• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penegakan Hukum terhadap Kapal Asing Yang Melakukan Pencurian Ikan Di Wilayah Perairan Indonesia Berdasarkan Hukum Nasional

PERAIRAN INDONESIA BERDASARKAN UNCLOS 1982

E. Penegakan Hukum terhadap Kapal Asing Yang Melakukan Pencurian Ikan Di Wilayah Perairan Indonesia Berdasarkan Hukum Nasional

Penegakan hukum pada hakikatnya merupakan penegakan ide-ide atau konsep-konsep tentang keadilan, kebenaran, kemanfaatan sosial, dan sebagainya.

109 Ardigautama Agusta, Analisis Undang-Undang Kelautan di wilayah zona ekonomi eksklusif, Gea. Jurnal Pendidikan Geografi, Volume 17, Nomor 2, Oktober 2017, hlm 150

110 Ibid

Jadi Penegakan hukum merupakan usaha untuk mewujudkan ide dan konsep-konsep tadi menjadi kenyataan. Istilah penegakan hukum dengan penggunaan hukum. Penegakan hukum dan penggunaan hukum adalah dua hal yang berbeda.

Orang dapat menegakkan hukum untuk memberikan keadilan, tetapi orang juga dapat menegakkan hukum untuk digunakan bagi pencapaian tujuan atau kepentingan lain. Menegakkan hukum tidak persis sama dengan menggunakan hukum.111

Hukum sebagai salah satu sumber daya Negara, dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pencapaian tujuan mulia yang ingin dicapai oleh suatu masyarakat, bangsa dan negara. Di situlah inti dari politik hukum yang sesungguhnya.112 Penanganan pencurian ikan secara illegal oleh kapal asing di wilayah perairan Indonesia, maka pemerintah telah lebih memilih untuk menunjukkan sebuah aksi monumental peneggelaman kapal, yang diyakini efektif memberikan efek jera, adalah:

1. Bahwa hukum pidana juga dipergunakan untuk menegaskan atau menegakkan kembali nilai-nilai sosial dasar (basic social values) perilaku hidup bermasyarakat dalam Negara kesatuan Republik Indonesia yang dijiwai oleh falsafah dan idiologi Negara Pancasila

2. bahwa hukum pidana sedapat mungkin hanya dipergunakan dalam keadaan di mana cara lain melakukan pengendalian sosial tidak atau belum dapat diharapkan keefektifannya

111 Satjipto Rahardjo, Sisi-Sisi Lain dari Hukum di Indonesia, Cetakan Kedua, Jakarta, Buku Kompas, 2006, hlm. 169

112 Bernard L Tanya, Politik Hukum : Agenda Kepentingan Bersama, Jakarta, Genta Publishing, 2016, hlm 3

3. dalam menggunakan hukum pidana sesuai dengan kedua pembatasan itu, harus diusahakan dengan sungguh-sungguh bahwa caranya seminimal mungkin mengganggu hak dan kebebasan individu, tetapi tanpa mengurangi perlindungan terhadap kepentingan kolektifitas masyarakat demokratik Indonesia yang modern.113

Terkait dengan permasalahan pencurian ikan, upaya suatu negara yang mengalami kerugian juga merupakan hal yang patut diperhitungkan. Upaya yang diambil suatu negara dalam menangani kasus Illegal Fishing harus diatur dalam suatu peraturan yang jelas. Pada kenyataannnya upaya yang diambil oleh suatu negara dengan negara yang lain berbeda. Salah satunya adalah kasus Illegal Fishing yang terjadi di Indonesia pada akhir tahun 2014, yaitu upaya yang diambil oleh pemerintah Indonesia adalah penenggelaman kapal nelayan asing dengan cara peledakan atau penenggelaman.114

Penegakan hukum di laut merupakan langkah atau indakan serta upaya dalam rangka memelihara dan mengawasi ditaatinya ketentuan-ketentuan hukum baik hukum nasional maupun hukum internasional yang berlaku di Laut Yurisdiksi Nasional Indonesia.115

Penegakan hukum di laut tidak dapat dilepaskan dari masalah penegakan kedaulatan di laut. Pengertian penegakan hukum disatu pihak dan penegakan kedaulatan di lain pihak dapat dibedakan namun keduanya tidak dapat dipisahkan karena penegakan kedaulatan di laut mencakup penegakan hukum di laut.

