• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penulis menyadari sepenuh hati bahwa skripsi ini tidak akan tersusun dan selesai tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu dari lubuk hati yang teramat dalam, perkenankanlah Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :

1. Yang Tercinta Papa dan Mama serta Adikku Nita dan Adikku Dinda yang telah memberikan doa dan dorongan yang begitu besar demi terselesaikannya skripsi ini.

2. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS, selaku Dosen Pembimbing skripsi, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan selama penulis menyusun skripsi.

3. Lusi Fausia, Ir. M.Ec sebagai dosen penguji utama yang telah berkenan meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

4. Faroby Falatehan, SP, ME sebagai dosen penguji dari wakil komisi pendidikan Program Studi Manajemen Agribisnis atas segala kritik dan saran yang telah diberikan.

5. Amzul Rifin, SP, MA sebagai dosen pembimbing akademik, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan semasa perkuliahan.

membantu penulis.

7. Bapak Asep Sutisna yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian pada peternakan kelinci miliknya.

8. Temanku Iswanti Noor Rustiana dan keluarga yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis guna menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-temanku Nunu, Evan, Anggoy, Ragil, Yoga, Nunik, Tere, Agnes, Pretty, Widy, Mamieq, Sastro, Uci, Arisman dll yang melewati masa senang dan susah selama menjalani masa perkuliahan.

10.Teman-temanku seperjuangan Nung, Fany, Intan, Nova, Aulia yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Teman-temanku satu bimbingan akademik selama enam semester Icha, Vera Nova, Tutik, Rizal, Triyadi, Effendi yang telah saling membantu selama masa perkuliahan.

12.Teman-temanku Adisty, Bapuq, Tifa, Remy, Fandy, Neneng yang telah menjadi bagian baru dari penulis.

13.Teman-teman KKP Faperta IPB Desa Sukajaya Amie, Santi, Ebi, dan Septian yang telah menjadi keluarga baru bagi penulis.

14.Teman-temanku yang telah menjadi bagian dari keluarga Griya Indah Yudi, Geri, Ali, Ihsan, Ibnu, Oji, Mas Gatot, Ivan, Indra dan teman-temanku lainnya yang tidak dapat kusebutkan satu persatu yang telah memberikan dorongan,

15.Teman-temanku AGB 42 Wening, Wiwi, Gita, Tiara, Rina, Ayu, Faisal, Nawi, Eca, Yusda, Hari, Bayu dan teman-temanku yang lainnya yang tidak dapat kusebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan moril kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan juga telah bersedia hadir dan memberikan masukan pada seminar skripsi penulis.

16.Pihak-Pihak lain yang secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Halaman DAFTAR ISI ... x DAFTAR TABEL ... xiii DAFTAR GAMBAR ... xiv DAFTAR LAMPIRAN ... xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 6 1.3 Tujuan Penelitian ... 9 1.4 Kegunaan Pnelitian ... 9 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelinci dan Kerabatnya ... 11 2.2 Teknik Budidaya ... 13 2.2.1 Pemilihan Bibit ... 13 2.2.2 Pakan ... 14 2.2.3 Kandang ... 14 2.2.4 Reproduksi dan Perkawinan ... 15 2.2.5 Penyakit Kelinci ... 16 2.2.6 Panen dan Pascapanen ... 17 2.3 Manfaat dan Kegunaan Ternak Kelinci ... 17 2.3.1 Bahan Pangan ... 17 2.3.2 Produksi Kulit ... 18 2.3.3 Kegunaan Lain ... 18 2.4 Penelitian terdahulu ... 19

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 27 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek ... 27 3.1.2 Analisis Ekonomi dan Finansial ... 31 3.1.3 Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) ... 39 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 40

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 44 4.2 Jenis Data dan Sumber Data ... 44 4.3 Metode Penentuan Lokasi dan Pengumpulan Data

...44

4.4 Metode Analisis Data ...45 4.4.1 Analisis Kelayakan Finansial ... 46 4.4.2 Masa Pengembalian Investasi yang Didiskontokan ... 49 4.4.3 Analisis Switching Value ... 50 4.5 Asumsi Dasar yang Digunakan ... 51

BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1 Profil Perusahaan ... 54 5.2 Sejarah dan Perkembangan Usaha ... 54 5.3 Struktur Organisasi Perusahaan ... 56 5.4 Rencana Pengembangan Proyek ... 56

