• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEBUNAN PETERNAKAN PERIKANAN PERTAMBANGAN

Dalam dokumen RPJMD KABUPATEN MALANG TAHUN 2016 (Halaman 135-139)

Bab X Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan

PERKEBUNAN PETERNAKAN PERIKANAN PERTAMBANGAN

1 Kab. Malang Kab. Jember Kab. Malang Kab. Gresik Kab. Tuban 2 Kab. Probolinggo Kab. Blitar Kab. Blitar Kab. Lamongan Kab. Gresik 3 Kab. Jember Kab. Malang Kab.

Bangkalan

Kab. Sidoarjo

4 Kab. Banyuwangi Kab. Bondowoso

5 Kab. Bojonegoro 6 Kab. Blitar 7 Kab. Lamongan

Sumber : Bappeda Provinsi Jawa Timur, 2015

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa posisi Kabupaten Malang cukup bersaing atau kompetitif untuk sektor tanaman pangan, peternakan, perkebunan. Namun demikian sektor yang potensinya besar yaitu perikanan dan pertambangan belum mampu bersaing dengan Kabupaten/Kota lain di Jawa Timur.

Perekonomian Kabupaten Malang juga ditopang oleh sektor industri yang berorientasi ekspor. Berikut data realisasi ekspor Tahun 2015 per komoditas:

Tabel 2.111

Realisasi Ekspor Non Migas Menurut Komoditas Tahun 2015

No Komoditas Volume (kg) Nilai (USD)

1 Kopi 67.707.287.31 120.827.813.28

2 Tektil 59.387.831.02 55.171.663.1

3 Audio dan TV Cabinet 31.271.281.07 47.753.083.63

4 Kayu Moulding 8.030.514.35 32,893,352.18 5 Rokok 3,381,117.96 19,509,224.28 6 Kulit 7,293,148.63 14,031,234.53 7 Botol Kemasan 783,068.52 11,583,920.04 8 Jelly Alga 3,639,202.00 10,738,607.12 9 Mebeler 9,273,139.60 8,946,123.87 10 Kakao 3,371,566.38 7,302,275.21 Sub Total 194,138,156.84 328,757,297.24 11 Komoditas Lain 17,117,475.51 29,905,414.58 Total 211,255,632.35 358,662,711.82

II-100 Berdasarkan tabel di atas, komoditas ekspor non migas terbesar dari Kabupaten Malang adalah Kopi. Produsen Kopi terbesar dan berkualitas di Kabupaten Malang berasal dari wilayah Kecamatan Dampit dan daerah sekitar seperti Tirtoyudo, Amplegading dan Sumbermanjing Wetan atau terkenal dengan sebutan kawasan AMSTIRDAM. Kopi asal Dampit telah memperoleh lisensi dari 4 C (The Common Code for The Coffee Community) Association yang berkedudukan di Jerman melalui PT Asal Jaya dengan nomor No L- 2004 8-37-2-0317. Dengan demikian, Kopi Dampit telah memenuhi standart kualifikasi internasional dan layak untuk diekspor.

Sejalan dengan pertumbuhan jumlah dan nilai ekspor komoditas, perkembangan investasi juga cenderung mengalami kenaikan dari waktu ke waktu. Investasi yang mengalami pertumbuhan terdiri atas investasi negeri maupun investasi asing. Hal ini menunjukkan kepercayaan investor pada situasi wilayah dan potensi Kabupaten Malang yang tergolong tinggi.

Tabel 2.112

Perkembangan Jumlah Dan Nilai Investasi PMDN/PMA Tahun 2011 - 2015 No Uraian Satuan 2011 2012 2013 2014 2015 1 Jumlah Investasi Buah 33 37 37 38 40 - PMDN Buah 19 19 19 19 20 - PMA Buah 14 18 18 19 20 2 Nilai Investasi Milyar 6.080,99 6.126,14 6.326,28 6.346,28 6.484,69 - PMDN Milyar 5.185,83 5.185,88 5.185,84 5.185,88 5.204,25 - PMA Milyar 895,15 940,30 1.140,44 1.160,44 1.280,44 Sumber : Kantor Penanaman Modal, 2016

2.4.2 Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur

Perkembangan dan pertumbuhan kota pada dasarnya merupakan perwujudan tuntutan kebutuhan ruang yang diakibatkan oleh perkembangan dan pertumbuhan penduduk serta kegiatan fungsionalnya, serta interaksi antarkegiatan tersebut. Pertumbuhan dan perkembangan kota dapat berjalan dengan sendirinya tetapi pada suatu saat dapat menimbulkan masalah yang sulit untuk diatasi yang bersifat keruangan, struktural, dan fungsional. Melihat kenyataan

II-101 tersebut, sebaiknya sejak dini bila ada gejala pertumbuhan dan

perkembangan kota, maka perlu sekali diarahkan melalui

perencanaan untuk mencapai keserasian dan keseimbangan dalam pemanfaatan potensi yang ada seefisien dan seefektif mungkin, agar tercipta hubungan yang serasi dan harmonis antara manusia dan lingkungannya.