113 Ibid

114 Ayu Efritadewi., Op.Cit., hlm 267

115 Teguh Prasetyo, Kriminalisasi dalam Hukum Pidana, Bandung, Nusa Media, 2010, hlm. 111

Penegakan kedaulatan dapat dilaksanakan tidak hanya dalam lingkup negara, melainkan dapat juga menjaring keluar batas negara, sedangkan penegakan hukum di laut adalah suatu proses kegiatan penangkapan dan penyidikan suatu kasus yang timbul sebagai akibat terjadinya pelanggaran di laut atas ketentuan hukum yang berlaku baik ketentuan hukum internasional maupun nasional, sehingga dalam pelaksanaannya penegakan kedaulatan dan penegakan hukum di laut dilakukan serentak. Dengan demikian adanya perbedaan penegakan hukum dengan penegakan kedaulatan tergantung intensitas ancaman yang dihadapi.

Sepanjang ancaman itu dianggap membahayakan eksistensi suatu negara, maka tindakan yang dapat diambil menghadapi ancaman tersebut adalah berupa penegakan kedaulatan.116

Dalam Pasal 103 KUHP yang berbunyi sebagai berikut: ”Ketentuan-ketentuan dalam Bab I sampai Bab VIII Buku ini juga berlaku bagi perbuatan-perbuatan yang oleh ketentuan perundang-undangan lain diancam dengan pidana, kecuali jika oleh undangundang ditentukan lain.” Berdasarkan ketentuan Pasal 103 tersebut, maka dikenal istilah tindak pidana umum dan tindak pidana khusus.

Tindak pidana umum adalah semua tindak pidana yang tercantum dalam KUHP dan semua undang-undang yang mengubah atau menambah KUHP. Tindak pidana khusus adalah semua tindak pidana yang diatur dalam peraturan perundang-undangan tertentu di luar KUHP salah satu diantaranya adalah UndangUndang Nomor 5 Tahun 1983 tentang ZEE Indonesia Undang-Undang

116 Raida L. Tobing dan Sriwulan Rios, Penegakan Kedaulatan dan Penegakan Hukum di Ruang Udara, Jurnal Penelitian Hukum de jure, Vol.01 No 2, Februari 1998, hal 50

Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.117

Penegakan hukum di laut sangat diperlukan bagi pengamanan di laut mengingat adanya berbagai bentuk ancaman atau gangguan terhadap kegiatan penggunaan atau pemanfaatan laut, antara lain:

1. Ancaman kekerasan, yaitu ancaman dengan menggunakan kekuatan bersenjata yang terorganisir dan mempunyai kemampuan untuk mengganggu serta membahayakan personel atau negara. Ancaman tersebut dapat berupa pembajakan, perompakan, sabotase obyek vital, peranjauan dan aksi teror.

2. Ancaman Navigasi, yaitu ancaman yang ditimbulkan oleh kondisi geografi dan hidrografi serta kurang memadainya sarana bantu navigasi, seperti suar, buoy dan lain-lain, sehingga dapat membahayakan keselamatan pelayaran.

3. Ancaman terhadap sumber daya laut, yaitu berupa pencemaran dan perusakan ekosistem laut, serta konflik pengelolaan sumber daya laut, yang memiliki kecenderungan mudah dipolitisasi dan selanjutnya akan diikuti dengan penggelaran kekuatan militer, misalnya dalam sengketa kepulauan.

4. Ancaman pelanggaran hukum, yaitu tidak dipatuhinya hukum nasional maupun internasional yang berlaku di perairan, seperti illegal fishing, illegal logging, penyelundupan dan lain-lain.118

Penegakan hukum di ZEEI, UU No. 5 Tahun 1983 Pasal 13 menentukan, bahwa dalam rangka melaksanakan hak berdaulat, hak-hak lain, yurisdiksi dan

117 Ketut Darmika, Penegakan Hukum Tindak Pidana Perikanan Oleh Kapal Perang Republik Indonesia, Jurnal Penelitian Hukum Legalitas, Vol. 9 | No.1, tahun 2015, hlm 32

118 Didik Heru Purnomo, Pengamanan Laut RI Bagian Barat, Jurnal Hukum Internasional, Desember 2004, hlm 32

kewajiban-kewajiban aparatur penegak hukum Republik Indonesia yang berwenang, dapat mengambil tindakan-tindakan penegakan hukum sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, dengan pengecualian sebagai berikut :

(a) Penangkapan terhadap kapal dan/atau orang-orang yang diduga melakukan pelanggaran di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia meliputi tindakan penghentian kapal sampai dengan diserahkannya kapal dan/atau orang-orang tersebut dipelabuhan dimana perkara tersebut dapat diproses lebih lanjut;

(b) Penyerahan kapal dan/atau orang-orang tersebut harus dilakukan secepat mungkin dan tidak boleh melebihi jangka waktu 7 (tujuh) hari, kecuali apabila terdapat keadaan force majeure;

(c) Untuk kepentingan penahanan, tindak pidana yang diatur dalam Pasal 16 dan Pasal 17 termasuk dalam golongan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (4) huruf b Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.119

Penegak hukum di ZEEI, Pasal 14 menentukan sebagai berikut :

(1) Aparatur penegak hukum di bidang penyidikan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia adalah Perwira Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut yang ditunjuk oleh Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.

