• Tidak ada hasil yang ditemukan

Variabel dan Skala Pengukuran

PENYUSUNAN SKALA

B. Variabel dan Skala Pengukuran

Pengumpulan data merupakan salah satu kegiatan penting dalam penelitian, karena kebenaran hasil penelitian sangat ditentukan oleh proses pengumpulan datanya. Sebagian dari kegiatan pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara mengukur variabel penelitian. Mengukur berarti menetapkan dimensi atau taraf sesuatu yang dinyatakan dalam bentuk bilangan.76

Statistik deskriptif maupun inferensial hampir sepenuhnya berkaitan dengan penyelidikan tentang variabel. Variabel adalah karakter dari unit pengukuran yang mempunyai variasi. Unit adalah satuan yang memungkinkan pengukuran dapat dilakukan. Dalam penelitian pendidikan, unit yang banyak digunakan adalah manusia. Contoh variabel yang dapat diukur dari unit manusia adalah usia, tinggi badan, kemampuan membaca, jenis kelamin, indeks prestasi, status perkawinan, pekerjaan dan status sosial.77 Statistik berfungsi untuk mendeskripsikan karakter dari unit-unit yang dapat diukur.

Secara alami, kita dapat melakukan observasi (pengukuran) beberapa variabel yang melekat pada manusia, misalnya berat badan,

75 Ibid. 76

Surahmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode, Tehnik, h. 79

77

gaya hidup, sikap percaya diri, tingkah laku keagamaan, dan keanggotaan dalam partai politik. Pengukuran adalah mentransformasikan karakteristik (atribut atau sifat yang ada pada unit yang diobservasi ke dalam angka-angka). Hasil pengukuran terhadap observasi dalam penelitian disebut data. Data yang berupa angka-angka tersebut mempunyai karakter yang dapat dibedakan menjadi empat skala pengukuran yaitu : nominal, ordinal, interval, dan rasio.78

Skala nominal adalah pengelompokan/pengkategorisasian kejadian atau fenomena ke dalam kelas-kelas atau kategori sehingga mereka yang termasuk ke dalam satu kelas atau kategori adalah sama dalam hal atribut atau sifatnya. Kelas atau kategori tersebut hanya merupakan nama untuk membedakan dengan yang lain. Perbedaan tersebut sama sekali tidak menunjukkan adanya tingkatan (kelas yang satu tidak lebih rendah dari kelas yang lain, dan sebaliknya) Dalam penelitian kuantitatif, kelas-kelas tersebut ditunjukkan dengan angka untuk membedakan dari kelas yang lain. Sebagai contoh, peneliti membedakan jenis kelamin untuk memberi angka ”1” untuk laki-laki dan angka ”2” untuk perempuan

Skala ordinal. Pengukuran jenis ini berasumsi bahwa nilai suatu variabel dapat diurutkan berdasarkan tingkatan atribut atau sifat yang dimiliki oleh variabel yang melekat pada unit observasi. Pengukuran ini dapat digunakan bila perbedaan tingkat atau jumlah atribut variabel dapat dideteksi. Nilai angka pada skala ini mencerminkan perbedaan

78 Ibid.

tingkat atribut variabel sehingga setiap nilai dapat dihubungkan dengan yang lain sebagai sama, lebih besar daripada, atau kurang dari. Sebagai contoh, dalam kegiatan olahraga penentuan juara diukur berdasarkan urutan pencapaian prestasi juara satu, dua, tiga, dan setersunya. Daftar urutan ini mewakili skala ordinal, dimana angka yang digunakan hanya menunjukkan urutan ranking dari individu dalam hubungannya dengan jumlah atribut variabel yang dimilikinya. Akan tetapi urutan tersebut tidak mewakili jarak tertentu.

Skala ordinal lebih sering digunakan untuk menunjukkan susunan urutan individu berdasarkan tingkatan karakter suatu variabel karena susunan urutan atau ranking lebih mudah dipahami daripada ukuran mentah. Para pendidik sering menggunakan cara berpikir, misalnya dengan menggunakan kata lebih dari atau kurang dari, dan bukan menggunakan perkalian (misalnya, seorang murid dikatakan lebih aktif atau kurang aktif dari yang lain, bukan dua kali atau setengah aktif dari yang lain).

