemparkan batu ke petak kaki kedua. Apabila batu yang dilemparkan pemain keluar, maka pemain tersebut mati atau digantikan oleh pemain berikutnya. Sedangkan batu yang keluar tadi diletakan dipetak yang gagal dituju tadi, sebagai tanda bahwa petak tidak boleh dipijak oleh lawan main. Pemain berikutnya memulai dari awal. Pemain dengan bintang terbanyak dianggap sebagai pemenang dalam permainan ini. Lamanya permainan tabak biasanya ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama.

4. Tapok Kaleng

Permainan tapok kaleng adalah permainan yang biasa dilaksanakan pada perayaan hari-hari

besar seperti idul itri dan idul adha. Tidak diketahui secara pasti asal mula hadirnya permainnan

ini. Namun, seiring berlangsungnya perayaan hari raya biasanya rumah-rumah penduduk di kota Pontianak banyak diantaranya yang menyediakan minuman kaleng dari berbagai merk untuk disajikan kepada para tamu. Kaleng bekas minuman inilah yang kemudian dijadikan alat permainan tapok kaleng.

Sebelum permainan dimulai peserta mendahuluinya dengan pimpah (hom-pim-pah) atau

pingsut (suit) untuk menentukan siapa yang menjaga pertama kali. Setelah itu, kaleng kemudian disusun bersama membentuk piramida yang dilanjutkan dengan salah satu peserta yang terpilih (bukan penjaga) kemudian menghancurkan tupukan kalengnya dengan kaleng yang menjadi combok (penanda bagi yang menjaga). Saat piramida kaleng rubuh berhamburan, para

Book Two ~ Internasional Prooceeding Seminar “Konsepsi dan Implementasi Pendidikan Islam Anak Usia Dini” 117

peserta lainnya akan lari untuk bersembunyi. Sementara si penjaga akan menyusun kalengnya dan meletakkan combok kaleng di dekat bangunan piramida kaleng. Setelah itu, penjaga akan mencari para peserta yang bersembunyi lalu berlari ke arah piramida kaleng dan menginjak

combok sambil menyebutkan nama yang ia temukan serta dimana dia bersembunyi.

Aturan permainan ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan permainan petak umpet. Yang berbeda adalah orang yang menjaga harus melindungi tumpukan kaleng dari perusakan yang dilakukan oleh para peserta yang bersembunyi. Karena jika ini terjadi dia harus mengulang kembali permainan ini sampai seluruh peserta permainan ditemukan.

Dalam permainan ini para peserta yang bersembunyi dituntut untuk berhati-hati agar tida diketahui keberadaannya oleh penjaga. Selain itu, mereka juga harus pandai mencari tempat persembunyian, mengingat peserta yang pertama ketahuan penjaga akan menjadi penjaga selanjutnya. Hal lain yang tidak kalah penting dalam permainan ini adalah kejujuran. Biasanya peserta yang sudah ketahuan persembunyiannya tidak dibenarkan menyangkal. Karena, jika menyangkal maka selain dihindari oleh teman-teman sepermainan ia tidak diikutkan lagi

dalam game tersebut. Disinilah sisi sportiitas pemain mulai di bentuk.

5. Lompat Getah

Permainan lompat getah atau lompat tali dikenal juga di beberapa wilayah sebagai permainan

zero point. Penamaan dari permainan lompat getah ini sendiri tidak terlepas dari alat permainan yang digunakan terbuat dari karet yang dikenal dengan sebutan getah berukuran halus dan berbentuk gelang. Karet ini dissusun dan diikat sedemikian rupa hingga berbentuk tali yang cukup panjang kemudian di masing-masing ujungnya diikat mati.

Permainan ini sekurang-kurangnya dilakukan oleh 3 orang pemain. Dua orang pemain bertugas sebagai pemegang getang dimana masing-masing memegang ujung getah dengan posisi berjauhan. Sedangkan satu pemain yang tersisa bertindak sebagai pemain utama.

Adapun cara bermain lompat getah diawali terlebih dahulu dengan undian melalui pingsut.

Dari situ dapat ditentukan siapa yang memegang getah dan siapa yang melompat. Pemain yang tidak berhasil melompati tali karet harus menggantikan posisi teman yang memegang getah

Ukuran ketinggian dalam permainan lompat getah.

- Getah setinggi lutut

- Getah berada pada posisi sejajar dengan pinggang (pada posisi ini pemain harus melom- pati tali karet tanpa mengenainya, jika terkena maka pemain dinyatakan mati dan diganti- kan dengan pemain kedua)

- Getah berada pada posisi sejajar dengan dada pemegang tali (pada posisi ini pemain boleh mengenai getah asalkan berada di atas tali dan tidak terjerat).

- Posisi getah sejajar dengan telinga - Posisi getah sejajar denagn batas kepala - Posisi getah satu jengkal di kepala

- Posisi getah sjajar dengan dua jengkal kepala, dan

- Posisi getah setinggi acungan atau hasta pemegang getah.

DAMPAK PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP MOTORIK KASAR ANAK USIA

Dalam dokumen Pantang Larang dalam Pendidikan Karakter (Halaman 127-129)