BAB VI ASPEK PASAR, ASPEK MANAJEMEN, ASPEK TEKNIS

6.1 Pola Usaha Peternakan Kelinci ... 58 6.2 Aspek Pasar Peternakan Kelinci ... 58 6.2.1 Aspek Pasar Budidaya Anakan Kelinci ... 58 6.2.2 Aspek Pasar Budidaya Kelinci Pedaging ... 61 6.2.3 Hasil Analisis Aspek Pasar ... 62 6.3 Aspek Manajemen ... 63

6.4.1 Keragaan Usaha Budidaya Anakan Kelinci ... 65 6.4.2 Keragaan Usaha Budidaya Kelinci Pedaging ... 70 6.4.3 Hasil Analisis Aspek Teknis ... 71

BAB VII ASPEK FINANSIAL

7.1 Analisis Kelayakan Finansial Pola Usaha I ... 72 7.1.1 Arus Penerimaan (Inflow) ... 72 7.1.2 Arus Pengeluaran (Outflow) ... 74 7.1.3 Kelayakan Finansial Pola Usaha I ... 78 7.1.4 Analisis Switching Value ... 79 7.2 Analisis Kelayakan Finansial Pola Usaha II ... 81 7.2.1 Arus Penerimaan (Inflow) ... 81 7.2.2 Arus Pengeluaran (Outflow) ... 82 7.2.3 Kelayakan Finansial Pola Usaha II ... 86 7.2.4 Analisis Switching Value ... 87 7.3 Analisis Kelayakan Finansial Pola Usaha III ... 88 7.3.1 Arus Penerimaan (Inflow) ... 88 7.3.2 Arus Pengeluaran (Outflow) ... 90 7.3.3 Kelayakan Finansial Pola Usaha III ... 93 7.3.4 Analisis Switching Value ... 94 7.4 Perbandingan Hasil Analisis Kelayakan Finansial

Pada Ketiga Pola Usaha ... 95 7.5 Perbandingan Hasil Analisis Switching Value Ketiga Pola Usaha 97

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan ... 99 8.2 Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 101 LAMPIRAN ... 103

Nomor Halaman

1. Penduduk Kab. Bandung yang Bekerja menurut Kecamatan dan

Lapangan Usaha...1 2. Konsumsi Daging, Telur, dan Susu (kg/perkapita/tahun) ... 2 3. Konsumsi Daging menurut Jenis Daging (kg/kapita/tahun) ... 3 4. Perkembangan Volume Impor Komoditas Peternakan, 2002-2006 (kg) .... 3 5. Komposisi Kimia Berbagai Macam Daging ... 4 6. Volume Ekspor Komoditas Peternakan ... 6 7. Hasil Penjualan Anakan Kelinci yang Dihasilkan oleh Pola Usaha I ... 73 8. Hasil Penjualan Kelinci Pedaging yang Dihasilkan oleh Pola Usaha I ... 74 9. Hasil Analisis Finansial Pola Usaha I ... 79 10. Hasil Analisis Swiching Value pada Pola Usaha I ... 79 11. Hasil Penjualan Anakan Kelinci yang Dihasilkan oleh Pola Usaha II ... 82 12. Hasil Analisis Finansial Pola Usaha II ... 87 13. Hasil Analisis Switching Value Pada Pola Usaha II ... 87 14. Hasil Penjualan Pedaging yang Dihasilkan oleh Pola Usaha III ... 89 15. Hasil Analisis Finansial Pola Usaha III ... 93 16. Hasil Analisis Switching Value Pada Pola Usaha III ... 94 17. Perbandingan Kriteria Kelayakan Financial Usaha Peternakan Kelinci dari Ketiga Pola Usaha ... 97 18. Switching Value Ketiga Pola Usaha Peternakan Kelinci ... 97

Nomor Halaman 1. Grafik Hubungan Antara NPV dan Tingkat Suku Bunga ... 37 2. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional ... 43 3. Struktur Organisasi Asep’s Rabbit Project ... 56 4. Saluran Pemasaran Anakan Kelinci ... 60 5. Saluran Pemasaran Kelinci Pedaging ... 62 6. Struktur Organisasi ... 64

Nomor Halaman

1. Timetable Pola Usaha I TahunPertama………...……….103 2. Timetable Pola Usaha I Tahun Kedua sampai Kelima... 104 3. Timetable Pola Usaha II Tahun Pertama ... 105 4. Timetable Pola Usaha II Tahun Kedua sampai Kelima ... 106 5. Timetable Pola Usaha III Tahun Pertama... 107 6. Timetable Pola Usaha III Tahun Kedua sampai Kelima ... 108 7. Populasi Kelinci Pola Usaha I Tahun Pertama ... 109 8. Populasi Kelinci Pola Usaha II Tahun Pertama ... 109 9. Populasi Kelinci Pola Usaha II Tahun Pertama ... 109 10. Populasi Kelinci Pola Usaha I Tahun kedua sampai kelima ... 110 11. Populasi Kelinci Pola Usaha II Tahun kedua sampai kelima ... 110 12. Populasi Kelinci Pola Usaha III Tahun kedua sampai kelima ... 110 13. Nilai Sisa Pola Usaha I ... 111 14. Biaya Investasi Pola Usaha I ... 111 15. Biaya Operasional Tahun Pertama Pola Usaha I ... 112 16. Biaya Operasional Tahun Kedua sampai Kelima Pola Usaha I ... 112 17. Biaya Tetap Tahun Pertama Pola Usaha I ... 113 18. Biaya Tetap Tahun Kedua sampai Kelima Pola Usaha I ... 113 19. Nilai Sisa Pola Usaha II ... 113 20. Biaya Investasi Pola Usaha II ... 114 21. Biaya Operasional Tahun Pertama Pola Usaha II ... 114 22. Biaya Operasional Tahun Kedua sampai Kelima Pola Usaha II ... 115 23. Biaya Tetap Tahun Pertama Pola Usaha II ... 115 24. Biaya Tetap Tahun Kedua sampai Kelima Pola Usaha II ... 116 25. Nilai Sisa Pola Usaha III ... 116 26. Biaya Investasi Pola Usaha III ... 116 27. Biaya Operasional Tahun Pertama Pola Usaha III ... 117 28. Biaya Operasional Tahun Kedua sampai Kelima Pola Usaha III ... 117

31. Cashflow Pola Usaha I ... 119 32. Laporan Laba Rugi Pola Usaha I ... 120 33. Cashflow Analisis Switching Value Penurunan Harga Anakan

Pola Usaha I ... 121 34. Laporan Laba Rugi Analisis Switching Value Penurunan Harga

Pola Usaha I ... 122 35. Cashflow Analisis Switching Value Peningkatan Harga Indukan

Pola Usaha I ... 123 36. Laporan Laba Rugi Analisis Switching Value Peningkatan Harga Indukan Pola Usaha I ... 124 37. Cashflow Analisis Switching Value Penurunan Produksi

Pola Usaha I ... 125 38. Laporan Laba Rugi Analisis Switching Value Penurunan Produksi

Pola Usaha I ... 126 39. Cashflow Analisis Switching Value Peningkatan Harga Pakan

Pola Usaha I ... 127 40. Laporan Laba Rugi Analisis Switching Value Peningkatan Harga Pakan Pola Usaha I ... 128 41. Cashflow Pola Usaha II ... 129 42. Laporan Laba Rugi Pola Usaha II ... 130 43. Cashflow Analisis Switching Value Penurunan Harga Anakan

Pola Usaha II ... 131 44. Laporan Laba Rugi Analisis Switching Value Penurunan Harga Anakan Pola Usaha II ... 132 45. Cashflow Analisis Switching Value Peningkatan Harga Indukan

Pola Usaha II ... 133 46. Laporan Laba Rugi Analisis Switching Value Peningkatan Harga Indukan Pola Usaha II ... 134 47. Cashflow Analisis Switching Value Penurunan Produksi

Pola Usaha II ... 136 49. Cashflow Analisis Switching Value Peningkatan Harga Pakan

Pola Usaha II ... 137 50. Laporan Laba Rugi Analisis Switching Value Peningkatan Harga Pakan Pola Usaha II ... 138 51. Cashflow Pola Usaha III ... 139 52. Laporan Laba Rugi Pola Usaha III ... 140 53. Cashflow Analisis Switching Value Penurunan Harga Anakan

Pola Usaha III ... 141 54. Laporan Laba Rugi Analisis Switching Value Penurunan Harga Anakan Pola Usaha III ... 142 55. Cashflow Analisis Switching Value Peningkatan Harga Indukan

Pola Usaha III ... 143 56. Laporan Laba Rugi Analisis Switching Value Peningkatan Harga Indukan Pola Usaha III ... 144 57. Cashflow Analisis Switching Value Penurunan Produksi

Pola Usaha III ... 145 58. Laporan Laba Rugi Analisis Switching Value Penurunan Produksi

Pola Usaha III ... 146 59. Cashflow Analisis Switching Value Peningkatan Harga Pakan

Pola Usaha III ... 147 60. Laporan Laba Rugi Analisis Switching Value Peningkatan Harga Pakan Pola Usaha III ... 148 61. Daftar Pertanyaan Pengarah ... 149

1.1 Latar Belakang

Subsektor peternakan memegang peranan penting sebagai salah satu sumber pertumbuhan, khususnya bagi sektor pertanian dan umumnya perekonomian Indonesia. Subsektor peternakan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan sektor pertanian, diutamakan untuk memenuhi pangan dan gizi melalui usaha pembinaan daerah-daerah produksi yang telah ada serta pembangunan daerah-daerah baru.

Salah satu daerah produksi pertanian pada umumnya dan peternakan pada khususnya yang cukup besar adalah di kawasan kabupaten Bandung karena lebih dari seperempat total penduduk yang telah memasuki usia kerja bekerja di sektor pertania. Hal ini ditunjukan pada Tabel 1 dimana 381.440 jiwa bekerja di sektor pertanian, jumlah ini merupakan jumlah terbesar kedua setelah sektor industri tetapi perbedaannya tidak terlalu signifikan.

Tabel 1. Penduduk Kabupaten Bandung yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha

No Lapangan Usaha Jumlah Persentase

1 Pertanian 381.373 26,02

2 Pertambangan dan penggalian 4.600 0,32

3 Industri 395.440 26,98

4 Listrik dan Air 3.913 0,27 5 Gas Konstruksi 89.604 6,11 6 Perdaganagan 278.621 19,01 7 Angkutan dan Komunikasi 133.974 9,14

8 Keuangan 15.590 1,06

9 Jasa 162.582 11,09

Total 1.465.670 100

pertanian yang ada di Indonesia. Produk-produk yang dihasilkan dari wilayah ini sudah dikenal oleh daerah-daerah lain di Indonesia karena produk-produk tersebut didistribusikan ke daerah lain untuk memenuhi kebutuhan daerah tersebut. Salah satu produk pertanian yang dihasilkan dari wilayah kabupaten Bandung adalah kelinci. Sentra peternakan kelinci terbesar di Kabupaten Bandung berada di wilayah Lembang dan Pangalengan. Daerah ini sangat cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan kelinci karena memiliki udara yang sejuk serta bersih dari polusi.

Peran pemerintah dalam sektor pertanian sangatlah penting karena sektor ini merupakan sektor yang sangat penting karena menyangkut kebutuhan paling mendasar bagi manusia. Kebijakan-kebijakan di sektor ini sangat mempengaruhi pekerja di sektor ini oleh karena itu kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah haruslah berpihak kepada stakeholder terkait.

Semakin bertambahnya jumlah penduduk, tingkat pendapatan serta meningkatnya kadar gizi masyarakat, maka akan menyebabkan permintaan akan produksi ternak semakin meningkat guna memenuhi kebutuhan protein hewani seperti yang ditunjukan pada Tabel 2 dimana konsumsi daging mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Tabel 2. Konsumsi Daging, Telur, dan Susu (kg/perkapita/tahun) No. Jenis Tahun Pertumbuhan

dari tahun 2005 s/d 2006 (%) 2003 2004 2005 2006 1. Daging 6,05 6,28 5,79 6,43 11,41 2. Telur 4,11 4,68 4,34 4,64 6,91

masyarakat Indonesia minimal sebesar 6 gr/kapita/hari atau setara dengan 2.19 kg/kapita/tahun Dari kebutuhan ini sebagian besar masyarakat Indonesia lebih memilih untuk mengkonsumsi daging ayam dan sapi karena daging – daging ini mudah didapatkan di pasar (Tabel.3).

