• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

G. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Sudaryanto, (2015: 240-241) menyatakan teknik penyajian data ada dua teknik, yaitu penyajian data yang bersifat informal dan penyajian data yang bersifat formal. Penyajian data informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa, walaupun dengan terminologi yang sifatnya teknis, sedangkan teknik penyajian data formal adalah perumusan dengan apa yang umum dikenal sebagai tanda atau lambang-lambang. Teknik yang digunakan untuk menyajikan hasil analisis dalam penelitian ini adalah teknik penyajian informal. Berdasarkan pengertian tersebut, teknik penyajian hasil analisis data yang berupa unsur intrinsik novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata yang meliputi (tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang), analisis gender tokoh utama perempuan pada novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata yang meliputi (marginalisasi perempuan, subordinasi, stereotip perempuan, kekerasan terhadap perempuan, dan beban kerja), dan rencana pelaksanaan pembelajarannya di kelas XII SMA, dalam penelitian ini dipaparkan dengan kata-kata tanpa menggunakan tanda dan lambang.

68

Pada bab ini penulis mengemukakan dua bagian pokok, yaitu: penyajian data dan pembahasan data yang terdiri dari analisis novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata dan rencana pelaksanaan pembelajaran di kelas XII SMA.

A. Penyajian Data

Dalam penyajian disajikan data-data, berupa unsur intrinsik dan beberapa bentuk ketidakadilan gender yang diperoleh dari objek penelitian, yaitu dari novel Cinta di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata di terbitkan oleh Penerbit Bentang Jl.

Plemburan No. 1, Pogung Lor, RT 11, rw 48 SIA XV, Sleman Yogyakarta-55284.

Cetakan pertama tahun 2011, tebal 316 halaman. Di bawah ini akan disajikan uraian data tersebut.

1. Unsur Intrinsik Novel Cinta di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata

Unsur intrinsik novel Cinta di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata terdiri atas tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, dan sudut pandang. Berikut ini disajikan tabel data unsur intrinsik novel Cinta di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata pada tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1

Unsur Intrinsik Novel Cinta di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata

No Unsur Intrinsik Penyajian Data Halaman

1 Tema Mayor Perjuangan seorang perempuan untuk menegakkan martabatnya Tema Minor a. Kekerasan pada perempuan

b. Perjuangan seorang perempuan tulus, penyayang, perhatian, cerdas, dan pantang menyerah Selamot : suka membela orang lain,

bersahabat, polos, dan humoris Detektif M. Nur : disiplin, emosional,

ceroboh Syalimah : baik dan penyayang 13, 97 Ibu : penyayang, tidak suka pemalas,

No Unsur Intrinsik Penyajian Data Halaman a. Tahap Penyituasian Waktu berlalu, Maryamah tak

kunjung menikah. Akhirnya, adiknya Lana dan Ulma juga dengan terpaksa mendahuluinya. Ketiga adik Enong meninggalkan rumah, mengikuti suami masing-masing.

Maryamah hanya tinggal dengan Syalimah ibunya.

18-19

b. Tahap Pemunculan Konflik

Enong menganggap bahwa Matarom dan catur telah menjadi biang keladi kesusahannya. Namun, ia memang perempuan yang istimewa.

45-46

c. Tahap Peningkatan Konflik

Maryamah terus berusaha berlatih bermain catur untuk bisa mengalahkan mantan suaminya.

Malam itu, untuk pertama kalinya, Maryamah binti Zamzami bisa bermain catur.

89, 93

d. Tahap klimaks Itulah perempuan pertama yang bertanding melawan lelaki dalam pertandingan catur peringatan kemerdekaan di kampung kami.

Maryamah dan Matarom berhadap-hadapan.

105-106

e. Tahap Penyelesaian Maryamah akhirnya dapat mengalahkan Matarom. Perempuan yang sepakat untuk bahu-membahu tak akan pernah terkalahkan.

No Unsur Intrinsik Penyajian Data Halaman c. Latar Suasana Gembira

Sedih Tegang Kasih sayang Keributan

265-266, 272 19, 214 253 10, 13 47, 179-180 5 Sudut Pandang Novel ini pengarang sebagai sudut

pandang orang ketiga karena pengarang serba tahu. Pengarang menceritakan setiap kejadian yang terdapat dalam novel.