119 Khaidir Anwar, Hukum Laut Internasional dalam Perkembangan, Jakarta, BP. Justice Publisher, 2014, hlm 24

(2) Penuntut umum adalah jaksa pada pengadilan negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat (3).

(3) Pengadilan yang berwenang mengadili pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini adalah pengadilan negeri yang da erah hukumnya meliputi pelabuhan dimana dilakukan penahanan terhadap kapal dan/atau orang-orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a.120

Pada tahun 1985 melalui UU no 17/1985, Indonesia meratifikasi UNCLOS 1982, hal ini berarti Indonesia sudah mengakui bahwa pasal-pasal dalam UNCLOS 1982 tersebut telah menjadi hukum positif di Indonesia. Oleh sebab itu, dalam memandang wilayah perairan dan laut, Indonesia harus melihat UNCLOS 1982 sebagai rujukan ketentuan hukum. 121

Penenggelaman kapal ikan asing yang dilakukan oleh pemerintah RI melalui otoritas.

1. Penenggelaman kapal melalui putusan pengadilan.

a. Otoritas yang menangkap kapal ikan asing membawa kapal dan ABK ke darat;

b. Di darat dimana ada pengadilan perikanan akan dilaksanakan proses hukum;

c. Setelah disidang dan di vonis bersalah dan putusan mempunyai kekuatan hukum tetap maka kapal yang tertangkap tersebut akan disita;

120 Ibid

121 Dedi Gunawan Widyatmoko, Loc.Cit

d. Apabila kapal disita maka tergantung pada jaksa eksekutor akan melakukan apa terhadap kapal tersebut, apakah kapal akan dilelang atau di musnahkan;

e. Apabila dimusnahkan menjadi pilihan maka salah satu cara adalah diledakkan dan ditenggelamkan;

2. Tertangkap tangan oleh otoritas. Cara kedua ini didasarkan pada Pasal 69 Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 yang berbunyi :

a. Kapal pengawas perikanan berfungsi melaksanakan pengawasan dan penegakan hukum dibidang perikanan dalam wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia;

b. Kapal pengawas perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilengkapi dengan senjata api;

c. Kapal pengawas perikanan dapat menghentikan, memeriksa, membawa dan menahan kapal yang diduga atau patut melakukan pelanggaran di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia ke pelabuhan terdekat untuk pemprosesan lebih lanjut;

d. Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) penyidik dan/atau pengawas perikanan dapat melakukan tindakan khusus berupa pembakaran dan/atau penenggelaman kapal perikanan yang berbendera asing berdasarkan bukti permulaan yang cukup.122

Tindakan tegas terhadap para pelaku pencurian ikan berupa pembakaran dan/atau penenggelaman kapal perikanan berbendera asing dapat dilaksanakan

122 Ayu Efritadew., Op.Cit., hlm 269

pada saat dilakukan pemeriksaan di tengah laut (dalam proses penyidikan).

Tindakan penenggelam kapal ikan berbendera asing dapat dilaksanakan pada saat dilakukan pemeriksaan di tengah laut berdasarkan ketentuan Pasal69 ayat (4) Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan yang menyatakan: dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud ayat (1) penyidik dan/atau pengawas perikanan dapat melakukan tindakan khusus berupa pembakaran dan/atau penenggelaman kapal perikanan yang berbendara asing berdasarkan bukti permulaan yang cukup.123

Di dalam penjelasan Pasal 69 ayat (4) tersebut, bukti permulaan yang cukup adalah bukti permulaan untuk menduga adanya tindak pidana di bidang perikanan oleh kapal perikanan berbendera asing, misalnya kapal perikanan berbendera asing tidak memiliki SIPI dan SIKPI, serta nyata-nyata menangkap dan/atau mengangkut ikan ketika memasuki wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia . Ketentuan ini menunjukkan bahwa tindakan khusus tersebut tidak dapat dilakukan dengan sewenang-wenang, tetapi hanya dilakukan apabila penyidik dan/atau pengawas perikanan yakin bahwa kapal perikanan berbendera asing tersebut betul-betul melakukan tindak pidana di bidang perikanan.124

123 Ketut Darmika, Op.Cit., hlm 490

124 Ibid., hlm 490-491

F. Penegakan Hukum Terhadap Kapal Asing Yang Melakukan Pencurian