PENGENALAN DASAR PENELITIAN
B. Poses Langkah – Langkah Umum Penelitian
1. Penentuan Masalah Secara Umum
Langkah pertama adalah memilih sebuah topik penelitian secara umum dalam bidang pendidikan, seperti pembelajaran, kurikulum, evaluasi, administrasi, dan pendidikan luar biasa. Bidang yang dipilih biasanya adalah yang menarik minat peneliti. Suatu topik tertentu dipilih karena adanya beberapa alasan: mungkin karena menyangkut masalah yang fundamental dalam bidang pendidikan, karena menjadi masalah yang kontroversial, karena masalah sosial yang sedang hangat dibicarakan banyak orang, atau karena tersedianya dana untuk melaksanakan penyelidikan.
Secara umum, masalah dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang memerlukan pembahasan pemecahan, informasi, atau keputusan. Dalam bidang penelitian, secara teknis masalah menyiratkan adanya kemungkinan dilakukannya suatu penyelidikan empiris, yakni pengumpulan dan analisis data. Masalah penelitian perlu dinyatakan dengan jelas karena melalui pernyataan tersebut peneliti berusaha mengkomunikasikan kepada pihak lain tentang fokus dan pentingnya masalah koonteks dan skop kependidikan, serta kerangka kerja laporan penelitiannya. Disamping itu, nilai suatu penelitian lebih sering
53
ditentukan oleh apa yang dinyatakan dalam masalah daripada apa yang dinyatakan dalam bagian lain. Oleh karena itu, masalah penelitian harus mendapatkan perhatian yang serius dari peneliti sebelum melakukan kegiatan lain dalam proses penelitiannya.
Pada umumnya, peneliti dalam bidang pendidikan memfokuskan kajiannya pada usaha untuk mendeskripsikan fenomena kependidikan, menjelaskan (explaining) kejadian yang terobservasi, serta mengembangkan suatu pemecahan masalah kependidikan. Disamping itu, peneliti juga bisa mengajukan berbagai pertanyaan baik yang bersifat teoritis maupun yang bersifat praktis di bidang pendidikan. Akan tetapi, tidak semua pertanyaan dapat digolongkan dalam masalah penelitian, seperti pernyataan yang memerlukan penjelasan tentang bagaimana melakukan sesuatu, berisi masalah mengambang karena terlalu luas, atau pertanyaan tentang nilai. Misalnya, “ Bagaimana kita dapat meningkatkan daya tampung siswa ?” “Bagaimana proses perubahan pendidikan di Indonesia setelah kemerdekaan?” “Mana yang lebih penting, kita harus lebih mendahulukan kualitas pendidikan atau kuantitas ?”. Ketiga pertanyaan tersebut meskipun sangat penting bagi administrator, kepala sekolah, politisi, filosof, dan sebagainya, tidak dapat dijadikan sebagai masalah penelitian karena berada di luar batas penelitian. Pertanyaan pertama lebih mendekatkan prosedur melakukan sesuatu. Sedang pertanyaan kedua terlalu luas untuk dilakukan suatu penelitian sehingga masih kabur tentang jawaban yang diinginkan. Terakhir, pertanyaan ketiga lebih cenderung mengarah pada masalah nilai daripada masalah empiris.
Dalam penelitian, masalah yang menjadi fokus harus dinyatakan secara formal untuk menunjukkan perlunya dilakukan penyelidikan secara empiris. Dalam penelitian kuantitatif, masalah penelitian dapat dinyatakan dalan bentuk pertanyaan, pernyataan, atau hipotesis, misalnya, “Seberapa besar minat siswa sekolah menengah pertama untuk melanjutkan sekolah kejuruan tingkat atas?” “Lama waktu yang digunakan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan program studinya berhubungan secara negatif dengan prestasi belajarnya” “Jika umur siswa dikontrol, ada perbedaannya yang nyata dalam sikap kedewasaan antara siswa pria dan wanita.”. Masing-masing rumusan tersebut menyiratkan perlunya pengumpulan dan analisis data. Tentu saja masing-masing pertanyaan tersebut memerlukan desain dan teknik penelitian yang berbeda.
Pada umumnya, masalah penelitian pada mulanya diidentifikasi melalui topik yang masih umum. Setelah melakukan penelaahan kepustakaan yang berkenaan dengan topik tersebut, kemudian peneliti lebih memfokuskan topik tersebut sehingga menjadi masalah penelitian yang lebih spesifik. Baik dalam penelitian kuantitatif maupun kualitatif, masalah dapat diperoleh dari berbagai sumber.
Permasalahan yang akan diteliti memiliki tiga kriteria penting, yaitu :
a. Permasalahan atau problematika sebaiknya merefleksikan dua variabel atau lebih.
b. Sebaiknya dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang jelas dan tidak meragukan.
c. Sebaiknya dapat diuji secara empiris.54
Dalam prakteknya, sebelum permasalahan dapat dirumuskan dengan baik, permasalahan penelitian dapat dinilai dengan beberapa pertanyaan atau pernyataan sebagai berikut:
a. Problematika penelitian sebaiknya dapat memberikan kontribusi terhadap teori yang ada dan bidang ilmu peneliti yang berkepentingan. Pernyataan ini pada pokoknya adalah merupakan penegasan kembali fungsi penelitian yang utama yaitu mempunyai kontribusi terhadap pengetahuan baru dan bidang studi yang ada. b. Setelah dilakukan studi terhadap permasalahan penelitian yang ada,
problematika hendaknya memberikan motivasi timbulnya permasalahan baru untuk dilakukan studi dalam kegiatan penelitian berikutnya. Problematika penelitian yang baik adalah permasalahan yang setelah diteliti mendorong yang bersangkutan atau para peneliti lainnya untuk mengungkapkan lebih jauh.
c. Permasalahan penelitian dapat dirumuskan dalam statemen pertanyaan. Pertanyaan ini pada umumnya akan mempunyai kelebihan diantaranya adalah lebih memastikan, baik peneliti maupun orang lain terhadap apa yang akan dilakukan dalam studinya. Contoh pertanyaan penelitia: “adakah perbedaan antara hasil belajar dengan metode penyampaian dengan cara belajar siswa aktif (CBSA) menggunakan problem solving dengan diskusi dengan cara belajar secara tradisional ceramah.
