• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

G. Penegasan Istilah

Analisis gender merupakan analisis kritis yang mempertajam analisis kritis yang sudah ada (Fakih, 2012:5).

2) Tokoh Utama Perempuan

Di dalam bukunya (Sugihastuti, 2010: 137), tokoh utama perempuan merupakan tokoh sentral karena keterlibatannya dalam peristiwa-peristiwa yang membangun cerita cukup tinggi (Nurgiyantoro, 1998: 176-177;

Sudjiman, 1991:18).

3) Novel Cinta di Dalam Gelas

Novel Cinta di Dalam Gelas merupakan merupakan novel karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh PT. Bentang Pustaka.

4) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) merupakan pegangan seorang guru dalam mengajar di dalam kelas untuk pemahaman sebelum melakukan pembelajaran (Sukirno, 2009: 109).

Berdasarkan penjelasan dari istilah-istilah tersebut, dapat diketahui bahwa maksud dari penelitian yang berjudul “Analisis GenderTokoh Utama Perempuan Novel Cinta di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di Kelas XII SMA” adalah sebagai referensi pembelajaran untuk mengetahui kata-kata yang belum dimengerti guna memperlancar penelitian yang sedang dilakukan.

H. Sistematika Skripsi

Skripsi ini berjudul “Analisis Gender Tokoh Utama Perempuan Novel Cinta di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di Kelas XII SMA” yang terdiri dari tiga bagian, yaitu (1) bagian awal, (2) bagian isi, (3) bagian akhir.

Pada bagian awal skripsi, penulis menyajikan judul skripsi, pengesahan, prakata, daftar isi, daftar lampiran, moto, dan persembahan, serta abstrak.

Sementara itu, pada bagian isi penulis menyajikan isi skripsi yang terdiri dari lima bab, yang tersusun sebagai berikut.

Bab I adalah pendahuluan. Berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sisitematika skripsi.

Bab II berisi tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Tinjauan pustaka yaitu hasil skripsi terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang diteliti penulis, antara lain (1) Izzatul Yazidah (2015), (2) Yulya Sulistyaningrum (2013) dan, (3) Titin Ernawati (2012). Kajian teoretis berisi tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan penelitian sebelum melaksanakan penelitian, yang terdiri dari (1) novel; (2) unsur intrinsik novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata; (3) gender; (4) teori kritik sastra feminis; (5) rencana pelaksanaan pembelajaran novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata di kelas XII SMA. Bab III berisi sumber data, objek penelitian, fokus penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis data.

Bab IV adalah penyajian dan pembahasan data hasil penelitian. Dalam bab ini penulis menguraikan data penelitian yang diambil dari novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata yang berisi kutipan-kutipan baik itu langsung maupun tidak langsung serta subab reaksi rumusan masalah berupa unsur intrinsik, bentuk-bentuk ketidakadilan gender pada tokoh utama perempuan novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata, sinopsis novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata dan, rencana pelaksanaan pembelajaran di kelas XII SMA dalam novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata.

Bab V yaitu penutup yang berisi simpulan dan saran. Simpulan merupakan kristalisasi pembahasan, sedangkan saran berisi rekomendasi dari penulis yang diilhami oleh hasil penelitian ini. Pada bagaian akhir, penulis menyajikan daftar

pustaka dan melampirkan silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan kartu bimbingan.

16

Pada bab ini dikemukakan tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Tinjauan pustaka memuat beberapa kajian buku dan beberapa hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan yang diteliti oleh peneliti, sedangkan kajian teori berisi berbagai teori yang relevan dengan permasalahan yang diteliti oleh peneliti.

