KAJIAN TEORITIS A. Deskripsi Teoretis
3. Sistem Pendidikan Jarak Jauh
a. Pengertian Sistem Pendidikan Jarak Jauh
Sistem pendidikan jarak jauh (PJJ) berawal dari sebuah bentuk pendidikan koresponden. Matheswaran menjelaskan bahwa pendidikan koresponden telah eksis selama lebih dari 100 tahun, dan sampai sekarang masih lazim digunakan dalam pendidikan jarak jauh.27 Paulina Pannen juga mengungkapkan bahwa pada awalnya pendidikan jarak jauh berbentuk pendidikan koresponden. Pendidikan koresponden mulai dikenal sekitar tahun 1720-an sebagai bentuk pendidikan orang dewasa. Proses pendidikan koresponden terjadi melalui bahan ajar cetak yang dikenal sebagai self-instruction texts, dikombinasikan dengan komunikasi tertulis antara pengajar dan siswa. Ketika media pembelajaran non-cetak mulai populer, istilah pendidikan koresponden dianggap menjadi terlalu sempit. Maka kemudian muncul istilah independent study (belajar mandiri), home study (belajar di rumah), dan external study (belajar di luar sekolah). Baru pada sekitar tahun 1970-an, bersama dengan berdirinya Open Universitry di Inggris, istilah pendidikan jarak jauh menjadi popular dan digunakan untuk mencakup pendidikan korespondensi, independent study, home study, dan external study.28
Berbagai ahli pendidikan memiliki definisi pendidikan jarak jauh menurut sudut pandangnya masing-masing. Paulina Pannen29 merangkum berbagai pendapat ahli tersebut. Menurut para ahli pendidikan jarak jauh adalah:
1) Suatu bentuk pembelajaran mandiri yang terorganisasi secara sistematis, di mana konseling, penyajian materi pembelajaran, dan penyelia serta pemantauan keberhasilan siswa dilakukan oleh sekelompok tenaga pengajar yang memiliki tanggung jawab yang saling berbeda. Pembelajaran dilaksanakan secara jarak jauh dengan menggunakan bantuan media. Sebaliknya dari system pendidikan jarak jauh adalah system pendidikan langsung atau tatap muka, suatu sistem
27
Matheswaran, V. P, Distance Education. (New Delhi: Anmol Publication PVT. LTD, 2005), h. 5.
28
Paulina Pannen, “Pengertian Sistem Terbuka dan Jarak Jauh”, dalam Tian Belawati (ed.), Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h. 11.
29
pembelajaran yang terjadi karena adanya kontak langsung antara tenaga pengajar dengan siswa (Dohmen, 1967).
2) Suatu metode pembelajaran yang menggunakan korespondensi sebagai alat komunikasi antara tenaga pengajar dengan siswa, ditambah dengan adanya interaksi antar siswa dalam proses pembelajaran (MacKenzie, Christensen, & Rigby, 1968).
3) Sistem pendidikan yang tidak mempersyaratkan adanya tenaga pengajar di tempat seseorang belajar, namun dimungkinkan adanya pertemuan-pertemuan antara tenaga pengajar dan siswa pada waktu-waktu tertentu (French Law, 1971).
4) Suatu metode untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dikelola berdasarkan pada penerapan konsep ban berjalan (division of labor), prinsip-prinsip organisasi, dan pemanfaatan media secara ekstensif terutama dalam reproduksi bahan ajar, sehingga memungkinkan terjadinya proses pembelajaran pada siswa dalam jumlah banyak pada saat bersamaan di manapun mereka berada. Merupakan suatu bentuk industry dari belajar dan pengajaran (Paters, 1973).
5) Suatu metode pembelajaran di mana proses pengajaran terjadi secara terpisah dari proses belajar, sehingga komunikasi antara tenaga pengajar dan siswa harus difasilitasikan melalui bahan cetak, media elektronik, dan media-media lain (Moore, 1973).