54
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya, h. 24
Dalam bentuk kesenjangan antara harapan dengan kenyataan yang ada, jika permasalahan tersebut masih bersifat umum dan belum diidentifikasikan secara rinci maka problem penelitian dapat diungkapkan dengan melihat kesenjangan yang ada, misalnya : a). Kemampuan guru yang kurang dalam mendukung program baru; b). Motivasi belajar siswa rendah; c). Manajemen sekolah yang tidak efisien, dan d). Kesadaran masyarakat desa terhadap pemeliharaan proyek air minum masih tergantung pada bantuan dari luar.
Secara fungsional masalah penelitian sangat penting bagi para peneliti. Masalah penelitian dapat dijadikan pedoman bagi peneliti untuk mengadakan penelitian lapangan. Mengingat pentingnya masalah penelitian tersebut, para peneliti dianjurkan untuk mengetahui ciri-ciri permasalahan yang baik serta layak untuk diteliti. Ciri-ciri permasalahan tersebut diantaranya, yaitu dapat diteliti, mempunyai manfaat teoretis dan praktis, dapat diukur, sesuai dengan kemampuan dan keinginan peneliti. Beberapa karakteristik (ciri-ciri) maalah yang baik dan layak adalah dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Dapat diteliti. Suatu permasalahan dapat dikatakan dapat diteliti atau
researchable, apabila masalah tersebut dapat diungkap kejelasannya
melalui tindakan koleksi data dan kemudian dianalisis. Sebagai contoh, dalam bentuk apakah informasi pekerjaan dapat diberikan kepada para pencari kerja? Seorang peneliti tidak akan dapat memberikan jawaban secara pasti. Oleh karena itu, guna memperoleh jawaban tersebut mereka mencari informasi dengan beberapa cara yaitu ;
a. Bertanya pada responden, dengan melakukan wawancara, dengan orang-orang yang terlibat langsung, para pimpinan di kantor tenaga kerja, atau para pakar yang menguasai bidang ketenagakerjaan
b. Melakukan observasi langsung dimana para pencari kerja berada, yaitu di tempat-tempat pendaftaran tenaga kerja baik di kabupaten maupun di propinsi terdekat.
c. Melakukan studi kepustakaan dengan buku, selebaran, dan dokumentasi lain yang berkaitan erat dengan masalah tenaga kerja.
d. Menggunakan angket dan menyebarkannya kepada responden yang terkait.
2. Mempunyai kontribusi signifikan. Ciri-ciri suatu masalah yang baik adalah mempunyai kontribusi nyata. Masalah penelitian dikatakan baik jika itu mempunyai manfaat bagi peneliti yang bersangkutan maupun bagi masyarakat pada umumnya. Ada manfaat penelitian yaitu manfaat teoretis yang berkaitan erat dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan yang kedua, manfaat praktis yang secara langsung dapat digunakan bagi masyarakat yang diteliti.
3. Dapat didukung dengan data empiris. Masalah penelitian harus dapat diukur dengan data empiris baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Ukuran empiris atau ukuran yang dapat dibuktikan dengan fakta yang dirasakan oleh orang yang terlibat mempunyai peranan penting. Karena dukungan data empiris memberikan hubungan yang erat antara fakta dengan konstruk suatu fenomena. Permasalahan akan
menjadi lebih kuat lagi perlunya untuk didukung dengan data empiris, jika peneliti ingin mendudukkan penelitian kuantitatif lebih mendasarkan pada sesuatu variabel yang harus didasarkan pada hukum positif, empiris, dan terukur. Permasalahan yang tidak didukung dengan data empiris dan tidak dapat diukur hanya jatuh pada kategori common sense yang sulit untuk ditindaklanjuti dalam proses pengumpulan data.
4. Sesuai dengan kemampuan dan keinginan peneliti. Penelitian yang mempunyai tiga karakter tersebut akan memberikan keyakinan untuk dapat meneliti dan mengumpulkan data pendukung. Sedangkan karakteristik terakhir memberikan kepercayaan bahwa apa yang hendak dilakukan di lapangan akan berhasil, karena data yang ada di lapangan dan kemampuan peneliti untuk mengumpulkan data dan kemudian menganalisisnya sampai hasil penelitian dapat diperoleh. Keinginan penulis juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendukung terselesaikannya penelitian. Karena penelitian adalah kegiatan yang menyangkut kemampuan dan keinginan untuk dapat menyelesaikannya.
McMillan & Schumacher mengemukakan bahwa diantara sumber-sumber yang dapat dijadikan acuan untuk mengidentifikasi masalah penelitian adalah observasi, deduksi dari teori, ulasan kepustakaan, masalah sosial yang sedang terjadi, situasi praktis, dan pengalaman pribadi.55
55 Mc. Millan, J.H. dan Schumacher, S., Research in Education, A
Lebih lanjut, sumber-sumber tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :