• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TEORITIS A. Deskripsi Teoretis

4. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Memberi pengertian terhadap Pendidikan Agama Islam perlu pemaknaan secara mendalam. Karena didalamnya terkandung tiga kata; “pendidikan”, “agama”, dan “Islam”, yang masing-masing kata juga memiliki kandungan makna yang luas dan dalam. Maka demi mendapatkan pengertian yang komprehensif, alangkah lebih baiknnya terlebih dahulu mengelaborasi dari setiap kata yang ada.

42

Tian Belawati, “Perkembangan Pemikiran Tentang Pendidikan Terbuka dan Jarak

Jauh”, dalam Tian Belawati (ed.), Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h. 31.

Kata “pendidikan”sering dipadankan dengan kata education dalam bahasa Inggris. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, kata pendidikan terdiri dari kata

“didik” yang mendapat awalan “pen” dan akhiran “an”. Sebagaimana dijelaskan

dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata “pendidikan” memiliki arti

perbuatan (hal, cara, dan sebagainya) mendidik.43 Pengertian ini menunjukkan

bahwa kata “pendidikan” lebih mengacu pada cara melakukan suatu perbuatan dalam hal ini mendidik. Kata “mendidik” dalam kamus tersebut memiliki makna tersendiri yaitu memelihara dan member latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.

Apabila diposisikan dalam konteks Islam secara inheren, Azyumardi Azra

menjelaskan bahwa kata “pendidikan” sering dikonotasikan dengan istilah

tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib, ketiga istilah ini harus dipahami secara bersama-sama karena mengandung makna yang sangat dalam, menyangkut manusia dan masyarakat serta lingkungan yang dalam hubungannya dengan Tuhan saling berkaitan satu sama lain. Istilah itu juga sekaligus menjelaskan ruang lingkup

pendidikan Islam; “informal”, “formal”, dan “nonformal”.44

Hery Noer Aly45 menjelaskan secara terperinci tiga istilah tersebut. Istilah

tarbiyah berakar pada tiga kata. Pertama, kata raba yarbu yang berarti bertambah

dan tumbuh. Kedua, kata rabiya yarba yang berarti tumbuh dan berkembang. Ketiga, kata rabba yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai, memimpin, menjaga, dan memelihara. Istilah ta’lim berarti proses pembelajaran secara terus menerus sejak manusia lahir melalui pengembangan fungsi-fungsi pendengaran, penglihatan, dan hati. Proses ta’lim tidak berhenti pada pencapaian pengetahuan dalam wilayah kognisi semata, tetapi terus menjangkau wilayah psikomotor dan afeksi. Sedangkan istilah ta’dib digunakan untuk menandai konsep pendidikan dalam Islam yang ditawarkan oleh Al-Attas, yaitu berasal dari kata adab, berarti pengenalan dan pengakuan tentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat

43

Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1961), h. 205.

44

Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru,

(Jakarta: Logos, 2002), h. 4-5. 45

teratur secara hirarkis sesuai dengan berbagai tingkatan dan derajat tingkatannya. Maka demikian kata adab mencakup pengertian „ilm dan „amal.

Beberapa terminologi pendidikan muncul dari beberapa tokoh pendidikan. Bapak pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara, menjelaskan pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditujukan untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia. Pendidikan merupakan sebuah perjuangan, memelihara hidup tumbuh ke arah kemajuan, dan pendidikan adalah usaha kebudayaan berasas peradaban yang memajukan hidup agar mempertinggi derajat manusia.46 Intelektual muslim Al-Ghazali yang sangat terkenal pandangannya dalam hal pendidikan. Memandang pendidikan sebagai ibadah dan upaya peningkatan kualitas diri. Baginya, pendidikan yang baik merupakan jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.47

Selanjutnya Ahmad D. Marimba memiliki pandangan tersendiri mengenai arti pendidikan. Menurut Marimba pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.48 Marimba menyebutkan ada lima unsur utama pendidikan, yaitu 1) Usaha atau kegiatan yang bersifat bimbingan, pimpinan, atau pertolongan yang dilakukan secara sadar. 2) Ada pendidik, pembimbing atau penolong yang dilakukan secara sadar. 3) Ada yang dididik atau si terdidik. 4) Adanya dasar dan tujuan dalam bimbingan tersebut. Dan 5) ada alat-alat yang dipergunakan dalam usaha tersebut.