158

2. Bentuk-Bentuk Ketidakadilan Gender Tokoh Perempuan dalam Novel Cinta di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata

Analisis gender pada tokoh utama perempuan novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata terdiri atas lima bentuk ketidakadilan gender, yaitu: marginalisasi terhadap perempuan, subordinasi terhadap perempuan, stereotip terhadap perempuan, kekerasan terhadap perempuan, dan beban kerja. Berikut ini disajikan data-data bentuk ketidakadilan gender pada tokoh utama perempuan yang terdapat di dalam novel Cinta di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata.

Tabel 4.2

Bentuk-Bentuk Ketidakadilan Gender pada Tokoh Utama Perempuan Novel Cinta di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata

No Analisis Gender Penyajian Data Halaman

1 Marginalisasi sebagai pendulang timah dan sekarang banyak perempuan lain yang mulai mengikuti jejaknya.

18

b. Ibu Enong sakit karena sudah lanjut usia, beliau ingin melihat Enong segera menikah. Hingga akhirnya, Enong menerima pinangan Matarom. Tuntutan yang harus ia penuhi untuk melapangkan hati ibunya. Meskipun keputusannya itu, nantinya akan disesali Enong.

19

c. Giok Nio tampak meremehkan Maryamah yang ingin belajar dan bertanding bermain catur melawan Matarom yaitu mantan suaminya.

46

d. Lelaki di kampung Melayu menyudutkan Maryamah, bahwa permainan catur adalah permainan orang pintar dan orang kantoran saja.

46

e. Perseteruan di warung kopi tak kunjung berhenti. Maryamah dianggap tidak pantas bermain catur karena hanya sengit. Perempuan tidak berhak melawan laki-laki. Hak perempuan dan laki-laki berbeda karena laki-laki lebih berhak atas perempuan.

87-88

b. Bagi warga kampung Melayu perempuan yang berani melawan catur dengan laki-laki adalah pertanda dunia akan segera kiamat.

93

c. Paman berpendapat bahwa catur adalah permaianan laki-laki dan hak laki-laki.

Perempuan cocoknya bermain bekel buah

e. Penonton berulang kali mengejek Maryamah agar meletakkan pedangnya di tanah, namun perempuan itu bertekad untuk membela kehormatannya sampai titik darah penghabisan.

a. Maryamah ditentang Modin sebagai ketua panitia pertandingan catur itu, karena perempuan diharamkan bertanding catur melawan laki-laki.

47

b. Tidak ada tradisi perempuan melawan laki-laki bermain catur. Kampung Melayu dijuluki sebagai kampung lelaki yang menjunjung adat dan tradisi.

Perempuan itu hanya melayani suami saja dan tidak berhak bermain catur seperti laki-laki.

84-85

c. Bagi laki-laki seorang perempuan tidak berhak bermain catur karena jika perempuan bermain catur, akan merontokkan wibawa pertandingan catur.

103

d. Alasan Modin menolak Maryamah adalah karena pertimbangan syariat.

Dalam ajaran agama Islam mengharamkan laki-laki dan perempuan yang bukan muhkrim bertatap-tatapan. tidak berjalan mulus. Maryamah sering mendapat perlakuan kasar dari Matarom yang diam-diam sudah beristri dan mempunyai tiga orang anak. Maryamah mengakhiri perkawinannya secara menyedihkan.

19

b. Maryamah diburu oleh sejumlah laki-laki karena mendulang timah. Maryamah takut diperkosa dan dibunuh hingga akhirnya terjun ke sungai. Sejak saat itu ia ketakutan setiap mendengar salak anjing.

252

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Novel Cinta di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata.

Rencana pelaksanaan pembelajaran analisis gender pada tokoh utama perempuan novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata, antara lain perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan refleksi. Data mengenai rencana pelaksanaan pembelajaran analisis gender pada tokoh utama

b. Non Fisik a. Maryamah berkisah tentang nasibnya

yang begitu menyedihkan. Banyak cobaan dalam hidupnya, namun Maryamah bisa melewati semuanya.

