• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaturan Hukum Nasional Terhadap Penengelaman Kapal Asing Yang Melakukan Pencurian Ikan Di Wilayah Perairan Indonesia

DI WILAYAH PERAIRAN INDONESIA

F. Pengaturan Hukum Nasional Terhadap Penengelaman Kapal Asing Yang Melakukan Pencurian Ikan Di Wilayah Perairan Indonesia

Perairan Kepulauan adalah zona maritim yang tidak dimiliki oleh semua negara pantai, namun hanya dimiliki oleh negara-negara pantai yang dapat digolongkan sebagai negara kepulauan. Pasal 49 UNCLOS 1982 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Perairan Kepulauan adalah perairan yang dilingkupi oleh Garis Pangkal Kepulauan (archipelagic base line) tanpa memperhatikan kedalaman dan jaraknya dari garis pantai.56 Sebuah negara yang dikategorikan sebagai negara kepulauan memiliki kedaulatan penuh di dalam wilayah perairan kepulauannya, ruang udara diatasnya, dalam dasar laut di

54 Usmawadi Amir, Penegakan Hukum Iuu Fishing Menurut Unclos 1982, (Studi Kasus:

Volga Case) Jurnal Opinio Juris, Vol. 12 Januari-April 2013, hlm 72-73

55 J.G. Starke, Pengantar Hukum Internasional, Jakarta, Aksara Persada Indonesia, 2009.

56 Pasal 49 UNCLOS 1982

bawahnya, di bawah tanah dan juga atas kekayaan yang terkandung di dalamnya.57

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia, wilayah perairan Indonesia meliputi laut teritorial Indonesia, perairan kepulauan, dan perairan pedalaman. Wilayah perairan tersebut menjadi wilayah yang berada di bawah Kedaulatan Negara Republik Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pasal 4. Oleh karena itu Indonesia mempunyai wewenang penuh terhadap wilayah tersebut dan dapat menetapkan hukum dalam wilayah kedaulatannya.58

Lebih lanjut, jika mengacu pada Undang-Undang Nomor 32 tahun 2014 tentang Kelautan, Zona Maritim dibagi menjadi Wilayah Perairan dan Wilayah Yurisdiksi. Wilayah perairan meliputi Perairan Pedalaman, Perairan Kepulauan dan Laut Teritorial. Sedangkan Wilayah Yurisdiksi meliputi Zona Tambahan, Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan Landas Kontinen sedangkan pada Zona Tambahan negara hanya mempunyai Yurisdiksi tertentu, pada ZEE dan Landas Kontinen hanya tempat berdaulat. Dalam Zona dimana negara pantai mempunyai kedaulatan penuh negara dapat menerapkan aturan hukum nasionalnya sama seperti yang ditetapkan diwilayah daratnya kepada orang, benda, ataupun peristiwa yang terjadi di Zona tersebut. Mengacu pada pasal 5 ayat (3) Undang-Undang 32 tahun 2014 tentang kelautan yaitu kedaulatan Indonesia sebagaimana pada ayat (2) tunduk pada ketentuan peraturan perundang-undangan, konvensi

57Suryo Sakti Hadiwijoyo, Perbatasan Negara Dalam Dimensi Hukum Internasional, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2011, hlm 30

58 Budiyono, Pembatasan Kedaulatan Negara Kepulauan Atas Wilayah Laut, Bandar Lampung,Justice Publisher, 2014, hlm 84

perserikatan bangsa-bangsa tentang hukum laut tahun 1982 dan hukum internasional terkait lainnya.

Keberadaan sumber daya Ikan yang terkandung di dalam laut teritorial Indonesia sangat banyak, baik dari segi kualitasnya maupun beraneka ragam jenisnya dapat di kelola dan dimanfaatkan untuk kemasyarakatan bangsa dan negara, khususnya masyarakat secara keseluruhan. dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 yang sekarang menjadi Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 telah di tegaskan bahwa laut territorial yang berada di bawah kedaulatan dan yuridiksi negara kesatuan Republik Indonesia dan zona ekonomi eksklusif Indonesia serta laut lepas berdasarkan ketentuan internasional, mengandung sumber daya Ikan dan lahan pembudidaya Ikan yang potensial, merupakan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa.59

Pencurian kekayaan laut dalam bentuk ikan, banyak dilakukan oleh nelayan asing. Penangkapan ikan tanpa izin, banyak dilakukan di perairan laut Indonesia dengan peralatan lengkap umumnya mereka mempergunakan pukat harimau. Modus operasinya bermacam-macam antara lain dengan mempekerjakan nelayan lokal maupun memakai kapal asing berbendera Merah dan Putih (bendera Republik Indonesia), namun mereka tidak memiliki izin untuk menangkap ikap di perairan laut wilayah Indonesia. Pencurian ikan semacam ini cukup merugikan negara. Pernah tertangkap nelayan asing telah berhasil menangkap ikan sebanyak 20 ton. Seperti diberitakan, kapal asing yang mencuri ikan di perairan Indonesia mencapai 1000 kapal per hari. Perairan yang rawan pencurian, antara lain, laut

59 Supriadi dan Alimuddin, Op.Cit., hlm 5

Natuna yang berbatasan dengan laut Cina Selatan, perairan Sulawesi Utara yang berbatasan dengan Samudra Pasifik dan Laut Arafura. Pencurian ikan oleh kapal-kapal asing dilakukan secara terang-terangan, menggunakan alat tangkap pukat harimau (trawl) yang menangkap mulai dari benih hingga ikan besar. Kerugian Indonesia akibat pencurian ikan setiap tahun sekitar Rp. 30 triliun.60

UNCLOS 1982, hak Indonesia atas perairan dan lautnya dibagi menjadi 2 kategori besar. Pertama adalah Perairan Kedaulatan Indonesia (sovereignty) yang terdiri atas Perairan Pedalaman (sungai, teluk, pelabuhan dll), Perairan Kepulauan (Selat dan Laut antara pulau-pulau di Indonesia yang berada di dalam Garis Pangkal) dan Laut Teritorial (12 Nm dari Garis Pangkal). Pada Perairan Kedaulatan ini, hak negara pantai (Indonesia) adalah berdaulat penuh atas air, wilayah udara di atasnya, dasar laut dan bawah laut. Penggolongan kedua adalah Hak Berdaulat (sovereign right) atas kekayaan alam. Yang termasuk dalam penggolongan ini adalah ZEE dan Landas Kontinen (12 sd 200 Nm dari Garis Pangkal) dan Landas Kontinen Tambahan (extended continental shelf sejauh maksimal 350 Nm atau 100 Nm di luar Isobar 2.500 m dan harus dibuktikan secara ilmiah dan submit ke the Commission on the Limits of the Continental Shelf - CLCS).61

Aturan mengenai prosedur penegakan hukum atas pelaku IUU Fishing di Laut Pedalaman, Perairan Kepulauan dan Laut Teritorial tidak dibahas secara khusus dalam UNCLOS 1982. Akan tetapi apabila kita kaji bahwa hak negara lain

60 Sukandarrumidi, Mari Kembali Ke Laut (Mengenal Potensi Bahari Yang Tak Habis Terkuras) Dengan Studi Kasus, Yogyakarta, Yayasan Pustaka Nusatama, 2009, hlm. 172.

61Dedi Gunawan Widyatmoko, https://news.detik.com/kolom/d-3818937/

penenggelaman-kapal-asing-dalam-konvensi-hukum-laut-1982/diakses tanggal 29 Oktober 2018

atas perairan-perairan tersebut hanyalah Hak Lintas (Lintas Damai untuk Laut Teritorial dan Lintas ALKI untuk Perairan Kepulauan), maka setiap pelanggaran atas ketentuan hak lintas tersebut merupakan hak negara pantai (Indonesia) untuk menegakkanya sesuai peraturan perundang-undangan. Salah satu tindakan yang melanggar Hak Lintas Damai kapal-kapal negara lain adalah seluruh aktivitas menangkap ikan (UCLOS 1982 Pasal 19 ayat 2(i)). Sudah menjadi hak dan kewajiban negara pantai (Indonesia) untuk menjaga kedaulatan wilayahnya pada perairan-perairan tersebut dengan menerapkan hukum domestik atas pelanggaran Lintas Damai oleh kapal asing. Aktivitas IUU Fishing oleh kapal asing pada perairan-perairan tersebut adalah pelanggaran Kedaulatan Indonesia sebagaimana latihan perang, aktivitas yang menyebabkan polusi, melaksanakan riset, propaganda dan spionase dan aktivitas-aktivitas sejenisnya. 62