Memberikan terminologi terhadap pendidikan dapat juga melihatnya dalam sudut pandang yang berbeda. Suparlan Suhartono melihat pendidikan dari dua sudut pandang yaitu sudut pandang luas dan sempit.49 Menurut sudut pandang luas pendidikan adalah segala jenis pengalaman kehidupan yang mendorong timbulnya minat belajar untuk mengetahui dan kemudian bisa mengerjakan

46

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam 1, (Jakarta: Logos, 1997), h. 9. 47

Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h. 87.

48

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif,

1962), h. 19. 49

Suparlan Suhartono, Wawasan Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), h. 43-46.

sesuatu hal yang telah diketahui itu. Keadaan seperti ini berlangsung di dalam segala jenis dan bentuk lingkungan sosial sepanjang kehidupan. Dalam sudut pandang luas pendidikan berlangsung sepanjang jaman (life long education), di segala tempat di mana saja setiap waktu kapan saja, dan di setiap lini kehidupan.

Sedangkan pendidikan dilihat dari sudut pandang sempit adalah seluruh kegiatan yang direncanakan serta dilaksanakan secara teratur dan terarah di lembaga pendidikan sekolah. Pendidikan diartikan sebagai sistem persekolahan, yaitu pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana yang diselenggarakan oleh institusi persekolahan (school education) untuk membimbing dan melatih peserta didik agar tumbuh kesadaran tentang eksistensi kehidupan dan kemampuan menyelesaikan setiap persoalan kehidupan yang selalu muncul.

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 1 ayat 1 mendefinisikan “pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara”.50

Jadi bisa diambil kesimpulan dari beberapa uraian di atas, pendidikan merupakan sebuah usaha sadar untuk mengembangkan suatu potensi dan kedewasaan yang dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didik. Dalam pandangan luas pendidikan merupakan semua jenis pengalalam hidup yang berlangsung sepanjang hayat, sedangkan dalam pandangan sempit pendidikan berlangsung pada institusi pendidikan.

Sejenak setelah beruntun mengartikan pendidikan secara etimologis

maupun terminologis. Kata selanjutnya adalah “agama”. Kamus Umum Bahasa

Indonesia mendefinisikan agama sebagai segenap kepercayaan kepada Tuhan,

50

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia, 2003), Pasal 1, Ayat 1.

Dewa, dan sebagainya, serta dengan ajaran, kebaktian, dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.51

Mohammad Daud Ali menjelaskan bahwa agama adalah the problem of

ultimate concern yaitu masalah yang mengenai kepentingan mutlak setiap orang.

Karen agama mengenai kepentingan mutlak setiap orang dan setiap orang beragama terlibat dengan agama yang dipeluknya, maka tidaklah mudah membuat definisi yang mencakup semua agama. Kesulitannya adalah karena setiap orang beragama cenderung memahami agama menurut ajaran agamanya sendiri.52

Dalam menentukan definisi agama, beruntunglah ada segi-segi agama yang sama, suatu rumusan umum sebagai definisi kerja mungkin dapat dikemukakan bahwa agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan-Nya melalui upacara, penyembahan dan permohonan, dan membentuk sikap hidup manusia menurut atau berdasarkan agama itu. Jadi definisi agama yang mungkin bisa dipahami oleh seluruh agama yaitu agama merupakan sebuah kepercayaan kepada Tuhan. Maksud tuhan di sini adalah tuhan mereka masing-masing.