6) Suatu bentuk pendidikan yang meliputi beragam bentuk pembelajaran pada berbagai tingkat pendidikan yang terjadi tanpa adanya penyeliaan tutor secara langsung dan atau terus menerus terhadap siswa dalam suatu lokasi yang sama, namun memerlukan proses perencanaan, pengorganisasian dan pemantauan dari suatu organisasi pendidikan, serta penyediaan proses pembimbingan dan tutorial baik dalam bentuk langsung (real conversation) maupun simulasi (simulated
Jika diperhatikan dari definisi yang sudah dikemukakan para ahli tersebut terdapat beberapa kesamaan sekaligus perbedaan. Masing-masing definisi mencerminkan hal-hal atau konsep-konsep yang menjadi landasan pemikiran masing-masing ahli. Perbedaan yang ada misalkan seperti definisi yang diberikan Peters yang memiliki konsep utama proses industrialisasi pendidikan, sedangkan definisi dari Moore mengemukakan transactional distance dan otonomi siswa sebagai konsep utama otonomi siswa. Perbedaan menonjol juga terlihat pada definisi Holmberg yang memiliki konsep utama otonomi siswa, komunikasi yang tidak terus menerus (non-contiguous), dan guided didactic conversation.
Sedangkan Keegan lebih menekankan adanya integrasi kegiatan belajar dan mengajar sebagai konsep utama dalam batasan yang diberikannya.
Terlepas dari perbedaan-perbedaan yang ada, terdapat beberapa kesamaan. Keterpisahan antara siswa dan pengajar tetap menjadi ciri utama sistem pendidikan jarak jauh yang banyak dikemukakan dalam definsi para ahli. Paulina Pannen menegaskan, yang patut dicermati menurut Moore adalah bahwa keterpisahan antara siswa dan pengajar yang dimaksud dalam berbagai definisi tidak semata-mata hanya mencerminkan keterpisahan fisik, waktu, atau geografis, tetapi lebih merupakan konsep pedagogis tentang hubungan antara siswa dan tenaga pengajar yang tetap terjadi walaupun siswa dan pengajar terpisahkan oleh ruang dan atau waktu (space and/or time).30Selain keterpisahan antara siswa dan pengajar, persamaan lain yang dikemukakan oleh berbagai definisi adalah pemanfaatan beragam media dalam sistem pendidikan jarak jauh untuk keperluan komunikasi. Sesungguhnya sistem pendidikan jarak jauh adalah sistem belajar dan mengajar melalui media. Bahkan tanpa ada media, tidak akan ada pendidikan jarak jauh.
Selama abad ke-18,19, dan 20 pendidikan jarak jauh memang dilakukan menggunakan e-mail atau yang biasa disebut dengan pendidikan korespondensi. Mulai akhir abad ke-20 sampai awal abad ke-21, pendidikan jarak jauh kini semakin populer dengan menggunakan teknologi yang semakin canggih. Pendidikan jarak jauh memiliki generasi perkembangannya, dan pada setiap
30
generasinya menggunakan media yang berbeda-beda. Selebihnya tentang generasi pendidikan jarak jauh, akan dibahas dalam perkembangan pendidikan jarak jauh.
Pendidikan jarak jauh menurut Matheswaran31, secara lebih luas bisa dipahami sebagai istilah yang mengarah pada sebuah strategi pembelajaran. Penggunaan istilah ini berbeda-beda pada setiap negara. Istilah lain untuk menunjukkan sebuah konsep pendidikan jarak jauh dan negara yang menggunakannya adalah antara lain; Correspondence Education (digunakan oleh mayoritas Negara termasuk India), Home Study (Amerika utara dan Eropa),
Independent Study (Amerika Utara), External Studies, Open Learning, Open
University, Off-Campus studies (Australia), Extra-Mural (New Zealand),
Education a Distance (Spanyol), Tele-Enalignment (perancis), Fern Universitat
(Jerman).