Maryamah menganggap biang keladi kesusahan hidupnya adalah catur dan Matarom yang sudah membohonginya.

45

c. Baginya, catur pastilah representasi Matarom dan seluruh kejadian mengiriskan yang telah menimpanya.

Sampai-sampai Maryamah tidak berani menyentuh papan catur yang telah mengganggu jiwa dan batinnya.

57

d. Maryamah sedih melihat ibunya yang renta harus melihat kegagalan dalam perkawinannya. Maryamah telah timah menggantikan almarhum ayahnya memenuhi kebutuhan keluarganya.

Maryamah juga selalu mengerjakan pekerjaan rumah layaknya seorang perempuan pada umumnya.

286

perempuan novel Cinta di Dalam Gelas, disajikan dalam tabel 4.3 di bawah ini.

Tabel 4.3

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Cinta di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata di Kelas XII SMA

No Komponen Deskripsi Data

1. Kompetensi Inti 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, procedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

2. Kompetensi Dasar 3.1Menganalisis teks novel baik melalui lisan maupun tulisan

4.3Menyunting teks novel sesuai dengan struktur dan kaidah teks baik secara lisan maupun tulisan 3. Indikator 1) Menganalisis unsur intrinsik novel Cinta di

Dalam Gelas karya Andrea Hirata

2) Menganalisis bentuk-bentuk ketidakadilan gender novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata

4. Tujuan Pembelajaran 1) Siswa mampu menganalisis unsur-unsur intrinsik novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata

2) Siswa mampu menganalisis bentuk-bentuk ketidakadilan gender sastra novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata

5. Alokasi Waktu 4 x 45 menit (2x Pertemuan) 6. Materi Pembelajaran

a. Materi Pokok Novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata b. Sub Materi 1) Pengertian unsur intrinsik (tema, tokoh dan

penokohan, alur, latar, dan sudut pandang);

2) Bentuk-bentuk ketidakadilan gender pada tokoh utama perempuan pada novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata (marginalisasi, subordinasi, stereotip, kekerasan terhadap perempuan, beban kerja).

7. Metode Pembelajaran 1. Ceramah;

2. Tanya Jawab;

3. Diskusi;

4. Pemberian Tugas.

8. Model Pembelajaran 1. Investigasi Kelompok (Group Investigation) 9. Media Pembelajaran 1. Power point materi mengenai pengertian, unsur

intrinsik dan analisis gender pada novel.

2. Laptop dan proyektor.

10. Sumber Belajar 1. Novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata.

2. Buku Pengkajian Fiksi karya Burhan Nurgiyantoro.

3. Buku Analisis Gender dan Transformasi Sosial karya DR. Mansour Fakih.

11. Langkah Pembelajaran

a. Pertemuan Pertama 1. Kegiatan Awal

a. Guru memberikan salam pembuka, memimpin doa, mengabsen siswa, dan mengkondisikan kelas.

b. Guru menyampaikan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa.

c. Guru memberikan motivasi kepada siswa.

d. Guru dan siswa bertanya jawab tentang novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata yang telah dibaca sebelumnya sebagai tugas.

2. Kegiatan Inti

9. Guru memberikan materi unsur intrinsik.

10. Guru dan siswa bertanya jawab tentang unsur intrinsik novel.

11. Guru meminta siswa membentuk kelompok.

12. Guru memberi tugas kepada setiap kelompok untuk membaca novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata.

13. Guru menyediakan subjek penelitian (novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata) dan meminta siswa membaca novel.

14. Guru meminta siswa untuk mengerjakan tugas kelompok di rumah (berupa membaca novel, menganalisis unsur intrinsik, dan mencari bentuk-bentuk ketidakadilan gender yang dialami oleh tokoh utama perempuan dalam novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea

12

b. Pertemuan Kedua

Penilaian

Hirata.

15. Guru membatasi waktu penyelesaian tugas kelompok

3. Penutup

1) Guru bersama siswa menyimpulkan kembali pembelajaran yang telah dipelajari.