Selanjutnya adalah kata “Islam”. Abuddin Nata menjelaskan dari segi

bahasa, Islam berasal dari bahasa Arab salima yang kemudian dibentuk menjadi

aslama. Dari kata inilah kemudian dibentuk menjadi kata Islam. Dengan demikian

Islam dari segi bahasa adalah bentuk ism mashdar (infinitif) yang berarti berserah diri, selamat sentosa atau memelihara diri dalam keadaan selamat.53 Pengertian tersebut telah memperlihatkan bahwa Islam berkaitan dengan sikap berserah diri kepada Allah SWT dalam upaya memperoleh keridhaan-Nya. Seseorang yang bersikap sebagaimana dimaksud oleh perkataan Islam tersebut disebut Muslim,

yaitu orang yang telah menyatakan dirinya untuk ta’at, berserah diri, patuh, dan

tunduk dengan ikhlas kepada Allah SWT.

Makna inti dari Islam dijelaskan oleh Mohammad Daud Ali adalah berserah diri, tunduk, patuh, dan taat dengan sepenuh hati kepada kehendak Ilahi.

51

Poerwadarminta, op. cit., h. 21. 52

Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 1998), h. 39-40.

53

Kehendak Ilahi yang wajib ditaati dengan sepenuh hati oleh manusia, manfaatnya bukanlah untuk Allah sendiri tetapi untuk kemaslahatan atau kebaikan manusia dan lingkungan hidupnya. Islam sebagai agama wahyu yang member bimbingan kepada manusia mengenai semua aspek hidup dan kehidupannya, dapat diibaratkan seperti jalan raya yang lurus dan mendaki, memberi peluang kepada manusia yang melaluinya sampai ke tempat yang dituju, tempat tertinggi dan mulia. Jalan raya itu lempeng dan lebar, kiri kanannya berpagar Al-Qur’an dan

Al-Hadis.54

Islam adalah agama yang menempatkan pendidikan dalam posisi yang sangat vital. Bukanlah suatu yang kebetulan jika lima ayat pertama yang diwahyukan Allah kepada Muhammad dalam surat al-„Alaq dimulai dengan perintah membaca (iqra’). Selain itu, pesan-pesan al-Qur’an dalam hubungannya

dengan pendidikan pun dapat dijumpai dalam berbagai ayat dan surat dengan aneka ungkapan pernyataan, pertanyaan, dan kisah. Lebih khusus lagi, kata ilm

dan derivasinya digunakan paling dominan dalam al-Qur’an untuk menunjukkan

perhatian Islam yang luar biasa terhadap pendidikan.55

Memadukan makna dari setiap kata yang terangkai dalam pendidikan agama Islam. Pada akhirnya dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam. Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Apabila menurut Zakiyah Daradjat, pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. Definisi lain diberikan Tayar Yusuf yang mengartikan pendidikan agama Islam

54

Mohammad Daud Ali, op. cit., h. 50. 55

sebagai usaha sadar generasi untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada Allah SWT. Sedangkan A. Tafsir mendefinisikan pendidikan agama Islam sebagai bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.56 Demikianlah uraian

panjang yang mengelaborasi setiap kata dari mulai “pendidikan”, “agama”, dan “Islam”. Hingga pemaknaan utuh dari pendidikan agama Islam.

b. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup pendidikan agama Islam memiliki cakupan sangat luas, memuat ajaran tentang tata hidup yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Maka pendidikan agama Islam sebenarnya harus berarti pengajaran tentang tata hidup yang berisi pedoman pokok yang akan digunakan oleh manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia ini dan untuk menyiapkan kehidupan yang sejahtera di akhirat nanti. Zakiah Darajat menjelaskan ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi pengajaran pada seluruh aspek kehidupan sebagai berikut.57

1) Pengajaran Keimanan

Iman berarti percaya. Pengajaran keimanan berarti proses belajar mengajar tentang berbagai aspek kepercayaan. Ilmu tentang keimanan disebut juga ilmu tauhid, karena di dalamnya membahas tentang aqidah Islam, sehinga seringkali ilmu keimanan biasa disebut dengan istilah lain yaitu Ilmu Aqidah atau Aqaid yang membahas tentang kepercayaan, keimanan kepada wujud dan keesaan Allah. Ruang lingkup pengajaran keimanan itu meliputi rukun iman yang enam, yaitu percaya kepada Allah, kepada para Rasul Allah, kepada para Malaikat, kepada Kitab-kitab Suci yang diturunkan kepada para rasul Allah, kepada Hari Kiamat, dan kepada Qada dan Qadar.