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan kajian secara kritis untuk membandingkan kajian terdahulu dengan penelitian ini, sehingga dapat diketahui perbedaan dan kesamaan yang khas antara kajian terdahulu dengan kajian yang akan peneliti lakukan. Tinjauan pustaka berfungsi untuk memeberikan pemaparan tentang penelitian dan analisis sebelumnya yang telah dilakukan. Tinjauan pustaka dalam penelitian ini disajikan penjabaran dari beberapa buku yang berkaitan dan dijadikan acuan penelitian ini. Setiap buku diklasifikasikan bedasarkan jenis pembahasannya, selanjutnya dikelompokkan dengan buku-buku lainnya yang sejenis. Selain itu, disajikan pula beberapa hasil penelitian yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

1. Beberapa Kajian Buku

Penelitian mencantumkan buku-buku yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Buku-buku tersebut dikelompokkan menjadi lima pokok bahasan, yakni teori mengenai pengkajian prosa fiksi, analisis gender dan transformasi sosial, kritik sastra feminis, metode penelitian, dan metode pengajaran sastra. Buku-buku berikut dikelompokkan menjadi satu karena mengandung pokok bahasan yang sama mengenai unsur pembangun prosa fiksi. Buku Teori Pengkajian Fiksi (Nurgiyantoro, 2012) dibahas mengenai unsur intrinsik atau unsur pembangun karya sastra. Buku Teori Fiksi (Stanton, 2012) dibahas mengenai sastra dan ilmu sastra. Buku-buku berikut dikelompokkan menjadi satu karena mengandung pokok bahasan yang sama mengenai unsur intrinsik novel.

Buku-buku berikut dikelompokkan menjadi satu karena mengandung pokok bahasan yang sama mengenai analisis gender. Buku Analisis Gender dan Transformasi Sosial (Fakih, 2012) dibahas mengenai teori analisis gender.

Buku Gender dan Strategi Pengarus-Utamaannya (Nugroho, 2011) dibahas mengenai kesetaraan gender dan mengarus-utamaannya dalam pembangunan Indonesia.

Buku-buku berikut dikelompokkan menjadi satu karena mengandung pokok bahasan yang sama mengenai metode dan teknik penelitian. Buku Prosedur Penelitian Sastra Pendekatan Praktik (Arikunto, 2013) berisi sumber data, instrumen data, dan teknik pengumpulan data. Selain itu juga terdapat kesamaan pada buku Metodologi Penelitian Sastra (Endraswara,

2006) membahas tentang langkah-langkah kajian sastra yang jelas. Sementara itu, buku Model-model Pembelajaran (Rusman, 2013) dibahas mengenai model-model pembelajaran.

Buku-buku berikut dikelompokkan menjadi satu karena mengandung pokok bahasan yang sama mengenai metode penelitian sastra. Buku Teori, Metode, dan Teknik Sastra (Ratna, 2013) mengulas tentang teori dan metode penelitian multidisiplin.

Buku yang digunakan sebagai acuan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yaitu buku Sistem Membaca Pemahaman yang Efektif (Sukirno, 2009). Buku ini membahas metode pembelajaran. Permasalahan yang sama dapat dibaca pula pada buku Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 (Mulyasa). Buku ini membahas kompetensi inti dan kompetensi dasar kurikulum 2013.

2. Hasil Penelitian yang Relevan

Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian yang dilakukan sebelumnya. Tinjauan terhadap penelitian terdahulu sangat penting untuk mengetahui relevansinya. Penelitian analisis gendertelah banyak dilakukan oleh mahasiswa. Diantaranya penelitian dari Yazidah (2015), Sulistyaningrum (2013), Ernawati (2012), dan Setyorini (2014).

Penelitian Yazidah (2015) dengan judul “Analisis Gender Tokoh Utama Perempuan Novel Mataraisa Karya Abidah El-Khalieqy dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA”. Dari hasil penelitian, diperoleh

masalah-masalah yang dianalisis yaitu: (a) unsur intrinsik karya sastra, (b) ketidakadilan gender yang meliputi gender dan Marginalisasi Perempuan, gender dan Subordinasi, gender dan Stereotip, genderdan Kekerasan, gender dan Beban Kerja.

Penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan. Persamaannya adalah sama-sama membahas tentang ketidakadilan gender. Penelitian yang dilakukan peneliti sama-sama dilakukan pada siswa SMA. Persamaan ketiga, penulis dan Yazidah sama-sama menganalisis unsur intrinsik pada novel yang akan dianalisis. Adapun perbedaannya yaitu terdapat dalam isi dan konsep di dalamnya. Yazidah membahas ketidakadilan gender tokoh utama perempuan pada novel Mataraisa karya Abidah El-Khalieqy dan skenario pembelajarannya di kelas XI SMA. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu membahas ketidakadilan gender tokoh utama perempuan pada novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata dan pembelajarannya pada kelas XII SMA.