Berbeda dengan pemahaman di atas. Paulina Pannen melihat pendidikan jarak jauh lebih pada sebuah pendekatan terhadap proses belajar. Selama tiga dasawarsa terakhir, istilah sistem pendidikan jarak jauh yang berasal dari bahasa Inggris distance education, digunakan untuk menjelaskan beragam pendekatan terhadap proses belajar mengajar, seperti home study, correspondence education,
independent study, tele-education, open learning, dan external studies.
Pemahaman demikian muncul karena mengutip dari Keegan bahwa sistem pendidikan jarak jauh mempunyai dua komponen yaitu sistem belajar jarak jauh
(distance learning) dan sistem pengajaran jarak jauh (distance teaching).32 Sistem belajar jarak jauh memberi penekanan kepada siswa dan proses belajar (learner-centered), sedangkan sistem pengajaran jarak jauh lebih berfokus pada proses pengajaran, sistem organisasi, dan pengajarannya (teacher and system centered).
Sementara itu, sistem pendidikan jarak jauh berfokus pada kedua sisi secara utuh, baik pada siswa dan proses belajarnya, maupun pada proses pengajaran, sistem organisasi, dan pengejarnya.
Apabila diambil kesimpulan dari berbagai definsi tentang sistem pendidikan jarak jauh yang telah dikemukakan di atas. Dapat disimpulkan bahwa
31
Matheswaran, V. P, op. cit., h. 7. 32
sistem pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang pelaksanaannya didasarkan pada keterpisahan antara siswa dan pengajar dalam suatu ruang dan waktu, pemanfaatan bahan belajar yang dirancang dan diproduksi dengan sistematis, adanya komunikasi terus menerus antara siswa dengan siswa, tutor, dan organisasi pendidikan melalui beragam media, serta terdapat kontrol atau pemantauan yang intensif dari suatu organisasi pendidikan.
b. Perkembangan Sistem Pendidikan Jarak Jauh
Berawal dari sebuah pendidikan koresponden yang mulai dikenal sekitar tahun 1720-an sebagai suatu bentuk pendidikan orang dewasa. Paulina Pannen menjelaskan lebih dalam lagi bahwa pada saat itu istilah pendidikan jarak jauh hampir sama dengan terminologi sistem pendidikan terbuka, kedua istilah tersebut digunakan secara bergantian untuk menunjukkan sebuah sistem pendidikan di mana siswa dan guru terpisah secara fisik atau geografis.33 Beranjak pada tahun 1980-an dengan munculnya terobosan baru dalam bidang pembelajaran individual, yang dikenal dengan nama flexible learning, istilah sistem pendidikan terbuka menjadi populer dan memiliki makna tersendiri. Demikian juga dengan sistem pendidikan jarak jauh yang memiliki perubahan makna seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat di akhir abad ke-20. Menjelang abad ke-21, sistem pendidikan terbuka dan sistem pendidikan jarak jauh menjadi kecenderungan sistem pendidikan di banyak negara.
Bagaimana lahirnya sistem pendidikan jarak jauh juga dijelaskan oleh Garry B. Shelly, Glenda A. Gunter, dan Randolph E. Gunter. Karena memang kelahiran pendidikan jarak jauh bukan seperti kelahiran manusia yang sudah jelas lahir pada tanggal, hari, dan tahun yang pasti. Sedangkan lahirnya pendidikan jarak jauh adalah berdasarkan sebuah fenomena yang terjadi pada waktu itu, maka wajar jika terdapat perbedaan. Shelly, Gunter, dan Gunter menjelaskan lahirnya pendidikan jarak jauh terjadi pada permulaan tahun 1700-an. Pada waktu itu terjadi perubahan penggunaan metode penyampaian yang berbeda. Instruksi
33
disampaikan dari satu lokasi ke lokasi lain, pengajaran berada pada satu lokasi dan pembelajaran yang berlangsung di lokasi lainnya.34
Pendidikan jarak jauh mendukung gagasan bahwa siswa bisa belajar dengan metode alternatif dengan penyampaian di lokasi yang berbeda. Selama abad 18, 19, dan 20, pendidikan jarak jauh dilakukan terutama melalui surat, maka biasa disebut dengan kursus korespondensi. Beberapa tahun terakhir dari abad ke-20 dan kini terus berkembang hingga abad ke-21 pendidikan jarak jauh terus berkembang. Bahkan kebanyakan lembaga pendidikan saat ini lebih memilih pendidikan jarak jauh untuk kursus yang diajarkan, dengan menggunakan internet dan penyampaian materi berbasis internet dalam berbagai bentuk atau modalitas.