Penegakan hukum oleh negara pantai atas ZEE diatur dalam Pasal 73 UNCLOS 1982 ayat 1 dalam Pasal 73 tersebut menyatakan bahwa negara pantai bisa untuk mengambil tindakan-tindakan dalam melindungi hak-haknya di ZEE seperti menghentikan, memeriksa, dan menangkap kapal asing yang terbukti melakukan IUU Fishing. Ayat (2) menyebutkan bahwa kapal dan ABK-nya harus segera dilepas setelah memberikan jaminan yang cukup. Pada ayat 3 menjelaskan bahwa hukuman bagi pelanggaran UU Perikanan di ZEE tidak termasuk hukuman penjara. Ayat 4-nya menjelaskan bahwa dalam hal penangkapan kapal asing di ZEE, negara pantai harus dengan cepat memberitahu negara asal (flag state) sesuai jalur termasuk dalam hal hukuman yang diberikan.

62 Ibid

Pasal 73 UNCLOS ini tidak secara detail membahas tentang boleh atau tidaknya menenggelamkan kapal pelaku IUU Fishing. Akan tetapi apabila kita lihat keseluruhan ayat 1 sampai 4, sangat jelas adanya hak negara bendera (Flag State) untuk mendapatkan pemberitahuan (notification) atas perlakuan terhadap

kapal-kapal ikannya yang diperiksa, ditangkap, dan diproses hukum oleh negara pantai (Indonesia) di ZEE Indonesia. 63

Untuk ZEE, UNCLOS memberi guidance untuk memberi notifikasi negara asal kapal pelaku IUU Fishing atas tindakan-tindakan hukum negara pantai (Indonesia). Menteri KKP dalam berbagai kesempatan mengatakan bahwa pihaknya sudah sering berkomunikasi dengan duta besar negara-negara asal kapal yang ditenggelamkan dan tidak ada protes dari pihak mereka. Ada kemungkinan mereka menyadari kesalahan kapal-kapalnya atau justru kapal tersebut bukan benar-benar berada di bawah administrasi negara tersebut (stateless ships).

Undang-Undang ini mengatur bahwa setiap orang yang melakukan usaha perikanan di bidang penangkapan, pembudidayaan, pengangkutan, pengolahan, dan pemasaran ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia dan di ZEEI wajib memiliki Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP), Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) dan Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI).64Pada kenyataannya kapal-kapal asing banyak yang tidak memenuhi syarat tersebut, dalam hal ini

63 Ibid

64 Pasal 26, 27, 28 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan

tidak memiliki kelengkapan surat-surat tersebut. Bahkan ada juga yang memiliki surat-surat yang ternyata merupakan surat palsu.65

Tindakan khusus penenggelaman kapal asing oleh Indonesia sebenarnya bukanlah hal yang baru karena aturan mengenai tindakan tersebut telah tercantum sejak tahun 2009 pada UU No. 45 tahun 2009 tentang Perikanan Pasal 69 ayat 4 UU tersebut menyatakan bahwa: penyidik dan/atau pengawas perikanan dapat melakukan tindalan khusus berupa pembakaran dan/atau penenggelaman kapal perikanan yang berbendera asing berdasarkan bukti permulaan yang cukup.

Undang-Undang Perikanan selain berisi hukum pidana materil yang berisi petunjuk dan uraian tentang delik juga berisi hukum pidana formil yang mengatur bagaimana negara melalui alat-alatnya melaksanakan haknya untuk memidana dan menjatuhkan pidana.66

Pada tanggal 11 Desember 1982, UNCLOS 1982 yang diratifikasi ke dalam UU Nomor 17 Tahun 1985, menetapkan asas-asas dasar untuk penataan kelautan. Tidak dapat disangkal lagi bahwa UNCLOS 1982 ini merupakan suatu perjanjian internasional sebagai hasil dari negosiasi antar lebih dari seratus negara, yang mengatur materi yang begitu luas dan kompleks. Secara rinci UNCLOS 1982 menetapkan hak dan kewajiban, kedaulatan, hak-hak berdaulat, dan yuridiksi negara-negara dalam pemanfaatan dan pengelolaaan laut. Dengan UU No. 17 Tahun 1985 ini berarti Indonesia telah menundukkan diri pada konvensi