Tabel 3. Konsumsi Daging menurut Jenis Daging (kg/kapita/tahun)

No. Komoditi Tahun

1996 1999 2002 2004 2005 1. Sapi dan kerbau 0,72 0,52 0,572 0,676 0,468 2. Ayam dan unggas 1,30 0,57 3,338 3,692 3,848 Sumber : BPS, 2006

Kenaikan konsumsi daging ini menyebabkan pemerintah harus mengimpor daging sapi dan daging hewani lainnya dengan jumlah yang cukup signifikan (Tabel.4) dari negara-negara tetangga karena produksi lokal tidak dapat memenuhi permintaan pasar di Indonesia sehingga hal ini akan mebuat anggaran belanja pemerintah membengkak dan dapat menyebabkan krisis pangan.

Tabel 4. Perkembangan Volume Impor Komoditas Peternakan Tahun 2002- 2006 (Ton)

No. Komoditas 2004 2005 2006 1. Daging Sapi 11.772,011 19.957,195 24.078,542 2. Daging Ayam 1.193,779 3.817,300 3.331,439 3. Daging Kambing 519,710 829,561 711,750 4. Daging unggas lain 2,347 0,577 52,635 Sumber : BPS diolah Pusdatin DEPTAN 2007

Ternak kelinci dapat dipilih sebagai alternatif untuk memenuhi permintaan yang meningkat tersebut, mengingat kelinci memiliki kelebihan dibandingkan ternak lain yang telah dikenal sebelumnya untuk memenuhi konsumsi daging perkapita Indonesia yang cukup tinggi, hal ini dapat dilihat dari Tabel 3. Selain itu

55.000 (Kompas, Februari 2008) sedangkan harga daging kelinci berada pada kisaran Rp 60.000 (Asep’s Rabbit Project).

Kelinci juga menguntungkan untuk diternak secara intensif berpola komersial karena daya reproduksinya cepat, dalam jangka waktu satu tahun, seekor kelinci dapat beranak 4 – 5 kali, dengan jumlah anak per kelahiran 5 – 6 ekor dan masa bunting relatif singkat (Sarwono 2001).

Daging kelinci memiliki kelebihan dibandingkan dengan daging ternak lainnya, diantaranya memiliki kadar lemak jenuh yang rendah dibandingkan ternak lain seperti sapi, domba, dan kambing serta kandungan proteinnya yang tinggi membuat daging kelinci baik untuk menjaga jaringan tubuh, membentuk sel-sel, dan meningkatkan kecerdasan otak (Pujoharjo 2001). Komposisi kimia dari beberapa macam daging ternak dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5. Komposisi Kimia Berbagai Macam Daging Jenis Daging Energi (Kkal/kg) Sodium (mg/g) Lemak Jenuh (mg/g) Kadar Air (%) Protein (%) Lemak (%) Sapi 380 65 41,3 49 15,5 35 Domba 345 75 55,4 53 15 31 Ayam 200 70 - 67 19,5 12 Kelinci 160 40 37 70 21 8 Sumber : Lebas et al. dalam Pujoharjo

(2001)

Tingkat konsumsi daging kelinci dibandingkan daging lain lebih sedikit, hal ini disebabkan oleh pola konsumsi masyarakat yang belum terbiasa dan persepsi yang timbul mengenai ternak tersebut. Persepsi yang ada sekarang lebih memandang kelinci sebagai hewan peliharaan atau hewan hias.

menentukan pertumbuhan, kesehatan dan perkembangbiakannya. Jenis pakan yang dipakai tidak bersaing dengan kepentingan manusia maupun ternak industri intensif seperti ayam.

Dalam peternakan kelinci intensif, pakan yang diberikan tak hanya berupa hijauan sebagai pakan pokok. Selain hijauan, pakan kering seperti konsentrat, hay (rumput kering), biji-bijian dapat diberikan sebagai pakan tambahan. Seperti halnya ternak ruminansia, kelinci membutuhkan karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin, dan air. Jumlah kebutuhannya tergantung pada umur, tujuan produksi, serta laju kecepatan pertumbuhan.