Telah dikemukakan Kaufman dan Nipper yang dikutip oleh Bates35, ada tiga generasi pendidikan jarak jauh. Generasi pertama pendidikan jarak jauh ditandai dengan penggunaan utama teknologi tunggal yang bersifat komunikasi satu arah. Bentuk utama dari pendidikan jarak jauh generasi pertama berupa media cetak berbasis pendidikan korespondensi. Daftar bacaan dari buku-buku dan artikel disediakan untuk siswa yang akan belajar mandiri. Dengan dibantu oleh seorang tutor atau instruktur untuk menandai tugas dan memberikan umpan balik kepada siswa, sebelum siswa mengambil ujian kompetitif dari lembaga yang diakui atau diakreditasi.
Generasi kedua pendidikan jarak jauh ditandai dengan terintegrasi
pendekatan berbagai media, print dan penyiaran, dengan materi pembelajaran yang dirancang khusus untuk belajar jarak jauh. Komunikasi siswa dimediasi oleh orang ketiga yaitu seorang tutor yang bukan merupakan pencetus bahan pengajaran. Terkadang generasi kedua pendidikan jarak jauh digambarkan sebagai sebuah industri, karena melayani jumlah siswa yang sangat besar. Ciri pendidikan jarak jauh generasi kedua adalah kualitas desain bahan, produksi dan pengiriman yang sangat terpusat, cara transmisi informasi yang dimodifikasi dengan kegiatan belajar mandiri yang bertujuan untuk pengembangan kognitif siswa, sistem
34
Garry B. Shelly, Glenda A. Gunter, dan Randolph E. Gunter , Integrating Technologi and Digital Media in the Classroom. (USA: Course Technology, 2010), h. 519.
35
A. W. Tony Bates, Technology, E-learning and Distance Learning, (USA dan Canada: Routledge, 1995), h. 6-7.
birokrasi yang besar, dan biaya dan hasil yang sangat efektif. Pantas saja jika kemudian dianggap sebagai industri, karena menggunakan metode produksi massal dan pengiriman produk standar. Universitas pengajaran jarak jauh seperti Universitas Terbuka Inggris, Anadolu Open University di Turki, dan Universidad de educacion Nasional a Distancia di Spanyol adalah contoh dari pendidikan jarak jauh generasi kedua.
Generasi ketiga pendidikan jarak jauh didasarkan pada media komunikasi
dua arah seperti internet atau video-conferencing yang memungkinkan interaksi jarak jauh antara guru yang memberi instruksi dan mahasiswa yang menerima instruksi. Terdapat fasilitas komunikasi jarak jauh antar siswa, baik secara individu maupun sebagai kelompok. Teknologi generasi ketiga memungkinkan distribusi komunikasi yang lebih intens antara siswa dan guru maupun antara sesama siswa. Sistem pendidikan jarak jauh generasi ketiga digambarkan sebagai sistem berbasis pengetahuan atau pasca-industri, karena berbentuk organisasi kecil, tim yang relatif otonom dalam mengelola desain kursus, pengembangan, dan pengiriman. Sering kali menggunakan pendekatan yang lebih konstruktivis untuk mengajar dan belajar, menitik beratkan pada dialog dan diskusi mahasiswa, dan relatif fleksibel dengan layanan administrasi berbasis Web, menjadi ciri khas pendidikan jarak jauh generasi ketiga.
