• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D. Kurikulum 2013

5. Pendidikan Karakter

Dalam kamus Bahasa Indonesia, karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang. Dumadi dalam Adisusilo (2012:76) menjelaskan bahwa karakter berasal dari bahasa Yunani “charassein” yang berarti barang atau alat untuk menggores, yang kemudian dipahami sebagai stempel atau “cap”, berarti sifat-sifat yang melekat pada seseorang. Kertajaya dalam Hidayatullah (2010:13) menjelaskan karakter merupakan ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu”. Gunawan (2012:3)

mengemukakan bahwa karakter merupakan keadaan asli dari dalam diri individu yang membedakannya dengan orang lain.

Berdasarkan pendapat ketiga ahli tersebut yakni Dumadi yang mengatakan karakter merupakan sifat-sifat yang melekat pada seseorang sedangkan Kertajaya berpendapat bahwa karakter ciri khas yang dimiliki oleh individu. Gunawan (2012:3) berpendapat karakter merupakan keadaan asli yang membedakan individual. Dapat disimpulkan dari ketiga pendapat tersebut bahwa karakter merupakan sifat-sifat atau budi pekerti yang menjadi ciri khas dari setiap individu yang membedakannya dengan orang lain. Ciri khas disini dapat diartikan sebuah keutuhan kepribadian yang melekat dalam diri individu sebagai kekuatan moral dalam dirinya dan bertingkah laku sesuai dengan nilai yang terdapat di masyarakat.

Koesuma dalam Muslich (2013:70) memaparkan bahwa karakter sama dengan kepribadian. Dimana kepribadian merupakan ciri atau karakteristik dari diri seseorang yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga dari masa kecil. Suyanto dalam Muslich (2013:70) juga menyatakan bahwa karakter adalah sebuah cara berpikir tiap individu untuk bekerjasama dalam keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Hal ini dipahami oleh Muslich (2013:71) bahwa karakter berkaitan dengan moral, berkonotasi “positif” bukan netral. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan ciri khas atau karakteristik tiap individu yang diperoleh dari

lingkungan keluarga sehingga individu tersebut terbentuk kepribadian yang bermoral sehingga individu dapat bekerjasama dengan masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Samani dalam Maksudin (2013:7) pendidikan karakter berpatok pada sikap jujur, cerdas, punya cita-cita dan olahraga. Pendidikan karakter juga diperluas dengan budi pekerti luhur, kerja keras, dan disiplin. Menurut Lincona dalam Salahudin dan Alkrienchie-chie (2013:45) pendidikan karakter diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan akan membuat anak cerdas dalam emosinya. Adapun pendidikan karakter menurut Salahudin dan Alkrienchiechie (2013:45) adalah pendidikan budi pekerti yaitu, melibatkan aspek pengetahuan, perasaan dan tindakan.

Hill dalam Muslich (2013:38) mengatakan bahwa pendidikan karakter merupakan pendidikan yang mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan berperilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara serta membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. Salahudin dan Alkrienchiechie (2013:45) menambahkan bahwa peran sekolah sangat penting dalam usaha pembentukan karakter. Dimana pendidikan karakter diartikan sebagai usaha sekolah yang dilakukan secara bersama oleh guru, pimpinan sekolah dan seluruh warga sekolah melalui semua kegiatan sekolah

untuk membentuk akhlak, watak melalui berbagai kebaikan yang terdapat dalam ajaran agama.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti yang mengembangkan kecerdasan emosional dan membantu membentuk kepribadian yang berakhlak dan berwatak sehingga dapat bekerjasama dengan masyarakat, sehingga mampu bertanggungjawab atas segala keputusan yang dibuatnya. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter, sekolah berperan penting dalam menanamkan pendidikan karakter yang diintegrasikan dalam semua kegiatan yang dilakukan. Peran penting sekolah dalam penanaman pendidikan karakter dapat membantu siswa untuk menjadi pribadi yang berwatak dan mengaplikasikannya dalam kehidupannya.