Pada tahun 1982, pemerintah pernah menganjurkan agar kelinci dikembangkan sebagai ternak sumber daging untuk meningkatkan mutu gizi masyarakat. Namun, usaha tersebut gagal karena kelinci berkembang menjadi komoditas yang mahal, terutama harga bibitnya. Beberapa ras kelinci yang banyak dikembangkan secara komersial di Negara-negara Eropa, Amerika, dan juga Indonesia yaitu Anggora, Champagne d’Argent, Carolina, Checkered giant, Dutch, English Spot, dan Himalayan. Harga dari beberpa ras kelinci tersebut dapat dihargai mencapai jutaan rupiah oleh para hobbyist.

Selama ini peternakan kelinci di Indonesia masih diusahakan sebagai peternakan keluarga dengan skala usaha yang relatif kecil. Kegiatan budidaya dan manajemennya masih sederhana. Sebagai alternatif, usaha peternakan kelinci sebenarnya dapat dikembangkan dalam bentuk perusahaan peternakan baik kelinci hias maupun kelinci potong. Sasaran produksi kelinci dapat ditingkatkan sesuai

Peluang pasar luar negeri untuk ternak kelinci maupun hasil olahannya cukup besar, kelinci dapat diperdagangkan langsung sebagai hewan peliharaan atau hewan hias sedangkan daging kelinci dapat dikonsumsi atau diolah terlebih dahulu sebagai abon, sosis, bakso, dan dendeng. Kulit dan bulu dapat dijadikan bahan pakaian atau kerajinan lain seperti topi, dompet dan sebagainya, hal ini dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Volume Ekspor Komoditas Peternakan (Ton)

No. Komoditas 2002 2003 2004 2005 1. Sapi 77.677 111.432 19.164 87.546 2. Kelinci 570 16.793 18.385 60.000 4. Kambing 39.074 1.708 387 1.228 5. Ayam 2.346.322 2.760.691 100.867 316 Sumber : BPS diolah Pusdatin DEPTAN 2007

Pada Tabel 5 terlihat bahwa ekspor kelinci Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan pada tahun 2005 menduduki posisi di bawah sapi dilihat dari volume ekspornya. Peningkatan ekspor dari tahun 2002 ke 2003 sebesar 29 persen, tahun 2003 ke 2004 sebesar 10 persen, dan peningkatan yang paling signifikan yaitu sebesar 69 persen pada tahun 2004 ke 2005. Hal ini berarti bahwa adanya peluang pasar yang sangat besar di luar negeri sehingga para peternak kelinci kita harus bisa menangkap peluang ini dengan menghasilkan kelinci-kelinci berkualitas dan berdaya saing tinggi.

1.2 Perumusan Masalah

Volume ekspor Indonesia pada komoditas kelinci sangat baik, hal ini ditunjukan dengan peningkatan volume ekspor setiap tahunnya. Pada tahun 2002

ekor. Peningkatan ekspor dari tahun 2002 ke 2003 sebesar 29 persen, tahun 2003 ke 2004 sebesar 10 persen, dan peningkatan yang paling signifikan yaitu sebesar 69 persen.

Salah satu peternak kelinci di kawasan Lembang yang sudah sangat dikenal oleh para hobbyist dan peternak lainnya di daerah Bandung adalah Asep Sutisna dengan peternakan kelincinya bernama Asep’s Rabbit Project. Asep’s Rabbit Project berternak sekitar 200 jenis kelinci hias dan juga menyediakan kelinci potong bila ada pesanan.

Asep’s Rabbit Project memiliki lahan yang tidak begitu luas hanya kurang lebih 200 m2 tetapi di dalamnya terdapat kandang yang berjajar rapi membentuk 4 baris memanjang. Kandang yang dipergunakan untuk berternak kelinci sangat terjaga kebersihannya sehingga menjamin bahwa ternak yang ada di dalamnya sehat dan terawat. Selain berternak kelinci Asep’s Rabbit Project juga memproduksi pakan konsentrat bagi kelinci yang berbentuk pellet, pakan yang diproduksi oleh Asep’s Rabbit Project ditujukan untuk konsumsi sendiri oleh karena itu bahan baku serta komposisinya dijaga keseimbangannya sehingga sangat cocok untuk berbagai jenis kelinci yang terdapat di peternakan.