Perbedaan selanjutnya, penulis melakukan penelitian terhadap siswa kelas XII SMA sedangkan peneliti sebelumnya melakukan penelitian di kelas XI SMA.

Selanjutnya, penulis melakukan penelitian menggunakan rencana pelaksanaan pembelajaran, sedangkan peneliti sebelumnya menggunakan skenario pembelajarannya.

Selanjutnya, Sulistyaningrum (2013) mengangkat judul penelitian

“Analisis Gender dalam Novel Mendhung Kesaput Angin Karya Ag. Suharti (Kajian Sastra Feminis)”. Penelitian ini membahas teori struktural novel

khususnya tentang penokohan dan bentuk ketidakadilan gender pada tokoh perempuan yang meliputi, (a) marginalisasi, (b) subordinasi, (c) stereotip, (d) kekerasan terhadap perempuan, (e) beban kerja lebih berat.

Penelitian yang dilakukan oleh Sulistyaningrum ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Persamaan dengan peneliti adalah tentang pembahasan ketidakadilan gender pada tokoh perempuan. Persamaan kedua, peneliti dan Sulistyaningrum sama-sama menggunakan pendekatan feminis. Sementara itu, perbedaan yang paling mendasar adalah terletak pada objek penelitian dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan. Selain itu, Sulistyaningrum juga menggunakan teori struktural, sedangkan penulis menggunakan teori unsur intrinsik untuk mengkaji novel terlebih dahulu. Novel yang digunakan oleh Sulistyaningrum merupakan novel yang diterbitkan pada tahun 1980, sedangkan penulis menggunakan novel terbaru pada tahun 2016. Perbedaan selanjutnya terletak pada objek penelitian, peneliti melakukan penelitian pada rencana pelaksanaan pembelajaran di kelas XII SMA, sedangkan peneliti sebelumnya tidak disertakan objek penelitian pembelajaran di kelas. Perbedaan yang terakhir terletak pada judul penelitian. Judul yang peneliti ambil adalah analisis gender tokoh utama perempuan novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata dan rencana pelaksanaan pembelajarannya di kelas XII SMA, sedangkan peneliti sebelumnya mengambil judul analisis gender dalam novel Mendhung Kesaput Angin karya Ag. Suharti.

Selanjutnya, Titin Ernawati (2012) mengangkat judul penelitian

“Analisis Gender Novel Perempuan di Titik Nol Karya Nawal El Sadawi Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra di SMA”. Penelitian ini membahas ketidakadilan gender yang meliputi, gender dan marginalisasi perempuan, genderdan subordinasi, gender dan stereotip, gender dan violence (kekerasan).

Penelitian yang dilakukan Ernawati (2012) ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Persamaan dengan penulis yaitu persamaan tentang pembahasan gender pada tokoh utama perempuan. Penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya sama-sama dilakukan pada siswa SMA. Perbedaan yang paling mendasar adalah terletak pada objek kajian dan analisis ketidakadilan gender pada tokoh utama perempuan, dan selain itu penelitian Ernawati hanya menganalisis tentang tiga aspek gender saja seperti, gender dan subordinasi, gender dan stereotype, gender dan violence (kekerasan). Sementara itu, penelitian yang dilakukan penulis terdapat lima macam aspek gender seperti, gender dan marginalisasi perempuan, genderdan subordinasi, gender dan stereotip, gender dan kekerasan, genderdan beban kerja. Selain itu perbedaan terletak pada objek kajiannya adalah novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal El Sadawi dan relevansinya dengan pembelajaran sastra di SMA, sedangkan objek kajian penulis adalah novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata dan rencana pelaksanaan pembelajarannya pada Kelas XII SMA. Selanjutnya, penulis menggunakan rencana pelaksanaan pembelajaran sedangkan peneliti sebelumnya menggunakan relevansi pembelajarannya.

Selanjutnya, penelitian berikutnya dilakukan oleh Setyorini (2014) dengan judul “Kajian Gender dan Nilai Pendidikan Karakter Novel Geni Jora dan Mata Raisa karya Abidah El Khalieqy”. Penelitian ini membahas ketidakadilan gender terhadap perempuan yang meliputi, subordinasi terhadap perempuan, stereotip terhadap perempuan, kekerasan terhadap perempuan, dan nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Geni Jora dan Mata Raisa karya Abidah El Khalieqy.