Pendidikan karakter diselenggarakan untuk mewujudkan manusia yang berakhlak mulia dan bermoral baik sehingga kelangsungan hidup manusia dapat terpelihara (Maksudin, 2013:58). Salahudin dan Alkrienchichi mengatakan bahwa pendidikan karakter bertujuan untuk mengembangkan karakter siswa agar mampu mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila. Sejalan dengan pendapat tersebut UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab.

Muslich (2013:81) mengatakan tujuan pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia siswa secara utuh, terpadu dan seimbang. Ellen G. White dalam Hidayatullah (2010:17-18) mengemukan bahwa pembangunan karakter adalah usaha paling penting yang pernah diberikan kepada manusia. Pembangunan karakter adalah tujuan luar biasa dari sistem pendidikan yang benar. Santosa dalam Hidayatullah (2010:18) menambahkan dalam membentuk harga diri yang kukuh dalam jiwa pelajar merupakan tujuan tiap pendidikan yang murni.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter telah tercantum dalam sistem pendidikan nasional (sisdiknas). Dimana tujuan dari pendidikan karakter dapat mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bukan hanya cakap dalam pengetahuan namun memiliki kepribadian yang kukuh menjadi manusia yang berakhlak mulia.

Pendidikan karakter merupakan pendidikan penanaman nilai kepada siswa untuk memfasilitasi siswa agar menjadi manusia yang

berahlak, berwatak dan berkepribadian tangguh. Menurut Salahudian dan Alkrienchiechie (2013:54) nilai pendidikan karakter bangsa berasal dari nilai-nilai luhur universal. Nilai- nilai universal tersebut yaitu, (1) cinta Tuhan dan ciptaan-Nya, (2) kemandirian dan tanggung jawab, (3) kejujuran/amanah dan diplomatis, (4) hormat dan santun, (5) dermawan suka tolong-menolong, gotong-royong, dan kerja sama, (6) percaya diri dan kerja keras, (7) kepemimpinan dan keadilan, (8) baik dan rendah hati, (9) toleransi kedamaian dan kesatuan. Sementara itu, Muslich (2013:80) mengemukakan bahwa bangsa Indonesia menyepakati beberapa nilai yang dijadikan pandangan filosofis kehidupan bangsa. Nilai-nilai tersebut meliputi (1) ketuhanan yang Maha Esa, (2) kemanusiaan yang adil dan beradab, (3) persatuan Indonesia, (4) kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan (5) keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Selaras dengan nilai-nilai luhur tersebut, Muslich (2013:80) mengemukakan bahwa nilai-nilai luhur selaras dengan lima pilar karakter. Lima pilar karakter tersebut meliputi (1) Transendensi yaitu menyadari bahwa manusia merupakan ciptaan Tuhan yang Maha Esa, (2) Humanisasi yaitu setiap manusia memiliki hakekat yang sama dimata Tuhan yang Maha Esa kecuali ilmu dan ketakwaan yang membedakannya, (3) Kebinekaan menyadari banyak perbedaan di dunia dan mampu mengambil kesamaan sebagai kekuatan, (4) liberalisasi

yaitu pembebasan atas penindasan sesama manusia, (5) keadilan merupakan kunci kesejahteraan.

Definisi lain juga dikemukakan oleh Gaffar dalam Kesuma (2011:5), bahwa pendidikan karakter adalah “sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu”. Kesuma dkk (2011:5) juga mendefinisikan pendidikan karakter dalam setting sekolah sebagai “pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah”. Pentingnya pendidikan karakter ini bertujuan untuk memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu pada peserta didik sehingga terwujud perilaku yang baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah atau lulus.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai karakter bangsa Indonesia ialah memaknai nilai-nilai luhur universal dan nilai-nilai luhur Pancasila. Nilai-nilai luhur ini dijadikan sebagai pandangan filosofis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai tersebut selaras dengan nilai-nilai yang terdapat dalam lima pilar karakter.

Kementerian Pendidikan Nasional (dalam Salahudian dan Alkrienchiechie, 2013:54-56) menjelaskan ada 18 (delapan belas) butir nilai karakter di antaranya (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4)

disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, (18) tanggung jawab. Delapan belas butir nilai karakter ini ditanamkan pada siswa melalui pengintegrasian butir nilai karakter pada semua muatan pelajaran dan setiap pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa.

Dokumen terkait