Biaya investasi awal yang harus dikeluarkan pemilik untuk menjalankan usaha peternakan kelinci ini sangat besar, karena pemilik harus mengimpor indukan dari luar negeri agar hasil produksi baik dan harga yang diterima tinggi. Indukan yang diimpor dari luar negeri ini memiliki kualitas yang relatif lebih baik dan unggul bila dibandingkan dengan kelinci-kelinci lokal. Harga indukan yang

Manajemen yang dilakukan oleh pemilik Asep Rabbit Project masih bersifat sederhana. Perusahaan ini berbentuk perusahaan perseorangan, yaitu pemilik perusahaan sekaligus sebagai pengelola, pengawas peternakan, serta produksi pakan. Pemilik perusahaan memiliki wewenang untuk mengambil keputusan setiap keputusan baik yang bersifat operasional maupun non- operasional. Pembukuan keuangan yang dilakukan pada perusahaan ini masih bersifat sederhana.

Selain itu Asep’s Rabbit project juga belum dapat memenuhi jumlah permintaan pasar dalam kelinci hias dan kelinci pedaging. Demand terhadap anakan kelinci maupun pedaging belum banyak diambil oleh Asep’s Rabbit project karena adanya berbagai keterbatasan dalam usaha. Oleh karena itu Asep’s Rabbit Project memiliki rencana untuk mengembangkan skala usahanya.

Dari uraian di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah peternakan Asep’s Rabbit Project layak dijalankan ditinjau dari aspek pasar, aspek teknis, dan aspek manajemen?

2. Apakah secara finansial usaha peternakan kelinci Asep’s Rabbit Project adalah layak?

3. Apakah proyek pengembangan usaha ini peka terhadap penurunan harga output, penurunan produksi, pengkatan harga indukan dan peningkatan harga pakan?

maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis aspek-aspek dalam kelayakan usaha secara deskriptif yang meilputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial.

2. Menganalisis tingkat kelayakan aspek finansial peternakan kelinci Asep’s Rabbit Project.

3. Melakukan analisis switching value untuk melihat tingkat kepekaan kelayakan usaha peternakan kelinci Asep’s Rabbit Project bila terjadi perubahan - perubahan dalam penurunan harga output, penurunan produksi, pengkatan harga indukan dan peningkatan harga pakan?.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu :

1. Bagi perusahaan, hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan dan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam menjalankan operasional dan dalam membuat rencana pengembangan usaha selanjutnya.

2. Bagi penulis, penelitian ini menambah pengalaman dan latihan dalam menerapkan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama kuliah.

3. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi atau bahan rujukan untuk melihat keadaan dan kondisi peternakan kelinci, serta dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan penulisan selanjutnya dan dalam pemilihan bisnis.

aspek manajemen, aspek pasar. Aspek finansial yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kriteria kelayakan investasi yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit per Cost (Net B/C), dan Payback Periode. Selain itu penelitian ini juga dilakukan analisis Switching Value.

2. 1 Kelinci dan Kerabatnya

Kelinci saat ini telah dikenal masyarakat luas sebagai hewan peliharaan dan juga hewan konsumsi. Kelinci yang saat ini banyak diternakan dahulu berasal dari kelinci liar yang telah mengalami proses domestikasi. Kelinci termasuk hewan purba hal ini terlihat fosil yang ditemukan membuktikan kelinci berasal dari kala Eosen. Kelinci dan kerabatnya dijelaskan secara rinci pada paragraf di berikut ini.

a. Pika

Hewan-hewan kecil mirip kelinci itu lazim disebut pika. Karena kepandaiannya bersiul ada yang menyebut terwelu bersiul. Pika di alam tersebar dari Eropa Timur sampai Jepang, dari Himalaya sampai Siberia. Juga terdapat di Amerika Utara yang penyebarannya dari Alaska sampai Rocky Mountain. Di Eropa Timur terdapat Pika Stepa (Ochotona pusila), di Jepang terdapat Pika Jepang (Ochotona Hiperboren), di Himalaya terdapat Pika Mount everest (Ochotona wollastoni), di Amerika Utara terdpat Pika Amerika (Ochotona princeps).

Semua spesies hidup berkoloni, menggali lubang tanah untuk tempat tinggal. Habitatnya daerah beriklim dingin, menempati daerah yang sering kekurangan persediaan makanan selama musim salju. Mereka tidak tidur selama musim salju dan tidak mengembangkan system menyimpan persediaan makanan.