56

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 130. 57

Zakiah Darajat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet. IV, h. 63-117.

2) Pengajaran Akhlak

Dalam bahasa Indonesia, secara umum akhlak diartikan dengan “tingkah laku” atau “budi pekerti”. Pengajaran akhlak berarti pengajaran tentang batin

seseorang yang kelihatan pada tingkah lakunya. Dalam pelaknsanaannya, pengajaran akhlak berarti proses kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajar berakhlak baik. Artinya orang atau anak yang diajar itu memiliki bentuk batin yang baik menurut ukuran nilai ajaran Islan, dan bentuk batin ini hendaknya kelihatan dalam tindak tanduknya sehari-hari. Pembentukan ini dapat dilakukan dengan memberikan pengertian tentang baik dan buruk, melatih dan membiasakan berbuat, mendorong dan memberi sugesti agar mau senang berbuat.

3) Pengajaran Ibadat

Dalam pengertian yang luas, ibadat itu ialah segala bentuk pengabdian yang ditujukan kepada Allah semata yang diawali oleh niat. Sedangkan Ibadat dalam arti khusus adalah suatu upacara pengabdian yang sudah digariskan oleh

syari’at Islam, baik bentuk, cara, waktu, syarat, dan rukunnya. Contohnya seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya. Materi pelajaran ibadah ini seluruhnya dimuat dalam ilmu Fiqih. Sehingga ada yang mengidentikkan ibadat dengan Fiqih, mereka menyamakan pelajaran Fiqih dengan pelajaran Ibadat. Ini tentu tidak benar, karena pelajaran Fiqih tidak hanya membicarakan ibadat saja, tetapi lebih banyak membicarakan kehidupan sosial seperti perdagangan (jual-beli), perkawinan, kekeluargaan, warisan, pelanggaran, hukuman, perjuangan (jihad), politik dan pemerintahan, makan dan minum, pakaian, dan lain sebagainya. Meskipun demikian, materi yang dibicarakan dalam ilmu fikih itu dapat diamalkan dalam rangka berbuat baik yang dihargai sebagai suatu ibadat dengan niat yang ikhlas karena Allah.

4) Pengajaran Fiqih

Fiqih (fiqhu) artinya paham atau tahu. Menurut istilah yang digunakan

para ahli Fiqih (Fuqaha’), Fiqih itu ialah ilmu yang menerangkan hukum-hukum

syari’at Islam yang diambil dari dalil-dalil terperinci. Sedangkan dilihat dari segi ilmu pengetahuan yang berkembang dalam kalangan ulama Islam, Fiqih adalah ilmu pengetahuan yang membicarakan, membahas, dan memuat hukum-hukum Islam yang bersumber pada Al-qur’an, Sunnah, dan dalil-dalil Syar’i lain.

Pengajaran fiqih itu luas cangkupannya, apabila diperinci lagi dapat dikembangkan menjadi delapan topik pembahasan, yaitu ibadat, ahwalusy

syakhshiyyah, mu’amalat madaniyat, mu’amalat maliyat, jinayat dan „uqubat, murafat’at, ahkamud dusturiyyah, dan ahkamud dualiyah. Dilihat dari segi ruang lingkup pembahasan Fiqih itu, wajar kalau mata pelajaran Fiqih itu dikembangkan menjadi beberapa mata pelajaran yang berdiri sendiri, karena memang cakupannya sangat luas.