Penelitian yang dilakukan Setyorini (2014) memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini. Persamaan pertama,yaitu sama-sama menggunakan ketidakadilan gender terhadap tokoh perempuan dalam novel yang dikaji. Persamaan kedua, peneliti dan Setyorini sama-sama menggunakan pendekatan feminis dalam penelitian ini. Sementara itu, perbedaan yang paling mendasar dalam penelitian ini dengan peneliti sebelumnya adalah terletak pada objek penelitian. Setyorini meneliti dengan menggunakan dua novel karya Abidah El Khalieqy yaitu Geni Jora dan Mata Raisa, sedangkan peneliti menggunakan satu judul novel karya Andrea Hirata yang berjudul Cinta di Dalam Gelas. Sementara itu, Setyorini menggunakan tiga aspek ketidakadilan gender yaitu subordinasi terhadap perempuan, stereotipe terhadap perempuan, dan kekerasan terhadap perempuan serta menggunakan nilai-nilai pendidikan karakter di dalam penelitiannya.

Sementara itu, penelitian yang dilakukan peneliti saat ini menggunakan lima bentuk-bentuk ketidakadilan gender seperti, marginalisasi terhadap perempuan, subordinasi terhadap perempuan, stereotip terhadap perempuan,

kekerasan terhadap perempuan, dan beban kerja. Penelitian Setyorini tidak menggunakan pembelajaran pada siswa SMA, sedangkan peneliti saat ini menggunakan pelaksanaan pembelajaran di kelas XII SMA. Perbedaan selanjutnya, Setyorini menggunakan nilai-nilai pendidikan karakter, sedangkan peneliti hanya menggunakan analisis ketidakadilan gender saja.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat diketahui mengenai perbedaan dan persamaan antara peneliti dengan peneliti sebelumnya. Penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bahan referensi bagi peneliti sebagai bahan acuan dalam penelitian ini. Dengan memperhatikan hasil penelitian tersebut, maka penelitian ini termasuk penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya. Semoga dengan adanya penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya.

B. Kajian Teoretis

Kajian teoretis merupakan penjabaran kerangka teoretis yang memuat beberapa materi untuk dijadikan sebagai acuan pokok dalam membahas masalah-masalah yang diteliti. Teori-teori tersebut meliputi: (1) novel; (2) unsur intrinsik karya sastra yang meliputi; tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang;

(3) gender ; (4) hakikat gender dalam feminisme; (5) teori kritik sastra feminis; (6) rencana pelaksanaan pembelajaran novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata di kelas XII SMA.

1. Novel

a. Pengertian Novel

Istilah novel dalam bahasa Inggris adalah novel yang kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia “Novel”. Novel berasal dari bahasa Itali “Novella” yang dalam bahasa Jerman adalah “Novelle”. Novel sama dengan karya fiksi. Istilah fiksi dalam pengertian ini berarti cerita rekaan atau cerita khayalan. Hal ini disebabkan cerita fiksi tersebut akan mendorong pembaca untuk ikut merenungkan masalah hidup dan kehidupan (Nurgiyantoro, 2012: 3).

Sementara itu, dikutip dari skripsi Rizka Amalia Sapitri (12-13:

2014), novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang yang di sekelilingnya dengan menonjolkan sikap dan watak setiap pelaku. Cerita novel beragam dari segi tempat, alur dan tokoh-tokoh. Terkadang novel terlalu banyak menceritakan permasalahan manusia yang lebih mendalam. Biasanya permasalahan dalam roman dan novel mempersoalkan manusia dengan berbagai aspek kehidupannya. Di dalamnya tercermin masalah-masalah kehidupan yang dihadapi manusia pada suatu waktu, dan usaha pemecahannya sesuai dengan pandangan dan cita-cita pengarangnya.