2) Guru mengucapkan salam penutup.

1. Kegiatan Awal

a. Guru memberikan salam pembuka, memimpin doa, mengabsen siswa, dan mengondisikan kelas.

b. Guru menyampaikan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa.

c. Guru memberikan motivasi kepada siswa.

d. Guru mengondisikan siswa agar siap belajar.

2. Kegiatan Inti

1) Guru menanyakan tugas pertemuan sebelumnya.

2) Guru sedikit mengulas kembali materi yang sudah dibahas dengan cara memantau keaktifan siswa.

3) Siswa membentuk kelompok.

4) Siswa mempresentasikan hasil dari tugas menganalisis unsur intrinsik dan bentuk-bentuk ketidakadilan gender pada tokoh utama perempuan dalam novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata.

5) kelompok yang tidak maju bertugas menanggapinya.

6. Guru memberikan umpan balik terhadap keberhasilan siswa dalam menerima material dalam bentuk penghargaan.

3. Penutup

1) Guru bersama siswa menyimpulkan kembali materi

Tes essai dan lisan

B. Pembahasan Data

Pada bagian pembahasan data, dibahas unsur intrinsik yang terkandung dalam novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata, meliputi: tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, dan sudut pandang. Sementara itu, analisis gender tokoh utama perempuan dalam novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata yang mengacu pada lima bentuk ketidakadilan gender, antara lain: marginalisasi perempuan, subordinasi terhadap perempuan, stereotip terhadap perempuan, kekerasan terhadap perempuan, dan beban kerja. Selain itu, penulis juga membahas bagaimana rencana pelaksanaan pembelajaran novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata di SMA.

Berikut ini disajikan isi dari pembahasan data dalam penelitian.

1. Unsur-unsur Intrinsik Novel Cinta di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata a. Tema

Tema adalah inti persoalan yang ditampilkan dalam suatu cerita, atau sesuatu yang menjadi tujuan pengarang. Tema juga dapat dipandang sebagai dasar cerita, gagasan dan dasar umum sebuah karya sastra, gagasan dasar umum inilah yang telah ditentukan sebelumnya oleh pengarang yang digunakan untuk mengembangkan cerita.. Novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata. Novel ini menggambarkan seorang perempuan yang bernama Maryamah (Enong) memperjuangkan menegakkan martabatnya terhadap mantan suaminya yang bernama Matarom dan mendapatkan hak-haknya sebagai seorang perempuan. Dia bekerja keras dan pantang menyerah untuk belajar bermain catur untuk

bertanding melawan mantan suaminya yang menjadi juara catur tersebut di kejuaraan catur 17 Agustus nanti.

1) Tema Mayor

Perjuangan Maryamah untuk menegakkan martabatnya dalam novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata digambarkan oleh tokoh utama yang ingin belajar bermain catur untuk menantang mantan suaminya bernama Matarom seorang juara bertahan catur yang tangguh dan sulit dikalahkan di pertandingan 17 Agustus nanti tanpa rasa takut. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan di bawah ini:

“Boi, katamu kau punya kawan yang lihai main catur? Aku teringat sahabatku Grand Master Ninochka Stronovsky yang dulu mengajariku main catur untuk melawan Zinar, dan aku kalah secara tragis. Bisakah kawanmu itu mengajariku?.

Maksud kakak?. Aku mau belajar main catur. Aku mau bertanding 17 Agustus nanti. Aku mau menantang Matarom.” (46)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Maryamah mempunyai keberanian untuk bertanding bermain catur melawan mantan suaminya Matarom. Sementara itu, Maryamah sendiri sama sekali belum lihai dalam bermain catur, memegang catur saja ia belum pernah. Akan tetapi ia tak mempunyai rasa takut dan justru Maryamah ingin berlatih bermain catur sampai bisa dan keinginannya mengalahkan Matarom bisa tercapai. Hingga ia meminta kawannya Boi yang bernama Grand Master Ninochka Stronovsky untuk mengajarinya bermain catur.