Skala interval lebih halus daripada skala ordinal. Skala interval juga menunjukkan tingkatan karakter individu dalam suatu variabel. Skala tersebut mendeskripsikan perbedaan jarak antara titik – titik angka tertentu dengan nilai interval yang sama untuk setiap angka karena menggunakan unit pengukuran yang ajeg/konsisten. Pengukuran interval meliputi penetapan angka-angka pada obyek dengan cara yang sedemikian rupa sehingga perbedaan angka yang sama mewakili perbedaan yang sama pula dalam tingkatan atribut yang diukur.

Perbedaan lama waktu antara tahun 1920 dan 1925, misalnya nilainya sama dengan perbedaan antara tahun 1966 dan 1970.

Skala rasio merupakan jenis pengukuran yang paling halus karena memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh skala – skala lain disamping ciri-ciri khusus. Sebagaimana dengan skala ordinal, skala rasio juga menunjukkan adanya tingkatan atribut variabel, yakni dengan membandingkan nilainya skala tersebut dapat menunjukkan bahwa sebuah unit observasi lebih atau kurang dari yang lain. Skala rasio sebagaimana skala interval juga dapat menunjukkan interval yang sama antara setiap angka angka karena angka – angka tersebut menunjukan ukuran skala yang ajeg/konsisten. Contoh dari skala rasio adalah tinggi, berat, waktu dan jarak. Bidang penelitian pendidikan baisanaya menggunakan skaa rasio dalam setiap penelitiannya

Sebelum melakukan pengukuran, terlebih dahulu harus merumuskan konsep dan variabel penelitiannya. Dalam penelitian, yang diukur adalah variabel-variabel dan hasil pengukuran yang menunjukkan realitas. Secara garis besar, prosedur pengukuran terdiri dari beberapa langkah sebagai berikut :

1. Menentukan Dimensi Variabel Penelitian

Menentukan dimensi variabel penelitian dapat diartikan sebagai upaya memperinci atau menguraikan suatu variabel sehingga dapat dirumuskan indikator-indikatornya.

Pada langkah pertama ini, yang perlu dilakukan adalah : a). Penentuan variabel; b). Penentuan variabel menjadi sub variabel; c).

Penentuan sub variabel menjadi indikator d). Penentuan indikator menjadi deskriptor

2. Merumuskan Ukuran Masing-Masing Dimensi

Pada tahap pertama, setelah dirumuskan indikator-indikator dari masing-masing dimensi atau sub variabel, dirumuskan ukuran dari masing-masing dimensi. Ukuran dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan indikator-indikator dari masing-masing dimensi variabel penelitian.

1. Menentukan Tingkat Ukuran yang Digunakan

Secara umum, terdapat empat jenis ukuran, yaitu : a. Ukuran nominal

b. Ukuran ordinal c. Ukuran interval d. Ukuran ratio

Hasil pengukuran nominal hanya menentukan adanya klassifikasi atau kategori. Pengukuran terhadap jenis kelamin, jenis pekerjaan, agama, tempat lahir merupakan contoh ukuran nominal. Klassifikasi jenis kelamin tidak ditunjukkan adanya jenjang.

Pada ukuran ordinal, nilai – nilai variabel telah menunjukkan adanya jenjang. Misalnya tingkat pendidikan masyarakat, SD, SMP, SMA, dan PT. Dalam hal ini, antara satu klassifikasi dengan klassifikasi yang lainnya terdapat jenjang. Jadi, pada ukuran ordinal terdapat dua ciri, yaitu klassifikasi dan adanya jenjang.

Pada ukuran interval, memiliki dua ciri yang terdapat pada ukuran ordinal, paqda ukuran interval ini terdapat ciri tambanah, ayitu memiliki 1 ukuran berjarak sama. Hasil pengukuran dalam ilmu-ilmu sosial pada umumnya hanya sampai pada tingkat interval. Misalnya tes IQ, tes hasil belajar hanya dapat menghasilkan variabel dengan ukuran interval, karena hasil pengukuran tersebut tidak dapat menunjukkan titik nol (titik nol titik mutlak).

Ukuran ratio dianggap ukuran yang paling banyak diteliti, karena selain memiliki 3 ciri yang terdapat pada ukuran interval, ratio juga memiliki ciri tambahan, yaitu ”memiliki titik nol” (titik nol bersifat mutlak). Contoh ukuran lain yang telah memiliki alat ukur yang standar dapat menunjukkan titik nol secara pasti.

2. Menguji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum alat ukur digunakan pada penelitian sebenarnya perlu dilakukan try out (uji coba) kepada subjek yang relatif sama dengan penelitian yang sebenarnya. Hasil try out selanjutnnya diuji validitas dan reliabilitasnya.