Berbeda dengan pendapat di atas, Setyorini (2012: 1) mengemukakan bahwa karya sastra merupakan sebuah karya yang mengedepankan aspek keindahan disamping keefektifan penyampaian pesan. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa setiap penulis

memiliki cara dalam mengemukakan gagasan dan gambarnya menggunakan efek-efek tertentu bagi pembacanya. Efek-efek tersebut dapat kita lihat melalui salah satu bentuk karya sastra, yaitu novel.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa novel adalah sebuah karya sastra yang menceritakan tentang kehidupan masyarakat.

Novel bersifat realistis. Novel berkembang dari dokumen-dokumen, dan secara statistik mementingkan pentingnya detail dan bersifat mimesis. Novel biasanya mengungkapkan sesuatu yang baru dengan pengucapan yang baru pula. Sebuah novel pasti memiliki unsur-unsur pembangun. Unsur-unsur tersebut, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Kepaduan antara berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud.

Unsur yang dimaksud adalah peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain (Nurgiyantoro, 2012: 23).

Adapun unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Meskipun demikian, unsur ekstrinsik cukup berpengaruh terhadap totalitas bangun cerita yang dihasilkan. Oleh karena

itu, unsur ekstrinsik sebuah novel haruslah tetap dipandang sebagai sesuatu yang penting (Nurgiyantoro, 2012: 23-24). Unsur ekstrinsik antara lain keadaan subjektivitas pengarang; psikologi baik yang berupa psikologi pengarang, psikologi pembaca, maupun penerapan prinsip psikologi dalam karya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah novel di samping unsur intrinsik, unsur ekstrinsik juga penting kedudukannya. Alur cerita yang kompleks membuat novel memiliki cerita yang cukup panjang sehingga berpengaruh pada ketebalan halaman, hal tersebut yag dapat membedakan cerpen dan novel. Dalam novel cerita yag ditulis pengarang merupakan keinginannya untuk menyampaikan pesan yang terkandung bagi pembaca agar dapat bermanfaat untuk kehidupan yang membaca.

Tanpa unsur-unsur tersebut, karya sastra atau novel tidak akan menjadi sastu kesatuan yang utuh.

b. Jenis-jenis Novel

Jenis-jenis novel berdasarkan nyata atau tidaknya sebuah cerita, novel terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

1) Novel fiksi, jenis novel yang satu ini yaitu yang sesuai dengan namanya, novel ini berkisah tentang hal yang fiktif dan tidak pernah terjadi, tokoh, alur, maupun latar belakangnya hanya sebuah rekaan penulis.

2) Novel nonfiksi, novel ini kebalikan dari novel fiksi yaitu sebuah novel yang menceritakan tentang hal yang nyata yang sudah pernah terjadi, biasanya jenis novel ini beradasarkan sebuah pengalaman seseorang, dan kisah nyata atau berdasarkan sejarah.

2. Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra (Nurgiyantoro, 2012: 23). Unsur-unsur intrinsik novel antara lain: (1) tema, (2) alur, (3) tokoh dan penokohan,(4) latar, (5) sudut pandang.

a. Tema

Tema adalah gagasan dasar umum, inti cerita dalam sebuah novel.

Sebagai suatu yang mendasari penciptaan karya sastra, tema bersifat umum dan luas (Nurgiyantoro, 2012: 70; Nurhayati, 2012: 10). Di tulisan pastilah mempunyai sebuah tema, karena dalam sebuah penulisan dianjurkan harus memikirkan tema apa yang akan dibuat. Jadi jika diandaikan sebuah rumah, tema adalah fondasinya. Tema juga juga hal yang paling utama dilihat oleh para pembaca sebuah tulisan. Jika temanya menarik, maka akan memberikan nilai lebih pada tulisan tersebut.

Waluyo (2011: 7) menyatakan bahwa tema merupakan gagasan pokok suatu karya fiksi. Tema cerita dapat diketahui melalui judul atau petunjuk setelah judul dan proses pembacaan berulang.

