• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan anggaran disini adalah penetapan anggaran untuk 2 program yaitu program revitalisasi dan program rehailitasi. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut :

B.1. Penetapan anggaran Revitalisasi Pasar

Program revitalisasi menggunakan dana yang berasal dari banyak sumber seperti yang diungkapkan Ibu Erni Susiatun, SH, M.Si. Kasubag Perencanaan, Evaluasi & Pelaporan berikut :

“Kita anggaran untuk program revitalisasi berasal dari dana APBD Kota Surakarta dan Provinsi terus sama dana dari APBN.” (Wawancara 18 April 2016)

Hal ini juga sama dengan yang diungkapkan oleh Drs. Suprapto, MM. Selaku Sekertaris DPP yaitu :

“Dana untuk revitalisasi pasar berasal dari APBD kota dan provinsi, tugas pembantuan dari kementrian termasuk APBN, DAK” (Wawancara 25 April 2016)

commit to user

Program revitalisasi adalah program yang menghabiskan dana paling banyak sehingga sumber dananya tidak hanya berasal dari 1 sumber tapi dari banyak sumber. Hal ini Karena banyak proses yang harus dilalui sebelum proses revitalisasi seperti pembangunan pasar darurat, pemindahan pedagang, sosialisasi dan pembangunan kembali pasar lama. Berikut dana yang dibutuhkan untuk proses revitalisasi dari tahun 2011-2015

Tabel 4.5

Dana Revitalisasi Pasar Tahun 2011-2015 menurut Sumber Dana

No Tahun Nama pasar

Sumber dana (dalam ribuan)

APBD APBD

PROV APBN Invest

1. 2011 Ayu Tahap II 1.146.414

2. 2012

Kliwon tahap I Depok Tahap I Depok Tahap II Ayu Tahap III Nongko 4.000.000 10.200.000 3.45.172 1.610.675 1.200.000 5.000.000 3. 2013 Kliwon Tahap II Elpabes Depok. Barat Gilingan 7.000.000 9.722.560 700.000 4.300.000 5.000.000 4. 2014 Gilingan Tahap II Tanggul Ngemplak Hardjodaksino Ayam 4.748.570 4.500.000 271.540 900.000 10.000.000 4.500.000 2.000.000 5. 2015 Tanggul Tahap II 5.894.855

commit to user

Tabel diatas menunjukkan bahwa dana revitalisasi pasar berasal dari

sumber-sumber yang telah disebutkan dalam kutipan wawancara diatas yaitu APBD Kota, APBD Provinsi, APBN dan ada juga dana investor(untuk pembangunan pasar nusukan).

Tabel diatas juga menunjukkan terdapat beberapa pasar yang direvitalisasi dengan 2 atau 3 tahap ditahun yang berbeda. Hal ini dikarenakan anggaran yang minim untuk proses revitalisasi sehingga Dinas Pengelolaan Pasar melakukan revitalisasi dengan 2 atau 3 tahapan revitalisasi pasar.

Hal ini seperti yang diungkapkan Ibu Erni Susiatun, SH, M.Si. Kasubag Perencanaan, Evaluasi & Pelaporan berikut :

“Ada keterbatasan terkait dana, jadi kita menyelesaikannya bertahap tidak bisa satu tahap kadang dua tahap. Karena anggaran yang ada terbatas. Sehingga dalam pelaksanaan revitalisasi kita sering kali ada 2 tahap pembangunan pasar/revitalisasi pasar” (Wawancara 18 April 2016)

Hal ini juga diungkapkan oleh Drs. Suprapto, MM. Selaku Sekertaris DPP yaitu :

“Dananya memang minim, sesuai kemampuan daerah/ pusat. Jadi yang penting anggaran tersedia kita tinggal menyesuaikan dengan anggaran yang ada.” (wawancara 25 April 2016)

Berdasarkan data dan wawancara diatas Penulis menyimpulkan bahwa anggaran memang sudah tersedia namun nominalnya masih minim untuk program revitalisasi pasar tradisional sehingga Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta harus menyiasatinya dengan melakukan pembangunan pasar secara bertahap dalam 1-3 kali tahapan pembangunan pasar. Pembangunan pasar yang dilakukan bertahap ini tentu memerlukan waktu yang panjang, sehingga menyebabkan proses jual beli di pasar tradisional yang sedang dalam proses revitalisasi

commit to user

terganggu dan tidak dapat berjalan lancar karena harus berpindah ke pasar darurat yang mengakibatkan jumlah pembeli di pasar tradisional tersebut juga ikut menurun. Hal ini secara langsung juga turut menurunkan daya saing pasar tradisional tersebut.