5) Pengajaran Ushul Fiqih

Kata “Ushul Fiqih” adalah kata yang berasal dari bahasa Arab “Ushulul

Fiqih” yang berarti asal-usul Fiqih. Maksudnya yaitu bahwasannya pengetahuan Fiqh itu lahir melalui proses pembahasan yang digariskan dalam ilmu Ushul

Fiqih. Pengetahuan Fiqih adalah formulasi dari nash Syari’at yang berbentuk Al

-qur’an dan Sunnah Nabi dengan cara-cara yang disusun dalam pengetahuan Ushul Fiqih. Sedangkat menurut para ahli Ushul Fiqih, mendefinisikan Ushul Fiqih sebagai suatu ilmu yang membicarakan berbagai ketentuan atau kaidah yang dapat

digunakan dalam menggali dan merumuskan hokum syari’at Islam dari sumbernya. Objek utama dalam pembahasan Ushul Fiqih adalah Adillah

Syar’iyah (dalil-dalil syar’i) yang merupakan sumber hokum dalam ajaran Islam.

Selain membicarakan pengertian dan kedudukannya dalam hokum, Adillah

Syar’iyah juga dilengkapi dengan berbagai ketentuan dalam merumuskan hokum dengan mempergunakan masing-masing dalil.

6) Pengajaran Qira’at Qur’an

Qira’at Qur’an artinya membaca Al-qur’an. Membaca Al-qur’an tidak

sama dengan membaca buku atau Kitab Suci lain. Membaca Al-qur’an adalah

suatu ilmu yang mengandung seni, seni membaca Al-qur’an. Al-qur’an sendiri

merupakan wahyu Allah yang dibukukan, diturunkan kepana Nabi Mihammah saw, sebagai suatu mukjizat, membacanya dianggap ibadat, dan merupakan sumber utama ajaran Islam. Pengajaran Al-qur’an pada tingkat pertama berisi

pengenalan huruf hijaiyah dan kalimah (kata), selanjutnya diteruskan dengan memperkenalkan tanda-tanda baca. Yang terpenting dalam pengajaran Qiraat

Al-qur’an ialah keterampilan membaca Al-qur’an dengan baik sesuai dengan kaidah yang disusun dalam Ilmu Tajwid. Melatih dan membiasakan mengucapkan huruf Arab dengan makhrajnya yang betul pada tingkat permulaan, akan membantu dan mempermudah mengajarkan tajwid dan lagu pada tingkat membaca dengan irama.

7) Pengajaran Tafsir

Pengajaran Tafsir maksunya adalah pengajaran Tafsir Al-qur’an. Tafsir

yang dalam bahasa Arab adalah Tabyin memiliki arti sebagi sebuah penjelasan. Maksud dari Tafsir Al-qur’an adalah uraian arti Al-qur’an, penjelasan makna dan

penjelasan apa yang dimaksud oleh teks, isyarat, atau rahasia yang terkandung di dalamnya. Pengajaran Tafsir ini bukan berarti pengajar bagaimana menafsir, tetapi lebih kea pa dan bagaimana tafsirnya. Isi pengajaran tafsir pada tingkat permulaan seperti pada Madrasah Ibtidaiyah misalnya, hanya sekadar terjemahan (alih bahasa) ditambah sedikit dengan kansungan ayat. Ayat-ayat yang mendukung topic diterjemahkan, kemudian dikemukakan kandungan ayat yang jelas hubungannya dengan topic dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu pada tingkat yang lebih tinggi, misalkan tingkat sekolah lanjut, terjemahan itu diperluas dengan syarah (uraian penjelasan). Pada tingkat yang lebih tinggi lagi, seperti di perguruan tinggi, terjemahan itu dilengkapi syarah mufradat menurut berbagai pendapat, istinbath hukum dengan berbagai pendapat ulama, dengan asbabun nuzul, dan berbagai kemungkinan pelaksanannya serta dilengkapi pula dengan

dalil-dalil naqli dan aqli, seterusnya kandungan ayat dirumuskan dengan kata-kata yang mudah dipahami.