Nurgiyantoro (2012: 77) menyatakan bahwa, tema terdiri atas tema tradisional dan tema nontradisional. Tema tradisional, yaitu tema yang hanya masalah yang itu-itu saja, sedangkan tema nontradisional atau tema modern yaitu tema yang mengangkat sesuatu yang tidak lazim. Tema nontradisional mungkin tidak sesuai dengan harapan pembaca, bersifat melawan arus dan mengejutkan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tema merupakan gagasan pokok suatu karya sastra yang ingin disampaikan oleh penulis atau pengarang kepada para pembaca. Tema digunakan sebagai dasar dan acuan penceritaan sebuah karya sastra. Tema juga digunakan sebagai tujuan utama cerita.

b. Alur

Alur adalah penampilan peristiwa yang disusun dalam urutan waktu tertentu dan menunjukkan hubungan sebab-akibat (Nurgiyantoro, 2012: 113; Waluyo, 2011: 9). Peristiwa dalam alur ditunjukkan dengan perilaku tokoh utama dalam cerita. Peristiwa dalam alur ini berkembang sesuai dengan pergerakan tokoh utama.

Dalam memahami alur, diperlukan daya kritis, kepekaan pikiran dan perasaan, serta sikap dan tanggapan yang serius. Usaha untuk memahami alur tersebut berkaitan dengan mempertimbangkan atau menilai struktur alur sebuah karya fiksi (Nurgiyantoro, 2012: 116).

Tahapan alur menurut Lubis (dalam Nurgiyantoro, 2012: 149) terdiri atas lima tahapan, yaitu:

1. Tahap penyituasaan

Tahap penyituasian merupakan tahap yang terutama berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh cerita. Tahap ini merupakan pembukaan cerita, pemberian informasi awal, berfungsi untuk melandastumpui cerita yang dikisahkan pada tahap pemunculan konflik.

2. Tahap pemunculan konflik

Masalah dan peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan dalam tahap ini. Tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik, dan konflik itu akan dikembangkan menjadi konflik pada tahap berikutnya.

3. Tahap peningkatan konflik

Konflik yang telah dimunculkan akan berkembang pada tahap ini.

4. Tahap klimaks

Konflik yang terjadi pada tokoh mencapai intensitas puncak.

5. Tahap penyelesaian

Konflik yang telah mencapai klimaks dalam tahap ini diberikan penyelesaian dan ketegangan dikendorkan.

Pengarang memiliki kebebasan dalam memilih plot sesuai yang diinginkannya. Nurgiyantoro (2012: 130) mengemukakan bahwa dalam rangka mengembangkan plot atau alur pengarang memiliki kebebasan

dalam berkreativitas sesuai kaidah pengeplotan yang telah dipertimbangkan. Kaidah pengeplotan tersebut, antara lain plausibilitas (plausibility), kejutan (surprise), tegangan (suspense), dan kesatu-paduan yang akan diuraikan sebagai berikut.

1) Plausibilitas

Plausibilitas menyarankan pada pengertian suatu hal yang dapat dipercaya sesuai dengan logika. Sebuah plot harus memenuhi plusibel untuk meyakinkan pembaca. Tanpa adanya plausibilitas, pembaca tidak akan yakin pada cerita, bahkan pembaca akan meragukannya.

2) Surprise atau kejutan

Suatu cerita akan lebih menarik apabila alurnya atau plotnya mampu memberikan kejutan atau sesuatu yang bersifat mengejutkan.

Pengarang memberikan kejutan jika sesuatu dikisah-kan menyimpang atau tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pembaca.

3) Suspense atau tegangan

Sebuah cerita akan bernilai tinggi apabila memiliki suspense atau tegangan, sehingga mampu membangkitkan rasa ingin tahu pembaca akan peristiwa-pristiwa yang terjadi selanjutnya. Suspense merupakan sesuatu yang kurang pasti mengenai kelanjutan sebuah cerita, sehingga memancing pembaca untuk terus melanjutkan cerita bersangkutan.

4) Kesatupaduan

Kesatupaduan menyerah pada pengertian bahwa berbagai unsur yang ditampilkan, khususnya peristiwa-peristiwa fungsional, kaitan, yang mengandung konflik berkaitan antara yang satu dengan yang lain. Masalah kausalitas ada pertautan makna secara logis merupakan suatu hal yang

Kesatupaduan menyerah pada pengertian bahwa berbagai unsur yang ditampilkan, khususnya peristiwa-peristiwa fungsional, kaitan, yang mengandung konflik berkaitan antara yang satu dengan yang lain. Masalah kausalitas ada pertautan makna secara logis merupakan suatu hal yang

Dokumen terkait