Boi mendatangi kawannya tersebut dan mengutarakan maksud dan

tujuannya untuk dapat melatih Maryamah hingga lihai bermain catur. Meskipun Maryamah adalah seorang perempuan tetapi dia cerdas dan mempunyai keinginan yang kuat untuk bisa bermain catur. Hal itu terlihat dalam kutipan di bawah ini:

“Orang ini memang hanya seorang perempuan penambang, tapi dia cerdas, Noch!

Tentu. Aku bersimpati padanya dan senang mendapat murid yang menantang.

Aku menyesal atas kekalahanmu waktu itu. Tapi, kurasa catur memang bukan bidangmu, Kawan!”.

(55)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa setelah Boi berbincang-bincang dengan Grand Master Ninochka Stronovsky tentang Maryamah yang pantang menyerah dan cerdas karena mempunyai tekad yang keras untuk bisa bermain catur melawan laki-laki. Kawan Boi yang bernama Grand Master Ninochka Stronovsky tersebut mau mengajari Maryamah dan dia pun merasa senang mempunyai murid yang menantang seperti Maryamah. Sementara itu, keinginan Maryamah menimbulkan pro dan kontra. Banyak laki-laki di kampung Melayu terutama paman pemilik warung kopi yang menentang keinginan Maryamah tersebut karena perempuan tidak mempunyai hak bermain catur apalagi melawan laki-laki. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini:

“Mau dibawa ke mana negara ini? Bawahan sudah berani sama atasan. Perempuan berani melawan lelaki. Satu patah kita, dua patah mereka. Kita belum selesai bicara, mereka berani potong. Tak ada rasa hormat! Persamaan hak? Tak ada itu!

Laki-laki lebih berhak! Mendengarkah telinga kalian itu?”

(87-88)

Dalam kutipan di atas terlihat bahwa Maryamah tidak diperbolehkan bertanding catur melawan lelaki, karena perempuan yang ada di kampung Melayu dianggap tidak mempunyai hak sama sekali apalagi melawan laki-laki. Paman beranggapan bahwa tidak ada persamaan hak antara laki-laki dan perempuan karena bagaimanapun juga derajat laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan. Tidak hanya paman yang menentang niat Maryamah tersebut, akan tetapi semua lelaki yang ada di kampung Melayu terutama para pemain catur sangat keras menolak keinginannya Maryamah itu. Mereka berpandangan bahawa seorang perempuan akan menjatuhkan martabat laki-laki jika sampai ada yang berani melawan lelaki.

Bagaimana pun juga seorang perempuan tidak mempunyai hak untuk sejajar dengan kaum laki-laki. hal itulah yang sampai sekarang menjadi prinsip orang-orang kampung Melayu. Di dalam warung kopi banyak lelaki yang menjelek-jelekkan Maryamah karena dianggap berani melawan lelaki. Sementara itu, Selamot yang menjadi teman Maryamah tersinggung saat Mitoha dan yang lainnya menjelek-jelekkan Maryamah yang ingin bermain catur bertanding melawan lelaki. Selamot membela saat Mitoha menjelek-jelekkan Maryamah. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini:

“Kami tidak pernah menghasut siapa pun. Itu kemauan mereka sendiri! Mengapa perempuan tak boleh ikut bertanding? Mana ada undang-undangnya bisa begitu.

Jangankan hanya catur, di Jakarta sekarang ada perempuan yang mau jadi presiden!. Presiden mau siapa, mau laki-laki, mau perempuan, mau banci, itu urusan orang Jakarta! Bukan urusan kita!”.

(103)

Dalam kutipan di atas terlihat bahwa terjadi pertengkaran dan adu mulut antara Mitoha, paman dan Selamot. Banyak di antara mereka yang tetap menentang keinginan Maryamah untuk bertanding di 17 Agustus nanti. Di warung kopi paman selain orang yang ingin membeli dan menyeruput kopi hanadalan mereka, memang setiap harinya sering banyak dikunjungi oleh lelaki kampung Melayu terutama para pemain catur handal, yang sering beradu bertanding catur untuk melatih kemampuan mereka. Modin yang akan menjadi ketua dalam pertandingan catur besok sekaligus dia adalah seorang kyai di kampung Melayu tampaknya angkat bicara, dan paman pun yang tadinya berdiri sambil memegang selangkangannya yang sakit kembali duduk. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini:

“Alasanku menolak Maryamah adalah karena pertimbangan syariat. Tak perlu aku berpanjang-panjang dalih. Tak perlu kusitir ayat-ayatnya. Di dalam Islam, perempuan tak boleh berlama-lama bertatapan dengan lelaki yang bukan muhrimnya. Dalam pertandingan catur, hal itu akan terjadi, dan hal itu nyata melanggar hukum agama.”