65 Akhmad Solihin, Pemberantasan Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing Menurut Hukum Internasional dan Implementasinya Dalam Peraturan Perundang-Undangan Nasional, tesis, Universitas Padjadjaran, Bandung, 2008, hlm. 163

66Firmansyah Abdul, Pencurian Ikan Oleh Kapal Asing Di Wilayah Teritorial Indonesia Dalam Perspektif Hukum Positif Di Indonesia Lex et Societatis, Vol. IV/No. 1/Jan/2016, hlm 157

ini, sehingga segala kebijakan Indonesia di bidang kelautan harus sesuai dengan ketentuan konvensi tersebut.67

Pengaturan kewajiban kapal asing yang berada di wilayah laut nasional, sudah ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2002, tentang Hak dan Kewajiban Kapal Asing Melaksanakan Lintas Damai Melalui Perairan Indonesia (Pasal 4 ayat (1), huruf a). Isi ketentuan pasal tersebut yaitu: (1) Dalam melaksanakan Lintas Damai melalui Laut Teritorial dan Perairan Kepulauan, kapal asing tidak boleh melakukan salah satu kegiatan-kegiatan sebagai berikut: Melakukan perbuatan yang merupakan ancaman atau penggunaan kekerasan terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, kemerdekaan politik Negara pantai, atau dengan cara lain apapun yang merupakan pelanggaran asas hukum internasional sebagaimana tercantum dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.68

Regulasi nasional yang menguatkan sanksi bagi pengancam kedaulatan (pencuri ikan) adalah Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996, tentang Perairan Indonesia, yang materinya: ayat (1) Yurisdiksi dalam penegakan kedaulatan dan hukum terhadap kapal asing yang sedang melintasi laut teritorial dan perairan kepulauan Indonesia dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Konvensi, hukum internasional lainnya, dan peraturan perundang-perundangan yang berlaku.69

67 Ibid

68*Hertria Maharani Putri, dkk. Kebijakan Penenggelaman Kapal Pencuri Ikan Di Wilayah Perairan Indonesia Dalam Perspektif Hukum Kebijakan Sosek KP Vol. 7 No. 2 Desember 2017, hlm 96

69 Ibid

Penjelasan Pasal 24 ayat (2), menyebutkan bahwa yurisdiksi terhadap kapal asing bisa mengenai pidana, perdata, dan lainnya. Pasal sanksi pidana pelaku pencurian menurut UU Perikanan diatur dalam Pasal 69 ayat (4): Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud ayat (1) penyidik atau pengawas perikanan dapat melakukan tindakan khusus berupa pembakaran atau penenggelaman kapal perikanan yang berbendera asing berdasarkan bukti permulaan yang cukup.70

Pengaturan pencurian ikan terkait dengan wilayah kedaulatan berdasarkan UNCLOS 1982, yaitu laut teritorial, perairan pedalaman, dan perairan kepulauan berwenang menetapkan hukum demi menjaga kedaulatannya. Di sisi lain, pada ZEEI, Indonesia hanya dapat memberikan sanksi berupa denda administrasi dan meminta reasonable bond (uang jaminan yang layak) kepada kapal asing yang melakukan perbuatan pencurian ikan. 71Implementasi ketentuan UNCLOS 1982 terkait dengan tindak pidana di bidang perikanan (illegal fishing), dijabarkan dalam beberapa peraturan perundang-undangan nasional. Peraturan-peraturan tersebut antara lain adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia, Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI), dan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan yang mengatur dengan tegas pemberian sanksi

70 Ibid

71 R. Ismala Dewi, Penegakan Hukum Tindak Pidana Di Bidang Perikanan, Jakarta, Dian Rakyat, 2016, hlm 8

berupa pembakaran dan/atau penenggelaman kapal asing yang melakukan pencurian ikan di wilayah perairan Indonesia.72

72 Ibid., hlm 8-9

BAB III

DAMPAK PENENGGELAMAN KAPAL ASING YANG MELAKUKAN