• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA 101 LAMPIRAN

2.4 Penelitian terdahulu

Penelitian mengenai Studi kelayakan sudah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Namun jenis proyek yang diteliti berbeda, kebanyakan penelitian – penelitian terhaulu mengkaji proyek – proyek di sektor off farm seperti Analisis finansial perusahaan tahu dan Analisis kelayakan investasi usaha tepung talas safira tetapi ada beberapa analisa proyek yang meneliti usaha di sektor on farm seperti : Analisis kelayakan investasi pengusahaan lobster air tawar dan Analisis kelayakan investasi pengusahaan terong belanda.

Dyah Anisa Purnamawati (2007) mengadakan penelitian kelayakan investasi usaha Safira Powder pada PT. Bogor Agro Lestari. Tujuan penelitian ini adalah : Menganalisis aspek – aspek dalam kelayakan usaha secara deskriptif yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek bahan baku, aspek manajemen, dan aspek kelembagaan; Menganalisis tingkat kelayakan finansial usaha Safira Powder di PT. Bogor Agro Lestari; serta melakukan analisis sensitivitas untuk melihat kelayakan usaha Safira Powder di PT. Bogor Agro Lestari bila terjadi perubahan – perubahan dalam lingkungan, seperti kenaikan harga bahan baku (umbi talas), penurunan nilai tukar US dolar terhadap rupiah.

Hasil analisis kualitatif dari aspek teknis, aspek majemen, aspek sosial ekonomi dan aspek pasar menunjukan bahwa usaha Safira Powder di PT. Bogor Agro Lestari layak untuk dilaksanakan. Hal tersebut ditunjukan oleh lokasi pabrik,

teknologi yang digunakan dan layout pabrik sesuai untuk usaha ini serta mendukung kelancaran proses produksi dan usaha. Penyediaan bahan baku puntelah diatur dengan baik melalui pengaturan tingkat petani, penerimaan lebih lanjut. Dari aspek manajemen menunjukan usaha safira menggunakan struktur organisasi lini dan staf. Tugas dan wewenang masing – masing jabatan telah diatur dengan baik sehingga tidak ada perangkapan jabatan serta tenaga kerja yang dibutuhkan pun telah terinci dengan baik.

Untuk melihat manfaat yang diperoleh dari besarnya biaya yang harus dikeluarkan pada usaha ini, maka perlu dilakukan analisis kelayakan finansial. Analisis ini dilakukan pada dua pola, yaitu jika perusahaan menggunakan kombinasi modal sendiri dan pinjaman bank, serta jika perusahaan menggunakan modal sendiri. Hasil analisis aspek finansial pada pola yang menggunakan modal sendiri dan pinjaman bank menunjukan usaha Safira Powder menghasilkan NPV sebesar Rp 11,216 juta, IRR sebesar 65,57 persen, Net B/C sebesar 9,69 dan PBP selama 2 tahun 3,2 bulan. Hasil analisis aspek finansial pada pola yang menggunakan modal sendiri menunjukan usaha Safira Powder menghasilkan NPV sebesar Rp 11,558 juta, IRR sebesar 46,56 persen, Net B/C sebesar 4,14 dan PBP selama 2 tahun 5,9 bulan.

Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat kembali hasil analisis apabila terjadi perubahan dalam dasar perhitungan biaya atau manfaat. Analisis sensitifitas hanya dilakukan pada penggunaan kombinasi modal sendiri dan pinjaman bank karena kombinasi modal ini yang akan dilakukan oleh perusahaan. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas masing-masing perubahan menunjukan usaha ini masih tetap layak untuk dilaksanakan. Usaha ini sangat sensitif terhadap

kenaikan harga bahan baku sebesar 10 persen, sedangkan kurang sensitif tehadap penurunan jumlah bahan baku sebesar 10 persen.

Faisal Ermin (2007) mengadakan penelitian kelayakan investasi pengusahaan Lobster air tawar pada CV. Vizan farm dan CV. Sejahtera Lobster farm. Tujuan penelitian ini adalah : Menganalisis kelayakan investasi meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial; Menganalisis tingkat kelayakan finansial usaha budidaya lobster air tawar masing – masing pola usaha (pembenihan, pembesaran, maupun pembenihan sampai dengan pembesaran); serta melihat kepekaan usaha budidaya lobster air tawar terhadap perubahan harga output, input, dan kombinasi keduanya.

Berdasarkan hasil kelayakan yang meliputi apek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan aspek finansial, pengusahaan lobster air tawar layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan analisis hasil kelayakan finansial, pola usaha II lebih menguntungkan dari ketiga pola usaha. Hasil swithicng value yang dilakukan terhadap ketiga pola usaha yang dilakukan menunjukan bahwa perubahan produksi dan harga output merupakan factor yang paling peka terhadap kelayakan usaha ini. Sedangkan perubahan terhadap factor input produksi tidak terlalu berpengaruh terhadap kelayakan usaha ketiga pola usaha yang dilakukan.