(105-106)

Dari kutipan di atas menunjukkan bahwa Modin selaku ketua dalam pertandingan catur sekaligus seorang kyai itu tidak memperbolehkan Maryamah bertanding catur apalagi melawan laki-laki. Menurutnya di dalam syariat Islam tidak diperbolehkan seorang perempuan berlama-lama bertatapan dengan laki-laki yang bukan muhrimnya, dan permainan catur tentunya akan berhadap-hadapan dengan laki-laki. Hal itu sangat melanggar hukum agama Islam.

Dengan pendapat itu, terjadi pro dan kontra antara pemain catur yang mendukung Maryamah dan tidak mendukung Maryamah. Paman yang tadinya menentang keinginan Maryamah sekarang menjadi muntab dan justru berbalik arah mendukung Maryamah. Sepertinya paman tidak sepihak dengan Modin karena masalah tertentu yang menjadikan paman merasa kecewa. Paman pun berdiri sambil menggenggam kuat-kuat selangkangannya. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini:

“Menurut hematku, kalau Modin ingin menghindari hukum agama dilanggar, pasang saja pembatas pada meja pertandingan! Maryamah bisa pula memakai burkak! Ia tak perlu saling pandang dengan siapa pun! Mertua A Nyan namanya Toha, lelaki atau perempuan, sama saja! Tak tahukah kalian, zaman sudah berubah. Perempuan juga punya hak seperti laki-laki! Mereka mau main catur, mau manjat pohon pinang, mau memanjat tiang listrik, itu urusan mereka! Itu hak mereka yang harus kita hormati!”.

(108)

Dalam kutipan di atas bahwa paman berada dipihak Maryamah dan menentang Modin. Sekarang Maryamah mempunyai orang-orang yang mendukung keinginannya itu, meskipun banyak juga yang menentang keinginannya.

Maryamah tetap terus berlatih main catur tanpa lelah dan tak menghiraukan siapa pun yang melecehkan dan mencibirnya. Tampak sekali keoptimisan Maryamah ingin memenangkan pertandingan catur itu. Dia benar-benar bersikeras ingin melawan Matarom si juara bertahan catur, akan tetapi tidak semudah itu Maryamah bisa berhadapan dengan mantan suaminya itu, karena dia harus bertanding melawan pemain-pemain catur lainnya terlebih dahulu dan menyisihkan mereka hingga babak grand final. Meskipun

sebenarnya dia tahu tidak semudah itu mengalahkan pemain-pemain catur hebat itu, akan tetapi Maryamah tidak pernah menyerah dan selalu berusaha berlatih terus. Dia berusaha berlatih catur dan harus menang. Itulah yang ada di dalam otaknya saat itu, siapapun lawannya Maryamah siap mengahadapinya. Sampai pada akhirnya, Maryamah binti Zamzani itu berhasil menyisihkan lawan hingga babak final. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini:

“Aku ingin memenangkan pertandingan final itu, Boi, suaranya berat. Ia tampak tak sabar ingin mengakhiri perjalanan epiknya dari seorang pecatur yang dipandang sebelah mata ke puncak kejuaraan. Aku harus menang.”

(286)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Maryamah mempunyai jiwa optimis yang tinggi ingin mengalahkan Matarom yang sekaligus mantan suaminya itu. Dia ingin membuktikan bahwa dia mampu mengalahkan Matarom jika terus semangat

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Maryamah mempunyai jiwa optimis yang tinggi ingin mengalahkan Matarom yang sekaligus mantan suaminya itu. Dia ingin membuktikan bahwa dia mampu mengalahkan Matarom jika terus semangat

Dokumen terkait