B.2. Penetapan Anggaran Rehabilitasi Pasar

Program rehabilitasi pasar menggunakan dana yang berasal dari satu sumber seperti yang diungkapkan Ibu Erni Susiatun, SH, M.Si. Kasubag Perencanaan, Evaluasi & Pelaporan berikut :

“Untuk anggaran rehabilitasi itu berasal dari Dana APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) Kota Surakarta, hanya itu”. (wawancara 18 April 2016).

Hasil wawancara ini diperkuat dengan data dari rencana kerja Dinas Pengelolaan Pasar yang menyatakan bahwa sumber dana program rehabilitasi berasal dari APBD Kota Surakarta.

Anggaran untuk proses rehabilitasi telah direncanakan sebelumnya dalam rencana kerja tahunan sehingga rincian kegiatan tersebut dapat terbiayai semuanya dengan anggaran yang tersedia. Penulis menyajikan anggaran Rehabilitasi berdasarkan pagu indikatif tahun 2013-tahun 2015, karena untuk data anggaran tahun 2011 dan 2012 sudah berada di Bappeda dan tidak memungkinkan untuk diambil.

commit to user Tabel 4.6

Pagu Indikatif Program Kegiatan Rehabilitasi dalam Renja Tahun 2013-Tahun 2015

No. Tahun Pagu indikatif Indikator kinerja

1. 2013 6.590.150.000 Pemeliharaan lantai, atap, pintu,

talang, plafon, gorong-gorong pada pasar gede, pasar singosaren, pasar legi, pasar notoharjo, nusukan, ngemplak, ledoksari, pasar besi, triwindu, tanggulsari, pasar bangunharjo, pasar kabangan, sangkrah, penumping, sidodadi, joglo, panggungrejo, jongke. Pasar akibat bencana, pemeliharaan pasar klewer

2. 2014 4.365.000.000 Pemeliharaan pasar singosaren,

depok, Nongko, Nusukan, Kadipolo, Joglo, Notoharjo, dan kerusakan pasar yang tidak terduga

3. 2015 6.891.096.000 Pemeliharaan pasar pucangsawit,

kembang, ngemplak, harjodaksino, jongke, singosaren, depok, gede, dan pasar-pasar akibat bencana

Sumber : DPP Kota Surakarta

Anggaran rehabilitasi pasar dialokasikan setiap tahunnya, karena rehabilitasi pasar adalah program yang berkelanjutan. Jumlah anggaran untuk rehabilitasi ini tidak selalu sama setiap tahunnya. Tergantung kira-kira berapa banyak pasar yang perlu direhabilitasi pada tahun tersebut.

commit to user

Program rehabilitasi pasar belum dilakukan kesemua pasar secara merata juga salah satunya dikarenakan anggaran yang terbatas sehingga tidak semua pasar yang mengalami kerusakan dapat langsung direhabilitasi seketika itu juga. Hal ini diungkapkan Ibu Erni Susiatun, SH, M.Si. Kasubag Perencanaan, Evaluasi & Pelaporan berikut :

“Ada keterbatasan terkait dana, jadi rehabilitasi itu mungkin 1 tahun hanya bisa merehabilitasi 6-8 pasar yang mengalami kerusakan.” (Wawancara 18 April 2016)

Hal ini juga senada dengan yang diungkapkan oleh Drs. Suprapto, MM. Selaku Sekertaris DPP yaitu :

“Tidak mungkin tercukupi anggaran, jadi tidak semua pasar yang mengalami kerusakan bisa di rehab sekaligus dalam 1 tahun yang sama.” (wawancara 25 April 2016)

Jadi dapat disimpulkan bahwa anggaran untuk program rehabilitasi ini masih minim/terbatas sehinga dalam menjalankan programnya Dinas pengelolaan Pasar harus memilih pasar mana yang harus diprioritaskan untuk direhabilitasi terlebih dahulu dibanding pasar yang lain. Dalam merehabilitasi pasar Dinas pengelolaan Pasar memprioritaskan pasar yang mengalami kerusakan terparah terlebih dahulu, namun yang sering terjadi program rehabilitasi lebih mnyasar ke pasar-pasar unggulan dibanding pasar-pasar yang lain yang letaknya di pinggiran kota.