• Tidak ada hasil yang ditemukan

24 Penerangan Jalan; 6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; 7) Pajak

Dalam dokumen RPJMD KABUPATEN MALANG TAHUN 2016 (Halaman 167-170)

Bab X Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan

JUMLAH KEWAJIBAN DAN

III- 24 Penerangan Jalan; 6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; 7) Pajak

Parkir; 8) Pajak Air Tanah; 9) Pajak Sarang Burung Walet; 10) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; 11) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan. Adapun potensi retribusi daerah Kabupaten Malang yang direalisasikan meliputi: 1) Retribusi Jasa Umum (Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan, Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat, Retribusi Pelayanan Parkir ditepi Jalan Umum, Retribusi Pelayanan Pasar, Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor, Retribusi Pelayanan, Tera/Tera Ulang, Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi; 2) Retribusi Jasa Usaha (Retribusi Jasa Usaha Pemakaian Kekayaan Daerah, Retribusi Tempat Pelelangan, Retribusi Terminal, Retribusi Tempat Khusus Parkir, Retribusi Rumah Potong Hewan, Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga); 3) Retribusi Perijinan Tertentu (Retribusi Izin Mendirikan Bangunan, Retribusi Izin Gangguan, Retribusi Izin Trayek). Selain itu, terdapat pula Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan sebagai Bagian Laba Atas Penyertaan Modal pada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan Lain- lain Pendapatan Asli yang sah berupa Hasil Penjualan Aset Daerah yang tidak dipisahkan dan Penerimaan Jasa Giro sebagai potensi pendapatan asli yang diperoleh daerah.

Komponen pendapatan daerah yang tidak kalah penting adalah Dana Perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah. Dana Perimbangan yang meliputi Dana Bagi Hasil Pajak; Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam; Dana Alokasi Umum; dan Dana Alokasi Khusus. Kelompok-lain-lain pendapatan daerah yang sah meliputi Pendapatan Hibah, Dana Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak dari Pemerintah Kab/Kota, Dana Penyesuaian dan Dana Otonomi Khusus, dan Dana Bantuan Keuangan. Sedangkan peneriman pembiayaan bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah Tahun Sebelumnya (SiLPA), Penerimaan Pinjaman Daerah, Dana Cadangan Daerah (DCD), dan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan.

III-25

A. PENDAPATAN DAERAH

Upaya intensifikasi dan ekstensifikasi Pendapatan Daerah selama kurun waktu tahun 2010-2015 meliputi:

1. Mengoptimalkan penerimaan dari sumber pendapatan dan potensi

daerah dengan tetap mematuhi peraturan yang berlaku;

2. Mendayagunakan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) untuk

mengoptimalkan penerimaan pendapatan daerah;

3. Intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan asli

daerah secara efektif dan hati-hati mengingat sumber pajak dan retribusi daerah berhubungan langsung dengan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat;

4. Mengoptimalkan perolehan dana perimbangan baik DAU, DAK,

maupun bagi hasil pajak dan non pajak;

5. Mendorong kinerja BUMD dan usaha pemerintah lainnya sehingga

diperoleh tambahan laba/deviden;

6. Melakukan upaya-upaya yang sah lainnya baik penggalian potensi

maupun hibah dari pihak ketiga.

Oleh karena itu, strategi kebijakan yang digunakan untuk mencapai arah dan kebijakan pendapatan daerah tersebut antara lain:

a. Menyelenggarakan manajemen pendapatan daerah yang

mengedepankan prinsip profesionalitas, transparansi, efisien dan bertanggung jawab;

b. Meningkatkan kapasitas aparatur dengan melaksanakan

pendidikan dan pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi, disiplin, etos kerja, etika pelayanan, peningkatan pemahaman peraturan perundang-undangan dan ketrampilan

teknis lainnya dalam rangka meningkatkan perolehan

pendapatan daerah;

c. Meningkatkan fungsi koordinasi dengan segenap instansi dan

institusi dalam rangka mengoptimalkan pendapatan daerah baik ditingkat daerah, provinsi maupun pusat;

d. Meningkatkan kualitas pelayanan dengan menyederhanakan

sistem dan prosedur layanan, menciptakan mekanisme jemput bola dan pemanfaatan teknologi informasi modern sepanjang dapat meningkatkan penerimaan pendapatan daerah;