A. Perhubungan

Arah pengembangan prasarana transportasi jalan di Kabupaten Malang untuk mewujudkan pembangunan ekonomi, pemerataan pembangunan, mempermudah mobilitas penduduk dari suatu daerah menuju daerah yang lain dan keseimbangan antar daerah, utamanya di bidang ekonomi, politik dan sosial budaya. Pelaksanaan pembangunan infrastruktur jalan ditujukan untuk:

(a) Meningkatkan daya dukung, kapasitas, dan kualitas jalan

Kabupaten Malang;

(b)Meningkatkan aksesibilitas wilayah yang sedang dan belum

berkembang di wilayah Kabupaten Malang.

Seiring dengan semakin meningkatnya dinamika sosial dan ekonomi masyarakat, pembangunan jalan yang terbagi atas jalan nasional, jalan provinsi dan kabupaten harus selalu ditingkatkan, baik panjang maupun kualitasnya. Panjang jalan yang ada di Kabupaten Malang mencapai 8.802,41 km terbagi atas jalan negara 115,63 km (1 persen), jalan provinsi 110,12 km (1 persen), jalan kabupaten 1.668,76 km (19 persen) dan jalan desa 6.907,90 km (79 persen) sehingga total 8.802,41 km. Kondisi jalan yang baik di Kabupaten Malang dari Tahun 2011 - 2015 meningkat cukup signifikan yaitu Tahun 2011 panjang jalan 1.324,69 km, Tahun 2012 menjadi 1.385,70 km, Tahun 2013 menjadi 1.465,67 km, Tahun 2014 menjadi 1.465,67 km dan tahun 2015 menjadi 1.586,49 km. Jembatan meningkat panjangnya setiap tahun. Tahun 2011 bertambah sepanjang

350 m2, 2012 sepanjang 380 m2, 2013 sepanjang 468 m2,

2014 sepanjang 298 m2 dan Tahun 2015 meningkat sepanjang 340 m2.

Berikut tabel rincian perkembangan prasarana jalan di Kabupaten Malang.

II-102 Tabel 2.113

Perkembangan Prasarana Jalan Tahun 2011 - 2015

Uraian Satuan 2011 2012 2013 2014 2015 Jalan Negara Km 115,63 115,63 115,63 115,63 115,63 Jalan Provinsi Km 110,12 110,12 110,12 110,12 110,12 Jalan Kabupaten Km 1.668,76 1.668,76 1.668,76 1.668,76 1.668,76 Jalan Desa Km 6.907,90 6.907,90 6.907,90 6.907,90 6.907,90 Sumber : Dinas Bina Marga, 2016

Sarana dan prasarana strategis dalam rangka mendukung daya saing daerah, meliputi a) pengembangan Bandar Udara Abdulracman Saleh yang dalam kurun waktu 3 tahun terakhir berkembang sangat pesat dan kedepan perlu di tingkatkan kapasitasnya lebih besar lagi sehingga dapat menambah maskapai dan jumlah penerbangan sesuai dengan kebutuhan untuk melayani beberapa Kabupaten/Kota di bagian Selatan Tengah Jawa Timur; b) pembangunan jalan tol Pandaan-Malang melanjutkan tol Surabaya- Pandaan, sehingga akan terhubung layanan tol antara Kota Surabaya dengan Malang Raya sebagai salah satu pusat pertumbuhan dan Kota Malang sebagai kota terbesar kedua di Jawa Timur; c) pembangunan Jalan Lintas Selatan Jawa Timur dimana wilayah Kabupaten Malang merupakan titik tengah yang akan menghubungkan Malang-Jogjakarta (ke Barat) dan Malang-Denpasar melalui Banyuwangi (ke Timur), dengan demikian potensi yang selama ini belum tergali karena hambatan transportasi di Malang Selatan akan segera berkembang seperti potensi pertambangan perkebunan, dan perikanan laut, serta tidak kalah pentingnya adalah obyek wisata pantai yang cukup banyak di Malang Selatan.

Berikutnya sarana transportasi yang menjamin kelancaran arus orang dan barang dari sentra produksi ke pasar maupun ke obyek- obyek wisata adalah sebagai berikut:

Tabel 2.114

Perkembangan Sarana Transportasi Di Kabupaten Malang

Tahun 2011 – 2015

No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

1 Mobil Penumpang Umum 765 804 805 843 843

2 Bus Umum 2.920 3.015 3.134 3.239 3.326

II-103

4 Mobil barang umum 7.167 8.072 9.165 10.124 10.453 5 Mobil barang bukan

umum 15.729 17.070 18.798 20.509 23.394 6 Kereta Gandengan 199 194 193 196 196 7 Kereta tempelan 41 57 63 64 64 8 Kendaraan khusus 42 0 0 0 0 JUMLAH 27.233 29.600 32.590 35.445 38.866 Sumber : Hasil-hasil Pembangunan Kabupaten Malang, 2016

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa trend perkembangan

sarana transportasi Kabupaten Malang dalam 5 (lima) tahun terakhir menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dimana pada Tahun 2011 hanya sebanyak 27.233. Tahun 2015 meningkat tajam menjadi 38.866 atau terjadi kenaikan rata-rata 8 persen per tahun.

Tabel 2.115

Rasio Panjang Jalan Per Jumlah Kendaraan Di Kabupaten Malang Tahun 2011 - 2015

URAIAN SATUAN 2011 2012 2013 2014 2015

Dalam dokumen RPJMD KABUPATEN MALANG TAHUN 2016 (Halaman 135-139)