8) Pengajaran Ilmu Tafsir

Ilmu Tafsir adalah sekelompok teori (ilmu) yang dapat digunakan untuk menafsirkan Al-qur’an. Dalam ilmu ini dibicarakan masalah uslub ayat Al-qur’an,

(rangkaian kata dan kalimat serta pengaruhnya), kaidah-kaidah untuk menafsir, syarat-syarat untuk menafsir, istilah-istilah yang digunakan dalam menafsir, macam-macam tafsiran, ayat muhkam dan mutasyabih, penamaan surat dan tahapan turun ayat dan banyak lagi yang berhubungan dengan berbagai ketentuan dan cara menafsir. Pengajaran Ilmu Tafsir berarti proses kegiatan belajar mengajar yang berisi bahan Ilmu Tafsir. Dalam pengajaran ini dibicarakan sejumlah teori atau ilmu yang berhubungan dengan berbagai petunjuk dan ketentuan untuk menafsirkan Al-qur’an. Dengan memahami pengetahuan ini diharapkan agar

orang dapat menafsir Al-qur’an, sekurang-kurangnya mengerti akan cara para mufassir menafsirkan Al-qur’an setelah membaca buku-buku Tafsir yang ada. Bahan mengetahui atau alat apa saja yang digunakan oleh para mufassirin dalam menafsirkan Al-qur’an.

9) Pengajaran Hadis

Arti asli dari “hadis” ialah “baru”. Di dalam Al-qur’an, kata hadis ini

berarti berita (kabar). Hadis Nabi berarti berita dari Nabi. Menurut pandangan para ahli Ilmu Hadis, Hadis ialah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW, baik dari perkataan, perbuatan, ketetapan, ataupun sifat fisik kepribadiannya. Dalam bentuk seperti ini para ahli Hadis menyamakan antara Hadis dengan Sunnah. Sebagai sumber sumber hukum Islam, sesudah Al-qur’an

diikuti dengan Hadis, sesudah Al-kitab diiringi dengan As-sunnah. Tujuan yang akan dicapai dengan dengan pengajaran hadis adalah mengerti akan ajaran Islam yang berhubungan dengan masalah yang dibicarakan.

10)Pengajaran Ilmu Hadis

Ilmu Hadis ialah sekelompok teori ilmu yang dapat digunakan untuk mempelajari Hadis, baik dari segi wurud, matan, dan maknanya, dari segi riwayat dan dirayahnya, dari segi sejarah dan tokoh-tokohnya, dari segi dapat dianggap menjadi dalil atau tidaknya, dan dari istilah-istilah yang digunakan dalam menilainya ataupun dari segi syarat-syarat dan berbagai ketentuan dalam mamahaminya. Pengajaran Ilmu Hadis artinya proses belajar mengajar yang materinya berisi bagaimana menilai sesuatu teks hadis untuk dijadikan sumber hokum dalam ajaran Islam. Apakah hadis itu kuat dan memenuhi syarat untuk dijadikan hujjah, baik dari segi matan, makna, wurud, dan dalalahnya, atau tidak dapat dijadikan hujjah baik karena lemah atau palsunya suatu hadis.

11)Pengajaran Tarikh Islam

Tarikh Islam disebut juga Sejarah Islam. Pengajaran Tarikh Islam sebenarnya pengajaran sejarah, yaitu sejarah yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan umat Islam. Karena itu dapat juga kita sebut Sejarah Umat Islam. Dilihat dari segi yang umum, sejarah ini merupakan salah satu aspek dari agama Islam. Islam lahir dan terus hidup berkembang melalui garis lintas sejarah. Islam hadir dalam kehidupan di gelanggang sejarah sejak kondisi sebelum Islam yang berkaitan dengan lingkungan awal mula Islam, dan kemudian sejak orang pertama mulai menganut ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Tujuan dari pengajaran sejarah Islam supaya tahu dan mengerti pertumbuhan dan perkembangan umat Islam sejak dari awalnya, sampai zaman di mana ia hidup. Selain itu, tujuan yang lebih luas adalah untuk mengenal dan mencinyai Islam sebagai agama pegangan hidup.

12)Pengajaran Tarikh Tasyri’

Tarikh Tasyri’ atau lengkapnya Tarikh Tasyri’ Islami artinya adalah sejarah pensyari’atan Ajaran (hukum) Islam atau sejarah resminya berlaku ajaran