III-26

e. Melakukan pendekatan yang intensif dengan berbagai pihak,

baik dalam rangka peningkatan sumbangan pihak ketiga maupun penerimaan yang bersumber dari bagi hasil dan Dana Perimbangan;

f. Memberikan kemudahan bagi investor untuk menanam/

menginvestasikan modalnya melalui penyederhanaan birokrasi dan;

g. Optimalisasi peran BUMD sebagai pemicu utama pertumbuhan

ekonomi daerah.

B. BELANJA DAERAH

Belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupeten/kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang- undangan.

Belanja daerah dikelompokkan ke dalam belanja tidak langsung dan belanja langsung. Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Sementara belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan yang terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.

Dalam rangka mengatur penggunaan anggaran belanja daerah agar tetap terarah, efisien, dan efektif, maka kebijakan belanja daerah selama tahun anggaran 2010-2015 sebagai berikut:

1. Pembelanjaan daerah berdasarkan pada mekanisme anggaran

berbasis kinerja (performance based) untuk mendukung capaian

target kinerja utama sebagaimana ditetapkan dalam RPJMD Kabupaten Malang;

2. Pembelanjaan daerah menggunakan prinsip akuntabilitas,

efektifitas dan efisiensi dalam rangka mendukung penerapan anggaran berbasis kinerja;

III-27

3. Mengutamakan pemanfaatan belanja yang reguler/rutin untuk

memenuhi belanja yang bersifat mengikat antara lain pembayaran gaji PNS, belanja bagi hasil kepada kabupaten/kota, dan belanja operasional kantor dengan prinsip mengedepankan prinsip efisien dan efektif;

4. Pemanfaatan belanja program khusus dan penanganan isu-isu

strategis yang difokuskan pada fungsi-fungsi pelayanan dasar,

stimulasi ekonomi, pelayanan publik dan dukungan

penyelenggaraan pemerintahan lainya dalam rangka mendukung capaian target kinerja utama;

5. Mengoptimalkan pemanfaatan belanja untuk penyelenggaraan

urusan kewenangan kabupaten dan pemanfaatan fasilitas bantuan keuangan, belanja bantuan hibah maupun belanja bantuan sosial untuk urusan non kewengan Pemerintah Provinsi,

6. Berusaha memenuhi ketentuan kebijakan pendampingan terhadap

program-program pemerintah Pusat sesuai dengan perundang- undangan yang berlaku;

7. Mengakomodasi aspirasi masyarakat melalui belanja tidak langsung

sesuai dengan kemampuan keuangan daerah untuk mendukung stimulasi capaian target kinerja Pemerintah Kabupaten Malang dan;

8. Mengoptimalkan pemanfaatan belanja yang bersumber dari sumber-

sumber pendapatan khusus (DAK, Cukai Hasil Tembakan dan

BLUD) untuk menstimulasi capaian target kinerja utama

Pemerintah Kabupaten Malang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Berdasarkan proyeksi kapasitas kemampuan keuangan daerah, selanjutnya ditetapkan kebijakan alokasi dari kapasitas kemampuan keuangan daerah tersebut kedalam 3 Kelompok Prioritas, yaitu Prioritas I, Prioritas II dan Prioritas III. Adapun ketentuan prioritas anggaran sebagai berikut:

Prioritas I, dialokasikan untuk mendanai Pengeluaran Wajib dan

Dalam dokumen RPJMD KABUPATEN MALANG TAHUN 2016 (Halaman 167-170)