• Tidak ada hasil yang ditemukan

DI WILAYAH PERAIRAN INDONESIA

D. Wilayah Perairan Indonesia

Konsepsi negara kepulauan diterima oleh masyarakat internasional dan dimasukkan kedalam UNCLOS III Tahun 1982, utamanya pada Pasal 46. Dalam pasal tersebut, disebutkan bahwa, “Negara Kepulauan” berarti suatu negara yang seluruhnya terdiri dari satu atau lebih kepulauan dan dapat mencakup pulau-pulau lain. Sedangkan pengertian “kepulauan” berarti suatu gugusan pulau, termasuk bagian pulau, perairan diantaranya dan lain-lain wujud alamiah yang hubungannya satu sama lain demikian beratnya sehingga pulau-pulau, perairan dan wujud alamiah lainnya itu merupakan suatu kesatuan geografis, ekonomi dan politik yang hakiki, atau yang secara historis dianggap sebagai demikian.29

Perairan Indonesia yang meliputi laut territorial, perairan pedalaman, perairan kepulauan laut, zona ekonomi eksklusif, dan landas kontinen Indonesia, baik permukaan lautnya, daerah perairannya, maupun derah dasar laut dan tanah dibawahnya memiliki manfaat atau fungsi yang sangat besar. 30

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia, menyatakan pada Pasal 3 ayat:

(1) Wilayah Perairan Indonesia meliputi laut teritorial Indonesia, perairan kepulauan, dan perairan pedalaman.

29 Maskun .http://www.negarahukum.com/hukum/konsepsi-negara-epulauan.html,diakses tanggal 28 Oktober 2018

30 Abdul Muthalib Tahar, Zona-zona Maritim Berdasarkan Konvensi Hukum Laut 1982 dan Perkembangan Hukum Laut Indonesia, Lampung, Universitas Lampung, 2011, hlm. 5-6.

(2) Laut Teritorial Indonesia adalah jalur laut selebar 12 (dua belas) mil laut yang diukur dari garis pangkal kepulauan Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.

(3) Perairan Kepulauan Indonesia adalah semua perairan yang ter-letak pada sisi dalam garis pangkal lurus kepulauan tanpa mem-perhatikan kedalaman atau jaraknya dari pantai.

(4) Perairan Pedalaman Indonesia adalah semua perairan yang terletak pada sisi darat dari garis air rendah dari pantaipantai Indo-nesia, termasuk ke dalamnya semua bagian dari perairan yang terletak pada sisi darat dari suatu garis penutup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7.31

Secara geografis sebagai negara Kepulauan, Negara Republik Indonesia terletak di sekitar khatulistiwa antara 94°45' BT-141°01' BT dan dari 06° 08' LU-11°05' LS, sedangkan secara spasial, wilayah teritorial Indonesia membentang dari barat ke timur sepanjang 5.110 km dan dari utara ke selatan 1.888 km². 65%

dari seluruh wilayah Indonesia ditutupi oleh laut dengan luas total perairan laut Indonesia mencapai 5,8 juta km2 , terdiri dari 3,1 juta km² wilayah laut kedaulatan (0,3 juta KM2 Perairan Teritorial, dan 2,8 juta km2 Perairan Nusantara) dan 2,7 km² laut ZEE berdasarkan UNCLOS 1982. Oleh sebab itu keberadaan suatu lembaga yang menjalankan fungsi Keamanan dan Keselamatan di wilayah laut Indonesia adalah hal yang mutlak demi tegaknya Kedaulatan dan Hukum serta

31Lusy K. F. R. Gerungan, Penegakan Hukum Di Wilayah Perairan Indonesia Lex et Societatis, Vol. IV/No. 5/Mei/2016, hlm 7

terpeliharanya segala aspek kelautan dan pemanfaatannya demi kepentingan nasional.32

Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia telah memperkuat kedudukan dan landasan hukum yang mengatur wilayah perairan Indonesia, kedaulatan, yurisdiksi, hak dan kewajiban serta kegiatan di perairan Indonesia dalam rangka pembangunan nasional berdasarkan Wawasan Nusantara.11 Berdasarkan data yang dimiliki terdapat 17.508 pulau dan yang telah terinventarisir sejumlah 7. 353 pulau yang bernama dan 10.155 pulau yang belum bernama yang tersebar di seluruh NKRI. Dari antara 7.353 pulau yang bernama tersebut, terdapat 67 pulau yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan 10 di antaranya perlu mendapat perhatian khusus, karena terletak di perbatasan terluar yang langsung berbatasan dengan negara tetangga.33

Pengaturan dalam Bab IV UNCLOS 1982 dimulai dengan penggunaan istilah negara kepulauan (archipelagic state). Pada pasal 46 butir (a) disebutkan bahwa, “Negara Kepulauan adalah suatu negara yang seluruhnya terdiri dari satu atau lebih kepulauan dan dapat mencakup pulau-pulau lain”. Maksud dari Pasal 46 butir (a) tersebut adalah, secara yuridis, pengertian negara kepulauan akan berbeda artinya dengan definisi negara yang secara geografis wilayahnya berbentuk kepulauan. Hal ini dikarenakan, dalam Pasal 46 butir (b) disebutkan bahwa kepulauan adalah suatu gugusan pulau-pulau, termasuk bagian pulau, perairan diantaranya dan lain-lain wujud alamiah yang hubungannya satu sama lain demikian erat sehingga pulau-pulau, perairan dan wujud alamiah lainnya itu

32 Ibid

33 Ibid

merupakan suatu kesatuan geografis, ekonomi dan politik yang hakiki atau yang secara historis dianggap sebagai demikian. Dengan kata lain, Pasal 46 ini membedakan pengertian yuridis antara negara kepulauan (archipelagic state) dengan kepulauan (archipelago) itu sendiri.34

Indonesia telah mengundangkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia , dimana tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia ini merupakan realisasi juridis perluasan wilayah laut, terutama yang menyangkut keadaan ekonomi dalam pengeloloahan , pengawasan dan pelestarianya. Sehingga upaya untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa dengan cara memanfaatkan sumber daya alam laut dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.35

Perairan nusantara (archipelagic waters) adalah perairan yang berada di antara pulaupulau dengan batas luarnya adalah garis pangkal kepulauan (Pasal 49 UNCLOS 1982). Indonesia mempunyai kedaulatan penuh atas wilayah laut, dasar laut dan subsoil, serta udara di atasnya berikut sumber daya alam yang terkandung di dalamnya dengan kewajiban untuk menjamin terselenggaranya hak lintas damai (Pasal 52 UNCLOS 1982) dan hak lintas pada alur-alur laut kepulauan Indonesia (Pasal 53 UNCLOS 1982), serta menghormati hak-hak penangkapan ikan tradisional, hak yang terbit dari perjanjian-perjanjian yang telah ada dan hak-hak atas kabel dan pipa dasar laut yang telah ada (Pasal 51 UNCLOS 1982).36

34 Abdul Muthalib Tahar., Loc.Cit

35 P. Joko Subagyo , Hukum Laut Indonesia, Jakarta, Rineka Cipta , 2005, hlm 63

36Tommy Hendra Purwaka, Tinjauan Hukum Laut Terhadap Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia Mimbar Hukum Volume 26, Nomor 3, Oktober 2014, hlm 360

Kawasan laut Indonesia sangat luas, mencapai 3.273.810 km2,anugerah ini sangat menguntungkan bagi Indonesia, sebab di wilayah laut Indonesia terkandung berbagai macam sumber daya kelautan, mulai dari berbagai macam jenis ikan seperti pelagis besar, pelagis kecil, demersal dan udang hingga terumbu karang berkembang biak dengan baik di perairan Indonesia sebagai tempat tinggal ikan yang dimiliki Indonesia sekitar 574 spesies jenis karang dari 605 total jenis terumbu karang yang diketahui dunia.37

Laut teritorial (territorial sea) adalah perairan selebar 12 mil laut diukur dari garis pangkal kepulauan dimana Indonesia memiliki kedaulatan penuh atas wilayah laut, dasar laut, subsoil, dan udara di atasnya berikut sumber daya alam yang terkandung di dalamnya. Indonesia mempunyai kewajiban untuk menjamin terselenggaranya hak lintas damai baik melalui alur kepulauan maupun alur-alur tradisional untuk pelayaran internasional (Pasal 49, 52 dan 53 UNCLOS 1982). Zona tambahan (contiguous zone): Pasal 48 UNCLOS 1982 memberi peluang kepada negara kepulauan untuk mendeklarasikan zona tambahan selebar 24 mil laut diukur dari garis pangkal kepulauan atau 12 mil laut diukur dari batas luar laut teritorial, namun demikian Indonesia belum memanfaatkan peluang tersebut.38

Zona ekonomi eksklusif (exclusive economic zone) adalah perairan laut selebar 200 mil laut diukur dari garis pangkal kepulauan atau 188 mil laut diukur dari batas luar laut teritorial (Pasal 55 jo. Pasal 57 UNCLOS 1982). Indonesia mempunyai hak-hak berdaulat untuk melakukan eksplorasi, eksploitasi,

37 Ni Wayan Purnama Sari. “Metode Baru Sebagai Usaha Untuk Merehabilitasi Terumbu Karang di Indonesia Secara Cepat”, Majalah Ilmiah Oseana, No. 1, vol. XL, (2015), hlm. 27.

38 Tommy Hendra Purwaka., Loc.Cit.

konservasi, dan pengelolaan sumber daya alam, baik hayati maupun non hayati, yang terkandung di perairan, dasar laut, dan subsoil, pendirian bangunan laut, penelitian ilmiah kelautan, dan perlindungan lingkungan laut (Pasal 56 UNCLOS 1982). Perairan ZEE berstatus laut lepas, demikian juga status udara diatasnya. Di wilayah tersebut berlaku kebebasan bagi pelayaran dan penerbangan. Ketentuan-ketentuan hukum mengenai ZEE diatur dalam UU Nomor 5 Tahun 1980 tentang ZEE Indonesia dan Bab V UNCLOS 1982. Landas kontinen (continental shelf) adalah wilayah dasar laut termasuk subsoil yang merupakan kelanjutan alamiah dari daratan pulau-pulau Indonesia. Bila kelanjutan alamiah tersebut bersifat landai, maka batas terluar landas kontinen ditandai dengan adanya continental slope. Bila kelanjutan alamiah bersifat curam secara mendadak tidak jauh dari

letak garis pangkal kepulauan, maka batas terluar landas kontinen berimpit dengan batas luar ZEE, yaitu 200 mil laut diukur dari garis pangkal kepulauan. Ketentuan hukum landas kontinen tersebut diatur dalam UU Nomor 1 Tahun 1973 tentang Landas Kontinen Indonesia dan Bab VI UNCLOS 1982.39

Berdasarkan UNCLOS 1982 zona laut suatu negara dapat dibagi menjadi zona yang di mana negara memiliki kedaulatan penuh di dalamnya dan zona di mana negara hanya memiliki yurisdiksi yang terbatas dan hak berdaulat saja. Zona maritim di mana negara pantai mempunyai kedaulatan penuh adalah perairan pedalaman (internal waters), perairan kepulauan (archipelagic waters), dan laut teritorial (territorial sea). Dengan demikian batas terluar dari zona laut di mana suatu negara mempunyai kedaulatan penuh adalah batas terluar dari laut

39 Ibid

teritorialnya yakni berdasarkan UNCLOS 1982 tidak boleh melebihi 12 mil laut diukurdari garis pangkalnya. Sedangkan zona maritim di mana negara pantai mempunyai yurisdiksi yang terbatas adalah zona tambahan (contiguous zone), zona ekonomi eksklusif (ZEE) dan landasan kontinen (continental shelf). Di luar dari zona-zona ini, yakni di laut lepas (high seas) dan kawasan dasar laut internasional (international sea bed area) tidak ada satu negara pun yang dapat mengklain kedaulatan ataupun yurisdiksi di atasnya.40

Negara lain memang masih bisa menikmati hak lintas damai melalui laut teritorial, perairan pedalaman, ataupun perairan kepulauan dari suatu negara namun itu harus dilakukan dengan seizin dari negara pantai dan tunduk pada aturan hukum nasional negara pantai tersebut dan UNCLOS 1982. Hal yang berbeda terjadi di ZEE dan Zona tambahan di mana yuridiksi suatu negara terbatas karena dalam UNCLOS 1982, negara pantai hanya diakui memiliki hak berdaulat dan yurisdiksi terbatas sesuai yang telah ditetapkan dalam UNCLOS 1982. Dalam ZEE negara mempunyai hak berdaulat dan yurisdiksi mengenai eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam, baik hayati maupun non-hayati, atau kegiatan lain yang berkaitan dengan eksploitasi ZEE seperti pemanfaatan arus air dan angin untuk menghasilkan energi, serta mencakup kegiatan pemakaian dan pembuatan pulau buatan, instalasi dan bangunan, atau kegiatan riset ilmiah kelautan, dan perlindungan dan pelestarian lingkungan laut. Dalam zona tambahan negara pantai dapat mengklaim melalui peraturan perundang-undanganya

40 Gerald Alditya Bunga, Pembentukan Undang Undang Tentang Zona Tambahan Sebagai Langkah Perlindungan Wilayah Laut Indonesia, Jurnal Selat, Mei VOl. 2 No. 2 Edisi 4, 2014, hlm 263

yurisdiksi legislatif dan yurisdiksi penegakan hukum di wilayah tersebut.

Yurisdiksi legislatif merupakan yurisdiksi suatu negara untuk membuat atau menetapkan suatu peraturan perundang-undangan mengenai suatu obyek atau perma-salahan yang belum terdapat aturan yang mengatur mengenainya dalam hukum nasionalnya.41

Wilayah Perairan Indonesia meliputi laut teritorial Indonesia, perairan kepulauan, dan perairan pedalaman.42 Laut Teritorial Indonesia adalah jalur laut selebar 12 (dua belas) mil laut yang diukur dari garis pangkal kepulauan Indonesia,43 Sedangkan Perairan Kepulauan Indonesia adalah semua perairan yang terletak pada sisi dalam garis pangkal lurus kepulauan tanpa memperhatikan kedalaman atau jaraknya dari pantai.44 Adapun perairan Pedalaman Indonesia adalah semua perairan yang terletak pada sisi darat dari garis air rendah dari pantai-pantai Indonesia, termasuk ke dalamnya semua bagian dari perairan yang terletak pada sisi darat dari suatu garis penutup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7.45

Ketentuan Pasal 7 ini menentukan bahwa di dalam perairan kepulauan, untuk penetapan batas perairan pedalaman, Pemerintah Indonesia dapat menarik garis-garis penutup pada mulut sungai, kuala, teluk, anak laut, dan pelabuhan.46Di mana perairan pedalaman terdiri atas : (a) laut pedalaman, yaitu bagian laut yang terletak pada sisi darat dari garis penutup, pada sisi laut dari garis air rendah; dan

41 Ibid., hlm 264

42 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia, Pasal 3 ayat (1)

43 Ibid, ayat (2)

44 Ibid, ayat (3)

45 Ibid, ayat (4)

46 Ibid, Pasal 7 ayat (1

(b) perairan darat, yaitu segala perairan yang terletak pada sisi darat dari garis air rendah, kecuali pada mulut sungai perairan darat adalah segala perairan yang terletak pada sisi darat dari garis penutup mulut sungai.47

E. Yurisdiksi Indonesia dalam Penenggelaman Kapal Asing Pencuri Ikan