Enda Wahyuni (2007) mengadakan penelitian Kelayakan Pengusahaan Terong Belanda (Kasus di Kabupaten Karo, propinsi Sumatera Utara). Tujuan penelitian ini adalah : Menganalisis kelayakan usaha Terong Belanda secara deskriptif yang meliputi aspek teknis, aspek institusional-organisasi-manajerial, aspek sosial, dan aspek pasar; Menganalisis kelayakan finansial dalam pengusahaan Terong Belanda baik secara monokultur maupun tumpang sari; serta

menganalisis sensitivitas pengusahaan Terong Belanda terhadap perubahan factor seperti output produksi, harga input produksi dan harga penjualan.

Hasil analisis kualitatif dari aspek teknis, aspek institusional-organisasi- manajerial, aspek sosial, dan aspek pasar menunjukan bahwa pengusahaan Terong Belanda layak untuk dilaksanakan. Hasil analisis finansial menunjukan bahwa pengusahaan Terong Belanda juga layak dilaksanakan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil perhitungan analisis kelayakan usaha pengusahaan Terong Belanda pada tingkat diskonto sebesar 9,75 persen pada scenario I yaitu diporeleh nilai Net Present Value (NPV) lebih besar dari nol yaitu sebesar Rp 72,855 juta; Nilai Net Benefit per Cost (Net B/C) yang lebih besar dari 1, yaitu sebesar 1,67; Nilai Internal Rate of Return (IRR) yaitu sebesar 12 persen yang lebih besar dari tingkat diskonto, serta nilai payback periode yang lebih singkat dari umur proyek yaitu selama 2 tahun 9 bulan. Dari skenario II diporeleh nilai Net Present Value (NPV) lebih besar dari nol yaitu sebesar Rp 70,630 juta; Nilai Net Benefit per Cost (Net B/C) yang lebih besar dari 1, yaitu sebesar 2,09; Nilai Internal Rate of Return (IRR) yaitu sebesar 15 persen yang lebih besar dari tingkat diskonto, serta nilai payback periode yang lebih singkat dari umur proyek yaitu selama 2 tahun 11 bulan.

Berdasarka analisis Switching value yang dilakukan menunjukan bahwa skenario I relatif lebih peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada volume produksi dan penurunan harga Terong Belanda. Hal ini dilihat bahwa persentase dari kedua variabel pada skenario I lebih kecil dibandingkan Skenario II. Skenario II relatif lebih peka terhadap perubahan yang terjadi pada peningkatan biaya tenaga kerja.

Riwayadi (2007) mengadakan penelitian analisis investasi pengembangan budidaya ayam potong pada Hasjrul Harahap Farm di kecamatan Bojong Gede. Tujuan penelitian ini adalah : Menganalisis kelayakan investasi pengembangan ayam broiler melalui aspek-aspek kelayakan yaitu segi aspek hukum, pasar dan pemasaran, sosial dan ekonomi, teknis dan manajemen serta aspek keuangan; Menganalisis tingkat kepekaan kelayakan finansial peternakan ayam broiler akibat adanya perubahan dalam harga jual output, peningkatan mortalitas dan peningkatan harga input.

Hasil analisis dari segi hukum, pasar dan pemasaran, sosial, ekonomi, teknis, dan manajemen, usaha ini dinyatakan layak untuk dijalankan. Secara finansial baik usaha peternakan system yang telah dijalankan dengan system kandang bertingkat layak untuk dijalankan. Namun system usaha yang telah dijalankan memiliki tingkat kelayakan yang lebih baik daripada usaha peternakan dengan system kandang bertingkat.

Untuk melihat manfaat yang diperoleh dari besarnya biaya yang harus dikeluarkan pada usaha ini, maka perlu dilakukan analisis kelayakan finansial. Analisis ini dilakukan pada dua pola, yaitu pada usaha yang telah dijalankan dan system kandang bertingkat. Hasil analisis aspek finansial pada pola yang telah dijalankan oleh Hasjrul Harahap Farm menghasilkan NPV sebesar Rp 227,763 juta, IRR sebesar 13,63 persen, Net B/C sebesar 1,404 dan PBP selama 4 tahun 4 bulan. Hasil analisis aspek finansial pada system kandang bertingkat menunjukan usaha Hasjrul Harahap Farm menghasilkan NPV sebesar Rp 302,602 juta, IRR sebesar 17,94 persen, Net B/C sebesar 1,5344 dan PBP selama 4 tahun 2 bulan.

Analisis sensitivitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan finansial apabila terjadi penurunan harga jual output hingga sebesar Rp. 6.200/kg, peningkatan harga-harga input sebesar 10 persen dan peningkatan peningkatan mortalitas hingga 7,74 persen berdasarkan pengalaman dari peternakan Hajrul Harahap Farm.

Hasil analisis sensitivitas usaha pengembangan dengan pola I dengan mortalitas total sebesar 7,74 persen maka proyek tidak layak secara finansial, karena memeiliki NPV yang negative, IRR lebih kecil dari DF (10 persen), Net B/C lebih kecil dari satu dan payback periode tidak terjadi hingga proyek berakhir. Peningkatan harga input sebesar 10 persen akan menyebabkan proyek tidak layak secara finansial. Penurunan harga jual ayam sebesar Rp 6.200/kg menyebabkan proyek tidak layak secara finansial untuk dijalankan. Usaha pengembangan dengan pola II dengan mortalitas total sebesar 7,74 persen, maka proyek tersebut masih layak secara finansial untuk dijalankan, karena memiliki NPV yang positif, Net B/C lebih besar dari I dan payback periode terjadi sebelum proyek berakhir. Peningkatan harga input sebesar 10 persen akan menyebabkan proyek tidak layak secara finansial. Penurunan harga jual ayam hingga sebesar Rp 6.200,00/kg menyebabkan NPV yang negative, IRR di bawah DF (10 persen), Net B/C kurang dari satu dan payback periode lebih lama dari umur proyek.

Jefri Ricardo (2006) mengadakan penelitian kelayakan finansial perusahaan tahu (studi kasus perusahaan tahu sumber rezeki kecamatan Cipondoh, Kota Tanggerang). Tujuan penelitian ini adalah : Mengkaji keragaan perusahaan tahu sumber rezeki jika dilihat dari aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi, dan aspek pasar, Menganalisis kelayakan investasi perusahaan tahu

sumber rezeki jika dilihat dari aspek finansial., serta menganalisis nilai pengganti terhadap kelayakan investasi perusahaan tahu sumber rezeki akibat adanya perubahan manfaat dan biaya.

Hasil analisis kualitatif dari aspek teknis, aspek majemen, aspek sosial ekonomi dan aspek pasar menunjukan bahwa usaha pengolahan tahu pada perusahaan tahu sumber rezeki layak untuk dilaksanakan. Hal tersebut ditunjukan oleh kemudahan teknologi yang digunakan, manajemen pengelolaan yang sederhana, menciptakan kesempatan kerja, pengelolaan limbah yang baik serta pemasaran tahu yang cukup luas.

Umur proyek yang digunakan dalam analisis ini adalah selama 8 tahun. Hal tersebut berdasarkan umur ekonomis mesin penggilingan yang merupakan alat yang paling penting dalam proses produksi tahu di perusahaan tahu ini. Hasil analisis finansial menunjukan bahwa pengolahan tahu pada perusahaan tahu sumber rezeki layak dilaksanakan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil perhitungan analisis kelayakan usaha perusahaan tahu sumber rezeki pada tingkat diskonto sebesar 10 persen yaitu diporeleh nilai Net Present Value (NPV) lebih besar dari nol yaitu sebesar Rp 187,564 juta; Nilai Net Benefit per Cost (Net B/C) yang lebih besar dari 1, yaitu sebesar 2,99; Nilai Internal Rate of Return (IRR) yaitu sebesar 51,92 persen yang lebih besar dari tingkat diskonto, serta nilai payback periode yang lebih singkat dari umur proyek yaitu selama 2 tahun 2 bulan.

Hasil analisis switching value menunjukan bahwa perusahaan tahu sumber rezeki memiliki kepekaan yang cukup tinggi terhadap perubahan harga bahan baku (kedelai) dan terhadap volume penjualan. Kenaikan harga beli kedelai yang melebihi 8,72 persen atau penurunan volume penjualan yang melebihi 12,72

persen akan menyebabkan usaha yang dilakukan menjadi tidak layak dilaksanakan. Hal ini menunjukan resiko yang cukup tinggi bagi perusahaan tahu sumber rezeki dalam menjalankan usahanya.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilaksanakan terletak pada jenis usaha yang dilakukan pada penelitian ini usaha yang dilakukan merupakan usaha on-farm dari subsistem agribisnis sedangkan penelitian- penelitian terdahulu sebagian besar menilai kelayakan pada usaha off-farm atau pengolahan produk-produk agribisnis. Dari segi metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan rencana penelitian peneliti relatif sama yaitu dengan melihat aspek pasar, apek manajemen, aspek teknis dan aspek keuangan. Tetapi pada penelitian ini tidak dilakukan analisis aspek sosial dan ekonomi karena ruang lingkup penelitian ini hanya dibatasi pada lingkup internal perusahaan saja sehingga tidak melihat efek usaha terhadap lingkungan sekitar atau makro.