Dalam 30 tahun terakhir generasi kedua pembelajaran terbuka dan jarak jauh telah menyebar ke berbagai negara, dan menjadi bagian penting dari sistem pendidikan yang paling modern. Sejak tahun 1996, generasi ketiga pendidikan jarak jauh telah menyebar dengan cepat di negara-negara ekonomi maju, dan bahkan ke negara-negara berkembang. Sebagian besar pertumbuhan pendidikan jarak jauh di berbagai negara mengarah pada pembelajaran online. Sehingga dapat meningkatkan akses terhadap pendidikan. Lebih dari sekadar pendidikan konvensional dengan diimbangi meningkatnya permintaan untuk fleksibilitas, belajar seumur hidup, dan terutama pembelajaran online. Pembelajaran terbuka dan pendidikan jarak jauh sekarang eksis di sekolah dan karir, teknis dan kejuruan, perguruan tinggi dan universitas, serta di sektor swasta dalam bentuk kerja berbasis pelatihan. Sekarang inisiatif perkembangan pendidikan terbuka dan
jarak jauh beroperasi di semua bidang dan subjek, pada semua tingkat akademis, dan di setiap benua.36
Tian Belawati37 belawati juga menjelaskan bahwa generasi kedua pendidikan jarak jauh ditandai dengan dibukanya Universitas Terbuka (Open University) di Inggris pada tahun 1969. Generasi kedua ini dicirikan dengan digunakan teknologi siaran dan rekaman terutama dengan media televise, radio, kaset audio atau video, dan komputer seperti yang dijelaskan Taylor yaitu berupa
computer-mediated learning maupun computer-assisted learning, serta
telekonferensi audio atau video. Sedangkan generasi ketiga dimulai sejak awal tahun 1990-an ketika penggunaan jaringan internet dan intranet digunakan dengan sangat ekstensif, terutama untuk kepentingan interaksi melalui apa yang disebut oleh Taylor sebagai computer-mediated communication.
Pada generasi ketiga ini menurut Taylor telah berkembang dengan sangat pesat dan telah melahirkan generasi berikutnya. Generasi pendidikan jarak jauh selanjutnya bersifat lebih menekankan pada unsur fleksibilitas sistem pembelajaran atau disebut flexible learning. Dari flexible learning inilah yang kemudian terus berkembang dan mengintegrasikan semua kemampuan teknologi sebelumnya termasuk automated response system yang kemudian oleh Taylor bahkan sudah dianggap sebagai generasi kelima pendidikan jarak jauh.38 Jadi perkembangan pendidikan jarak jauh saat ini bisa dibilang sudah masuk pada generasi keempat bahkan kelima. Namun belum ada penelitian yang secara khusus membahas mengenai model pendidikan jarak jauh pada generasi tersebut. Kebanyakan referensi yang ditemukan masih membahas sebatas sampai pada generasi ketiga saja.
c. Urgensi Sistem Pendidikan Jarak Jauh
Prinsip belajar sepenjang hayat telah diangkat menjadi prioritas utama oleh pemerintah atau kelompok masyarakat manapun di dunia. UNESCO memiliki landasan empat pilar dalam upaya mewujudkan masyarakat berbasis pengetahuan,
36
A. W. Tony Bates, op. cit., h. 13. 37
Tian Belawati, op. cit., h. 400. 38
yaitu belajar untuk tahu, belajar untuk berbuat, belajar untuk memiliki keberadaan, dan belajar untuk hidup bersama. Hal ini merupakan pengejawentahan gagasan belajar sepanjang hayat dan memiliki konsekuensi pada penerapan konsep pendidikan untuk semua, termasuk pendidikan tinggi untuk semua. Setiap anggota masyarakat memiliki hak dasar untuk menempuh pendidikan sampai jenjang tertinggi, sesuai dengan persyaratan yang berlaku.39
Pendidikan jarak jauh merupakan penerapan prinsip-prinsip teknologi pendidikan untuk memecahkan masalah keterpisahan antara pengajar, sumber belajar, dan pembelajaran. Pembelajaran dalam pendidikan jarak jauh lebih dikendalikan oleh kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Seluruh program dan pelayanan dapat diakses oleh peserta didik tanpa terkendala jarak, ruang, dan waktu. Durri Andriani dan Nurmala menjelaskan suatu studi yang didasarkan pada 355 laporan penelitian menyatakan bahwa secara konsisten tidak ada perbedaan hasil belajar antara peserta didik yang belajar melalui sistem belajar tatap muka dengan sistem belajar jarak jauh. Dalam dunia pendidikan hal ini dikenal sebagai
The No Significant Difference Phenomenon.40 Jadi sangat rasional bila jumlah negara yang menyelenggarakan pendidikan jarak jauh semakin lama semakin bertambah, bukan hanya di negara-negara maju yang memiliki teknologi tinggi, tetapi juga di negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia.
Mengatasi keterpisahan dan membuka kesempatan memperoleh pendidikan untuk semua nampaknya menjadi urgensi pokok dari sistem pendidikan jarak jauh. Paulina Pannen41 juga mengungkapkan hal demikian, bahwa keberadaan sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh selain untuk mencapai tujuan pendidikan sebagaimana tercantum dalam kurikulum, juga diarahkan untuk peningkatan akses terhadap pendidikan, mengatasi keterpisahan dan membuka kesempatan memperoleh pendidikan. Dengan sendirinya, hal tersebut sangat erat kaitannya dengan masalah keadilan sosial, pemerataan antar
39
Asnah Said (ed.), Perkembangan Universitas Terbuka, Perjalanan Mencari Jati Diri Menuju PTJJ Unggulan, Jilid 3, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 177.
40
Durri Andriani dan Nurmala Pangaribuan, Mahasiswa di Institusi Pendidikan Tinggi Jarak Jauh. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2006), h. i.
41
kelompok, dan liberalisasi pendidikan lintas ruang dan waktu bagi seluruh individu dalam suatu masyarakat.
Pemikiran awal pendidikan jarak jauh memang terletak pada penekanan permasalahan akses terhadap penyelenggaraan pendidikan. Tian Belawati menjelaskan pada awalnya pemikiran mengenai sistem pendidikan jarak jauh didominasi oleh pengertian sebagai suatu bentuk pendidikan yang didasarkan pada penggunaan bahan ajar standar yang diproduksi secara masal untuk mencapai keuntungan ekonomis. Pemikiran ini mencerminkan penekanan pada isu aksesibilitas sebagai fokus penyelenggaraan pendidikan. Garrison pun mengungkapkan hal yang sama berkaitan dengan aksesibilitas pada sistem pendidikan jarak jauh. Dikutip oleh Belawati, Garrison menjelaskan bahwa keinginan untuk meningkatkan akses terhadap pendidikan telah menjadi pemicu utama penyelenggaraan pendidikan jarak jauh di banyak negara.42
Konklusi dari urgensi sistem pendidikan jarak jauh berdasarkan dari berbagai penjelasan diatas adalah bahwa pencapaian terhadap perwujudan pendidikan sepanjang hayat (life long education) dan pendidikan untuk semua
(education for all) menjadi urgensi pokok sistem pendidikan jarak jauh. Sistem pendidikan jarak jauh dapat meningkatkan aksesibilitas penyelenggaraan pendidikan. Sehingga jarak, ruang, dan waktu yang selama ini menjadi permasalahan klasik dalam penyelenggaraan pendidikan konvensional, sekarang sudah tidak menjadi masalah lagi semenjak hadirnya sistem pendidikan jarak jauh.